Malam ini khanza makan dengan begitu lahap, "Kau tahu, kemarin aku sangat kelaparan di rumah itu," sahut Khanza.
"Mereka tak memberimu makan?" tanya Aqila.
" Aku yang mogok makan," ucap Khanza dengan mulut penuh makanan.
"Jangan lagi melakukan hal itu, apalagi sekarang kau sudah memiliki janin di perut mu. Kau boleh marah, tapi tetap makan jangan menyakiti dirimu sendiri dan bayimu, mereka yang salah seharusnya mereka yang menanggung akibatnya bukan dirimu. Kamu harus kuat demi bayimu," ucap Aqila memberikan lauk ke piring Khanza.
"Kau benar! Aku tak boleh lemah, disini bukan aku yang salah. Mereka yang telah membohongi ku selama ini."
"Apa rencanamu?" tanya Aqila.
"Perutku masih lama terlihat, Aku akan coba mencari pekerjaan tanpa sepengetahuan kak Abi, aku ingin saat memutuskan untuk pergi, aku bisa hidup mandiri. Bisa ada penghasilan untuk menghidupi anakku," ucap Khanza penuh semangat.
"Kau ingin pergi kemana, jika kau pergi dan tetap di kota ini aku yakin pak Abizar masih bisa menemukan dan menyeret mu pulang."
"Terus aku harus bagaimana?, Aku ga tahan tinggal di sana, aku tinggal di rumah yang sangat mewah, tapi aku merasa sesak disana, aku bahkan tak berani keluar kamarku," lirih Khanza.
"Bukankah kamu bilang, kamu tinggal di di kamar utama terus Mbak farah tinggal di kamar mana?" tanya Aqila.
"Iya, selama ini aku tinggal di kamar utama dan mbak Farah tinggal di kamar bawah," jawab Khanza.
"Tapi, selama kau menikah kamu tidur dengan pak Abizar 'kan?"
"Iya, apa selama ini mereka sering bersama di belakangku," ucapnya baru mengingat Selama 2 bulan terakhir ini sudah tiga kali mereka keluar kota bersama-sama. " Apakah saat mereka keluar kota bersama bukan untuk urusan pekerjaan, tapi mereka sengaja keluar kota agar bisa berduaan di belakangku," kesal Khanza mengepalkan tangannya, matanya kembali terasa panas luka di hatinya kembali terasa perih.
"Itu mungkin saja, mereka benar-benar keterlaluan. Bisa-bisanya mereka semua membohongimu. Kau ini menjadi istri dari seorang Abizar, tapi kenapa kau seakan menjadi seorang … menyebalkan,"Aqila tak enak meneruskan kata-katanya.
"Mereka keterlaluan," ucap Khanza dengan tangan yang semakin di kepalnya, membayangkan saat suaminya itu keluar kota bersama dengan Farah. " Aku benar-benar tak curiga saat mereka berpamitan akan ke luar kota bersama, aku berpikir mereka benar-benar keluar kota karena urusan pekerjaan, aku bahkan sering menelponnya kak Abi. Apakah saat aku menelponnya mbak Farah sedang berada di pelukan kak Abi! Apakah seperti itu?" tanya Khanza melihat pada sahabatnya, mencari kebenaran dari apa yang ia pikir dengan air matanya yang kembali menetes.
"Sudahlah simpan air matamu itu, tak baik menangisi pria seperti itu," ucap Aqila yang juga ikut kesal pada sosok bos yang selama ini ia kagumi.
"Aqila, Kenapa ya walau kak Abi sudah membohongiku, sudah berbuat jahat padaku, tapi aku masih saja tetap mencintainya. Bagaimana cara aku menghilangkan rasa cinta ini?" tanya Khanza dengan suara sebabnya.
"Jika kau tanyakan masalah itu, aku sendiri tak tahu, tapi percayalah suatu saat nanti kau pasti akan bisa melewati ini semua, waktu pasti bisa menghilangkan perasaan itu. Sekarang tetaplah fokus pada bayi mu!" Aqila merasa kasihan melihat sahabatnya yang begitu polos harus terjebak dengan cinta yang justru menyakitinya.
"Apa kau akan tetap merahasiakan kehamilan mu?"
"Iya, aku akan tetap merahasiakan nya sebisaku, bayi ini adalah bayiku. Aku akan mencari cara agar bisa terlepas dari semua ini, sebelum kak Abi menyadari bayi ini," ucap Khanza memeluk erat perutnya, ia tak akan membiarkan siapapun memisahkannya dari bayinya termasuk Abizar.
"Aku akan tetap ada dan membantu sebisaku," ucap Aqila menggenggam erat tangan Khanza.
"Makasih ya, kamu memang sahabatku," ucap Khanza merentangkan tangannya memeluk Aqila.
"Bagiamana, mau tambah lagi?" ucap Aqila menyodorkan masakan buatannya.
"Aku sudah kenyang, aku akan bertambah gemuk jika makan terus, kak Abi pasti semakin tak menyukaiku," ucapnya tersenyum getir.
"Jangan dibahas lagi," ucap Aqila menepuk pundak sahabat polosnya itu.
"Terima kasih ya, jika tak ada kamu aku ga tau harus kemana lagi."
"Itulah gunanya sahabat, selalu ada saat susah dan senang, ini sudah malam, sebaiknya kita istirahat."
Selesai makan mereka pun beristirahat, mereka tanpa sadar makan sambil berbincang hingga larut malam.
Begitu Khanza menyentuh bantal, ia langsung tertidur nyenyak, sudah beberapa hari ini tidurnya sangat terganggu dengan masalahnya.
Walau kamar di kontrakan ini jauh dari kata mewah tak sama dengan kamar utama tempat ia tidur selama 2 bulan ini, namun tidurnya terasa nyenyak saat di kamar ini, ia merasa aman dan nyaman.
Saat matahari mulai terbit Khanza merasa begitu mual, dengan cepat ia berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya.
Aqila yang mendengarnya ikut terbangun dan menyusul Khanza ke kamar mandi.
"Ada apa? Kau tak apa-apa?" tanya Aqila begitu khawatir melihat wajah pucat dan keringat dingin yang membasahi kening Khanza.
Khansa menangis membuat Aqila menjadi takut.
"Ada apa, katakan. kamu jangan membuatku takut seperti ini?" tanya Aqila panik.
"Bagaimana ini, aku mengalami gejala ngidam, bagaimana jika saat di sana aku juga mengalami hal ini, pasti kak Abi akan tahu juga aku hamil. Bagaimana jika ia memisahkanku dari bayi ku," ucap Khanza semakin mengeraskan Isak tangisnya.
Aqila bernafas lega, tadinya ia pikir sesuatu yang buruk terjadi dengan bayinya.
"Kita pikirkan saja nanti? Bagaimana kalau hari ini kita ke klinik, minta obat ke dokter agar mengurangi rasa mual mu," usul Aqila.
"Apa itu akan membuat aku tak mual seperti ini dan bisa tetap menyembunyikan kehamilanku?" tanya Polos Khanza.
"Semoga saja, lagian kamu bisa mencari alasan agar tetap menginap di sini."
Khanza pikir apa yang dikatakan Aqila benar, dia bisa menginap satu atau dua bulan bahkan lebih sesuai dengan keinginannya dan Abizar tak bisa memaksanya untuk pulang.
"Hari ini apa kamu akan ke kantor?" tanya Khanza.
"Iya, aku hanya izin sehari. Setelah pulang dari kantor kita akan langsung ke klinik, apa kau membutuhkan sesuatu?"
"Tidak, tidak usah. Aku tak butuh apa-apa, aku lihat bahan makanan banyak di dapur, aku bisa masak sendiri."
"Kamu nggak usah masak, aku akan membeli makanan untukmu. kamu sedang hamil jagalah dirimu jangan sampai kelelahan, kamu Istirahat saja."
"Maaf ya, aku jadi merepotkan mu," ucap Khanza tak enak.
"Kata maaf dan terimakasih tak ada di dalam persahabatan," ucap Aqila mencubit gemas pipi sahabat itu.
Khanza tersenyum dan mengusap air matanya, ia sangat bersyukur dia masih memiliki Aqila sahabat sekaligus Kakak baginya.
Di dunia ini Khanza hanya memiliki kakek dan nenek yang sudah tua, tak mungkin ia membebani mereka dengan masalahnya. Memiliki suami yang mengikatnya secara sah dengan ijab kabul, berharap ada seseorang yang bisa melindungi dan menjaganya. Namun justru dialah yang menyakitinya.
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
Terima kasih sudah membaca 🙏
Jangan lupa like dan komennya 🙏
salam dariku Author m anha ❤️
love you all 💕💕💕
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Ranny
Aqila kau masih perhatian banget pada Khanza padahal saat dia sedang berbahagia dengan Abizar dia sempat melupakan mu...
2024-02-18
0
RATNA RACHMAN
kanza minta cerai aja. ..dari pada sakit hati terus.😡
2022-07-03
1
Alwa Adnan
menyedihkan
2022-03-24
0