Sepulang dari restoran Abizar menceritakan apa yang mereka alami dan apa yang dikatakan oleh Khanza.
"Bagaimana kalau kita merahasiakan hubungan kita, Mas!" ucap Farah ragu.
"Apa maksud kamu, aku takkan pernah menyembunyikan hubungan kita termasuk pada Khanza."
"Mas, ini hanya untuk sementara. Kita akan memberitahunya secara perlahan, aku yakin ia akan menerima pernikahan kita suatu saat nanti," bujuk Farah.
"Farah, apa kamu sadar apa yang kau katakan, dengan begitu kau akan memberikan suamimu seutuhnya padanya, aku hanya takut kau tak akan mendapatkan keadilan di pernikahan ini,"
"Mas, ini hanya sementara. Kita akan memberitahunya, tapi tidak untuk waktu dekat ini.Kita akan memberitahunya di waktu yang tepat, mungkin saat kalian sudah memilih anak," ucap Farah mencoba meyakinkan Abizar agar tak memberitahu Khanza pernikahan mereka, Farah takut jika Ia akan menolak untuk menikah suaminya.
Ini adalah kesempatan yang sangat langkah, sudah banyak wanita yang coba mendekati suaminya, sudah tak terhitung wanita yang coba Farah jodoh. Namun, suaminya itu tetap menolak menikah lagi. Kehadiran Khanza dalam kehidupan mereka seperti sebuah anugrah bagi mereka.
Saat makan malam, Farah menceritakan semua pada Ibu dan mertua. Tentang apa rencananya,
Semua mendengarkan apa rencana Farah, Abizar sebenarnya tak setuju untuk merahasiakan hubungannya dengan Farah. Namun, Ia juga sudah terlanjur menyayangi Khanza dan tak ingin kehilangan gadis itu.
Setalah perdebatan yang alot, akhirnya semua setuju dan akan merahasiakan pernikahan Farah dan Abizar.
Hari pernikahan pun tiba. Acara sederhana digelar, semua sangat bahagia. Kakek dan nenek Khanza juga datang. para tamu undangan hanya dari keluarga dekat kedua mempelai saja. Saat pernikahan Abizar memperkenalkan Farah kepada Khanza sebagai adik sepupunya.
Walau terasa sakit melihat suaminya menikah lagi, Farah tetap tersenyum dan ikut larut dalam kebahagiaan itu.
Farah duduk di samping suaminya saat mengucapkan ijab Kabul. Menjadikan Khanza istrinya secara resmi.
Farah mengahapus air matanya dengan cepat sambil memalingkan wajahnya saat Abizar mencium kening Khanza.
Acara pernikahan pun selesai,
Abizar membawa pulang Khanza ke rumahnya. Farah sudah mengatur semuanya, ia memindahkan semua barang-barangnya ke kamar tamu dan menyiapkan kamar pengantin untuk Khanza dan suaminya.
"Farah, kamu yakin akan memberikan kamarmu pada wanita itu?" tanya Santi tak terima.
"Mah, apa bedanya kamar ini dengan kamar utama, aku masih bisa tidur nyenyak. Kamar lebih dari cukup untukku."
"Tapi, ini adalah rumahmu, kamar utama adalah milikmu dia hanya istri kedua dari suamimu," kesal Santi.
"Mah, Farah mohon! Tolong jaga rahasia ini. Farah akan coba memberi pengertian kepada Khanza agar mau menerima pernikahan ku dengan mas Abizar."
"Terserah kamu saja," ucap Santi kesal meninggalkan Farah di kamar.
Malam ini adalah malam pertama untuk Khanza dan Abizar. Khanza telah menjadi di istri sepenuhnya dari seorang Abizar, pria yang sangat dicintainya sejak lama, pria pertama yang menggetarkan hatinya, mengajarkan apa arti cinta dalam hidupnya. Kini Khanza menghabiskan malam panjang bersama pria impiannya. Meluapkan semua perasaan cinta yang ada di dalam hati mereka, saling menyatu kan cinta dan raga mereka. Malam penuh kebahagian terjadi di kamar utama di rumah itu.
Malam penuh kebahagiaan untuk Khanza, Namun menjadi malam kelam untuk Farah. Malam ini Farah baru menyadari jika ia tak sekuat itu membiarkan kan suaminya bahagia dengan wanita lain, "Hanya sampai kami memiliki anak, aku harus bersabar," lirih Farah menggenggam erat sprei, mencoba menahan rasa sakit di dadanya. Air matanya tak henti-hentinya menetes, walau sudah berusaha membuang pikirannya tentang apa yang tengah terjadi di kamar utama. Namun, bayangan suaminya tengah bersama madunya tetap menyayat hatinya.
Hari terus berlalu, Khanza yang periang dan sengat mudah bergaul, dengan cepat dekat dengan Farah, begitu juga dengan ibu mertuanya, tapi tidak dengan ibu Santi yang terus bersikap jutek padanya.
Semakin Farah mengenalkan Khanza, rasa sakit di hatinya semakin memudar, sekarang ia sudah merasa tenang berbagi cinta suaminya dengan Khanza, suaminya tak salah memilih madu untuk nya, wanita yang sangat baik.
Walau lebih sering menghabiskan waktu dengan Khanza, Abizar tak pernah lupa akan kewajibannya memberikan nafkah lahir dan batin kepada Farah.
Farah pun tak masalah jika Abizar lebih banyak menghabiskan malam dengan Khanza, seiring berjalannya waktu, kini Farah sudah menganggap Khanza seperti adiknya sendiri.
Mereka sering jalan bersama, menghabiskan waktu. Tak ada sedikitpun rasa curiga Khanza pada Farah, walau terkadang Abizar sering berduaan dengan Farah. Khanza hanya berpikir jika mereka sedang mengobrol tentang pekerjaan, mengingat Farah juga bekerja, berbeda dengannya yang memilih menghabiskan waktu di rumah, menjadi ibu rumah tangga seutuhnya.
Tanpa terasa 2 bulan sudah kini pernikahan Khanza dan Abizar. 2 bulan sudah kebohongan di rumah itu terus terjaga, Khanza sama sekali tak curiga jika Farah adalah madunya.
Pagi ini Khanza sangat bahagia saat melihat dua garis merah pada alat tespek yang dipegangnya, ia baru saja melakukan tes pada urine nya. Sudah dua minggu ini Khanza tak mengalami menstruasi.
"Aku hamil," ucap sembari memegang perutnya. "Kak Abi pasti senang mendengar kabar ini, aku akan memberi kejutan untuknya," gumam Khanza berbinar senang, dengan cepat ia mengambil ponsel dan menelpon suaminya, yang baru saja berangkat ke kantor.
"Iya, ada apa?" tanya Abizar.
"Kakak, sudah sampai di kantor" tanyanya.
"Belum, masih di jalan. Aku sedang mengantar Farah ke kantor nya."
"Aku ingin mengajak kakak untuk makan malam! Apa bisa?"
"Tentu saja, aku akan menjemputmu malam nanti, hari ini Aku akan pulang lambat, ada rapat penting di kantor."
"Iya Kak, nggak apa-apa. Aku akan menunggu," ucap Khanza matikan panggilannya .
Khanza yang begitu bahagia dengan kehamilannya bermaksud ingin memberi kejutan kepada suaminya. Khanza mengambil sebuah kotak dan menghiasnya, meletakkan hasil tespek itu ke dalam sana.
"Ada apa, Mas?" tanya Farah.
"Khanza mengajakku untuk makan malam, apa kamu ikut?"
"Nggak, Mas? Kalian pergi saja," ucap Farah santai.
Mereka sudah sampai di parkiran, Abizar menahan tangan Farah saat akan turun dari mobil.
"Ada apa, Mas?" tanya Farah berbalik dan menutup kembali Pintu mobil yang sudah di bukanya.
Tanpa kata Abizar menarik tengkuk Farah dan mengecup bibir istrinya itu, semakin lama ciuman itu semakin dalam dan semakin dalam.
Farah yang juga merindukan belaian Suaminya ikut terbawa dan mereka menyalurkan hasrat terpendam mereka.
Semenjak Abizar menikah lagi, mereka sudah jarang tidur bersama. Keluar kota karena ada urusan bisnis menjadi alasan ampuh untuk mereka menghabiskan waktu bersama walau 2 atau 3 hari itu sudah cukup untuk Farah. Tak jarang Abizar juga mendatangi kamar Farah disaat Khanza sudah tertidur. Abizar hanya ingin adil kepada keduanya.
Farah pun turun setelah memastikan penampilannya sudah rapi, ia melambaikan tangan saat Abizar mulai menjalankan mobilnya dan menjauh meninggalkannya.
Baru setengah jalan Abizar kembali lagi ke kantor Farah, Farah melupakan ponsel nya.
Saat masuk Abizar mendengar suara tangisan Farah. Farah menangis pilu di dalam ruangannya. Terdengar jelas jika Farah sedang merasakan sakit di hatinya.
Abizar tak menyangka jika di balik senyum istrinya selama ini, ternyata ia menahan rasa sakit. Abizar paham dengan apa yang dirasakan oleh Farah.
Abizar kembali ke kantornya dan hanya menitipkan ponsel Farah kepada karyawan yang ada di sana.
Saat di kantor Abizar terus memikirkan apa yang selama ini terjadi di rumah tangganya, ia merasa sudah tak adil dan berbuat jahat kepada kedua istrinya. Merasa membohongi Khanza dan mengabaikan status Farah dalam hubungan mereka.
Di kediaman Abizar.
Khanza sudah berdandan secantik mungkin dan menunggu Abizar menjemputnya.
"Ya ampun, Khanza kenapa kamu sangat cantik," puji Khanza pada dirinya sendiri. "Semoga kak, Abi senang dengan kehamilanku," ucapnya mengusap lembut perut rata nya.
"Kenapa kak Abi lama ya?" gumam Khanza, ia terus melihat ke arah jarum jam yang ada di pergelangan tangannya, sedari tadi Ia terus mondar-mandir di teras rumah menunggu Abizar.
"Kak Farah! Kak Abi masih lama ya pulangnya?" tanya Khanza pada Farah yang baru datang.
"Kakak juga nggak tahu, Dek! coba kamu telepon dia, takutnya dia lupa."
Khanza mendengar apa yang dikatakan Farah, ia mencoba menghubungi Abizar. Baru nada sambung pertama, mereka bisa melihat jika mobil Abizar sudah datang.
Abizar menghampiri mereka berdua yang berdiri di teras.
"Kak Farah, Kami pergi dulu ya," pamit Khanza.
"Mas, pergi dulu ya," pamit Abizar pada Farah. Farah hanya mengangguk sambil tersenyum, menjawab mereka berdua, Abizar bisa melihat arti lain dari senyum Farah.
Malam ini Khanza mengajak Abizar ke Restoran di mana tempat dulu Abizar melamar dirinya.
Mereka makan malam romantis. "Kak, aku ingin memberikan sesuatu untukmu," ucap Khanza mencari kotak yang ada di tasnya, Khanza mencoba mencari kotak yang tadi telah Ia siapkan. " Dimana ya kotaknya," batin Khanza.
"Khanza ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu," ucap Abizar ragu.
"Apa, kak?" tanya Khanza yang masih terus sibuk mencari kotak hadiahnya.
Abizar menarik nafas dalam, mengumpulkan keberaniannya.
"Sebelum menikahi mu, aku sudah menikah dengan Farah," ucap Abizar menatap pada Khanza dengan tatapan bersalah.
Khanza yang senang saat menemukan kotaknya, terdiam. Kotak yang sudah dipegangnya dan akan diberikan pada Abizar terjatuh kembali ke dalam tasnya.
Hatinya terasa sakit mendengar pengakuan dari Abizar. Menatap dalam diam dangan bola mata yang berkaca-kaca, air matanya menetes begitu saja. Rasa sayatan demi sayatan terasa di dadanya saat menatap mata Abizar mencoba mencari kebohongan disana. Namun, nihil. Khanza tak menemukan kebohongan sedikitpun di mata itu.
"Apa maksud kakak?" tanya Khanza dengan suara bergetar, matanya terasa panas, dadanya terasa sesak. Khanza terus menatap mata Abizar dalam, mencoba mencari tahu apa maksud dari perkataan suaminya.
"Maaf. Selama ini aku tak jujur padamu, Farah bukankah adik sepupuku, tapi dia adalah istri pertamaku,"
Isakan yang sejak tadi di ditahannya kini, mengeras keluar dari mulutnya, rembesan air mata membasahi pipinya. Bayangan keluarga bahagia bersama dengan calon bayinya kini pupus sudah.
Dengan tangan gemetar Khanza membekap mulutnya, ia sadar dimana ia sekarang berada.
Khanza ingin marah. Namun, ia tak tahu harus berkata apa, Khanza hanya bisa diam dan menatap kecewa pada suami-nya, tubuhnya terasa lemas orang yang selama ini dianggapnya orang yang sangat mencintainya ternyata mencintai wanita lain.
"Kakak bohong 'kan? Ini sama sekali nggak lucu, Kak!" ucap Khanza terbata-bata dengan susah ia menahan gejolak di dadanya.
Abizar menggenggam erat tangan Khanza, "Kau boleh meminta apapun, tapi tolong jangan minta aku untuk meninggalkan Farah. Aku mencintaimu dan juga mencintainya. Aku mencintai kalian berdua," lirih Abizar mencoba meyakinkannya dengan penuh kelembutan.
Khanza menarik tangan dari genggaman Abizar, tersenyum kecut meratapi nasibnya.
Kehidupan rumah tangga bahagia yang selama ini dijalani ternyata ada kebohongan besar di balik semua itu.
Khanza tak bisa berkata apa-apa, ia kemudian berdiri dan pergi dari tempat itu. Abizar berusaha menghentikannya, Namun, tak diindahkan oleh Khanza.
Khanza terus berlari, menghentikan taksi dan pergi dari sana, meninggalkan Abizar yang terus memanggilnya.
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
Terima kasih sudah membaca 🙏
Mohon dukungannya ya, Kak.🙏
Dengan memberikan Like, Vote dan komennya.
Salam dariku Author m anha ❤️😘
Love you all 💕💕💕
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Ranny
tetap kau akan di cap sebagai pelakor Khanza
2024-02-18
0
Ranny
ya mau bagaimana lagi sdh terlanjur apalagi tau setelah pernikahan itu terjadi makanya itu sebelum nikah cari tau dulu calonnya sdh pernah nikah atau masih bujang lagian tdk mungkin juga sdh berusia 35 thn masih hidup sendiri kan ...
2024-02-18
0
Senjaaa___
kata farah cuma sampai punya anak kan...mending khanza bawa pergi jauh anaknya...biarkan abizar dalam pnyesalanya...
2022-06-19
0