Author Pov
"Hanya memakan roti dipinggir jalan tidak membuat perutmu kenyang, Nona." kata lelaki tersebut sambil menyodorkan sebuah kantong plastik berisi makanan cepat saji dihadapan Ashina.
Ashina menatapnya tak percaya lelaki yang berada didepannya tersebut. "Kau.... kenapa ada disini? Malam-malam begini?" tanya Ashina beruntut.
"Kenapa memangnya? Tidak boleh?" tanya balik lelaki tersebut, ya dia adalah Lucien.
Kepala Ashina menggeleng pelan. "Bukan begitu maksudku, tapi kenapa kau bisa ada disekitaran rumahku? Apa kau mengikutiku atau... astaga! Apa yang diucapkan Beta Grade itu benar?" katanya heboh sendiri.
Alis Lucien terangkat sebelah melihat tingkah laku gadis didepannya tersebut. "Ucapan apa?" Ucap Lucien bingung.
"Kau mendengar pembicaraan kami dan mengetahui keberadaanku karena melacak lewat komputer bukan?" tebak Ashina.
Mendengar penuturan Ashina membuat Lucien terkekeh pelan. "Kenapa kau se-percaya diri itu?" tanya Lucien dengan wajah yang sangat tampan karena tawanya.
Bukannya menjawab, Ashina malah terpesona dengan aura dari Lucien. Ini jarang sekali terjadi, melihat seorang Alpha tertawa dengan gadis biasa! Mengagumkan.
"Hei, kenapa kau diam saja?" tanya Lucien yang sudah kembali mendatarkan wajahnya.
Ashina gelagapan, seperti kaku ingin berucap seperti apa. Karena detak jantungnya seperti tak tahu diri berdetak cukup keras. "La-lalu, kenapa kau bisa tau aku ada disini?" kata Ashina dengan terbata-bata.
"Karena aromamu," jawab Lucien tanpa sadar, matanya menatap lekat wajah Ashina. Membuat gadis tersebut salah tingkah sendiri.
"A-apa maksudmu? Aroma, aroma seperti apa?" tanya Ashina bingung.
Seketika pikiran Lucien kembali sadar. "Kau akan mengetahuinya nanti. Makanlah," kata Lucien tanpa menjawab pertanyaan Ashina dan memilih mengalihkan pembicaraan.
Lucien membuka plastik berisi makanan cepat saji tersebut kearah Ashina, dengan canggung, Ashina mengambil pasta yang ada didepannya. Dengan sedikit pelan gadis itu memakannya, matanya langsung berbinar saat rasa pasta itu menyeruak masuk kedalam mulutnya.
"Ini enak sekali," kata Ashina dengan senyuman bahagianya. Tadi memakan dengan sedikit, kini gadis itu memakannya dengan sangat lahap.
Lelaki yang sedari tadi menatapnya itu terpesona dengan tingkah laku gadis ini, sedangkan Zerky didalam sana masih menatap kagum gadis kecil dengan wajah cantiknya itu.
Satu pasta sudah habis dimakan Ashina, sekarang gadis itu tengah meminum lalu mengelus perut langsingnya yang sudah kenyang. "Ini sangat-sangat enak!" pujinya.
Saat matanya ingin menatap Lucien, ternyata lelaki itu sudah menatapnya sedari tadi. "Kenapa kau terus melihatku? Apa wajahku ada yang aneh?" kata Ashina sambil meraba wajahnya sendiri.
"Cantik," ungkap Lucien lagi-lagi terlontar begitu saja.
"Apa yang cantik?" ucap heran Ashina.
"Wajahmu," jawabnya.
"Hah?"
"Ah tidak, maksudku. Wajahmu ada bekas saus pasta disudut bibir, mau aku bersihkan?" tawarnya diakhir kalimat.
"Tidak, aku bisa sendiri." tolak Ashina dengan sopan.
"Biar aku saja!" paksa Lucien sambil meraih sapu tangan yang berada dibalik jasnya.
Saat tengah membersihkan sisa saus yang berada disudut pinggir Ashina, mereka saling beradu pandangan hingga beberapa menit sampai akhirnya Ashina memutuskan pandangan tersebut kearah lain. Jantungnya sudah tidak kuat merasakan deguban keras.
"Ini sudah malam, aku pergi dulu. Terimakasih untuk makan malamnya," kata Ashina sambil berdiri bangkit dan duduk dan bergegas pergi meninggalkan Lucien yang masih duduk tak bergeming.
Setelah dirasa sudah cukup juah dari toko itu, Ashina menghembuskan nafasnya lega. "Huft, kenapa suasananya sangat canggung sekali? Aku hampir saja lupa caranya bernafas dengan benar!" ocehnya sesaat sampai didepan rumah.
Dengan segera Ashina bergegas masuk kedalam rumah dan langsung masuk kekamar untuk istirahat karena besok dia akan kembali bekerja.
Bulan berganti menjadi mentari, gelapnya malam tergantikan cerahnya langit pagi ini. Kicauan burung membuat suasana semakin nyaman didengar. Ashina tengah bersiap-siap dengan bajunya serba hitam putih tersebut. Setelah dirasa sudah siap, Ashina keluar dari kamar dan berjalan keluar rumah. Ya, tanpa sarapan terlebih dahulu.
Disepanjang perjalanan, Ashina asyik bersenandung ria dengan lagu kesukaannya. Karena toko hanya berjarak lumayan dari rumahnya, Ashina hanya bisa menaiki bis satu kali dan akan berjalan setelahnya. Sampai juga didepan cafe tempatnya bekerja.
"Selamat pagi," sapa Ashina kepada karyawan lainnya.
"Pagi, Ashina kau darimana aja? Kenapa kemarin tidak masuk kerja?" tanya salah satu karyawan yang dekat dengannya bernama Anna.
"Maaf tidak memberitahumu Anna, aku kemarin tidak enak badan." jawab Ashina berbohong.
"Benarkah? Kau tahu, Bos mencarimu kemarin aku harap kau tidak akan dipecat," tuturnya bermaksud untuk bercanda.
"Ish kau ini ingin aku dipecat dari pekerjaan ini huh?" kata Ashina berpura-pura merajuk.
"Tentu saja tidak, kau adalah teman baikku. Sudah sana kembali bekerja." ucap Anna sambil mendorong pelan tubuh Ashina.
Pagi ini pengunjung cafe cukup ramai orang. Ashina sibuk kesana-kemari mengantarkan pesanan, hingga waktu jam 12 siang lewat para pengunjung mulai surut dan karyawan bisa beristirahat sejenak.
"Oh astaga, kenapa hari ini lelah sekali." keluh Anna dan para pegawai menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan Anna.
"Walaupun lelah tapi ini sangat seru bukan?" kata Ashina dengan tersenyum.
Saat Anna ingin membalas ucapannya. Tiba-tiba Bos pemilik cafe memanggil nama gadis tersebut. "Ashina Seraphine." panggilnya.
Semua karyawan termasuk Ashina terkejut mendengar suara Bos-nya. "Bahaya! Pergilah Ashina, semoga keberuntungan berpihak padamu." Ucap Anna.
"Benar, semoga kau masih bisa bekerja disini setelah kau tidak masuk bekerja tanpa alasan." Sahut Ela salah satu karyawan lainnya.
Tubuh Ashina sudah gemetar walaupun belum berhadapan langsung dengan Bosnya. Dengan langkah pelan, Ashina memasuki ruangan kerja Bosnya tersebut.
"A-ada apa?" tanya Ashina gagap.
"Darimana kemarin? Kenapa tidak masuk tanpa izin?" kata Bos tersebut yang berperawakan badan gemuk.
"Ma-maafkan sa-saya karena tidak memberitahu kepadamu." Ucap Ashina.
"Ini sudah menjadi peraturan kerja, kau masuk ke-zona merah jika sekali lagi kau melakukan kesalahan, aku tidak segan untuk memecatmu Nona," ujar Bos tersebut.
"Siapa kau berani membentak gadisku?" sahut seseorang dari depan pintu.
Kedua orang yang berada didalam tersebut menolehkan pandangannya kearah suara itu. Wajah mereka sama-sama terkejut melihat siapa yang datang.
"Lucien?"
"Bos besar?" ujar mereka bersamaan namun dengan panggilan berbeda.
"Berani sekali membentak gadisku!" ucap Lucien lagi dengan geram.
"Ga-gadismu, yang mana?" tanya lelaki tersebut masih bingung.
"Yang ada dihadapanmu, siapa lagi?" jawab Lucien sambil berjalan mendekat kearah mereka.
"Gadis ini? Yang benar saja?" kata Bos tersebut tak percaya.
"Kau tidak percaya? Mau aku buktikan?" tanya Lucien menantang.
Lalu langkahnya semakin mendekat kearah Ashina yang sedari tadi diam tak bergeming. Jarak semakin menipis terhapus oleh langkah Lucien, pandangan mereka semakin bertatapan dan menipis.
Sebuah kecupan lembut mendarat hangat dibibir pink Ashina. Gadis itu terkejut, tak beda jauhnya dengan Bos itu yang lebih terkejut dan merasa hidupnya berada ditangan Lucien.
"Ka-kalian benar-benar---" ucapan Bos tersebut menggantung karena masih terkejut.
**To be continued.....
Hi guys maaf kalo gak nyambung, ini aku sempet-sempetin up walaupun mood aku lagi gak bagus😭 biasalah cwk pms yak :v oke deh jangan lupa kasih like vote dan comment biar author semangat up❤️
See you next part🐺**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Pooh
🤣🤣🤣🤣
2020-10-06
0
Linda Dwi Novita
semangat autor
2020-05-12
0
Triiyyaazz Ajuach
aduh" lucien nyosor mlulu klau ktmu bkin tepok jidat
2020-05-12
0