Hari sudah semakin siang, terik matahari kini mulai berada tepat dibawah kepala manusia. Moon Stone Pack berjalan seperti biasa, sibuk dengna rutinitas lainnya.
Sedangkan disatu ruangan tepatnya diruangan rumah sakit Pack, Ashina sudah bisa melepas infus karena menurut Dokter Andrew tubuh Ashina sudah kembali pulih 90 persen.
Gadis tersebut memutuskan untyk keluar dan keliling disekitaran Pack yang menurut pandangan Ashina sangat aneh. Tidak ada gedung-gedung, hanya rumah dengan bentuk kayu maupun bangunan. Dan disekitarnya hanya hutan lebat seperti yang dilihat Ashina kemarin malam.
Langkah kecilnya terus menelusuri Pack tersebut hingga dirinya dipertemukan kembali oleh Beta Grade. "Kau," kata Ashina sambil menunjuk kearah Beta Grade.
"Sedang apa kau kemari Nona Ashina? Bukankah kau harus istirahat agar kesehatanmu memulih?" tanya Beta Grade bingung.
Sesaat Ashina menatap sekitarnya yang penuh orang dengan baju yang menurutnya sangat formal sekali. Tetapi ada juga yang berpakaian santai, namun wajah mereka nampak menyeramkan karena tidak ada yang tersenyum kecuali menunjukkan wajah dingin mereka.
Tatapan Ashina kembali mengarah kepada Beta Grade yang berada dihadapannya. "Ah Dokter tadi bilang aku sudah baik-baik saja. Makanya aku berada disini sekarang, tempat apa ini? Kenapa aneh sekali?" kata Ashina dengan beribu guratan bingungnya.
"Sudahku bilang kau sedang berada diwilayah Teman cabulku." Ujar Beta Grade dengan menekan kata teman cabulku.
"Astaga aku semakin tidak mengerti, apa aku sedang berada didunia dongeng saat ini? Tolong bangunkan aku!" pekik Ashina yang membuat orang disekitar Pack mengarahkan pusat perhatiannya kepada Ashina dan juga Beta Grade.
Beta Grade penepuk jidatnya keras. "Hei kau sedang tidak bermimpi, kau memang sedang berada ditengah hutan. Ini adalah Pack," kata Beta Grade.
"Pack? Nama wilayah ini Pack?" tanya Ashina.
"Moon Stone Pack, wilayah ini adalah tempat kami hidup." Jawab Beta Garde.
"Ditengah hutan kalian hidup? Lalu bagaimana dengan makanan dan aktivitas lainnya?" tanya lagi Ashina.
Saat Beta Grade ingin menjawab, tiba-tiba sebuah tangan membekap mulut Beta Grade. Seolah memiliki naluri yang kuat, Beta Grade tak memberontak sama sekali karena dia tahu jika itu adalah tangan Alpha nya.
"Kau lelaki cabul itu!" geram Ashina sedikit menaikkan intonasi suaranya.
Lucien melotot tajam kearah Ashina, lalu tangannya yang semula membekap mulut Beta Grade, kini bergantian membekap mulut Ashina agar diam dan tak berbicara lantang lagi dihadapan rakyatnya.
"Bisakah kau mengecilkan suaramu?" tanya Lucien menekan suaranya.
Sementara Ashina terus memberontak dan memukul lengan Lucien sekuat tenaganya. Sedangkan orang-orang sekitar Pack kembali menatapa mereka. "Kalian tidak usah melihat kesini, lanjutkan saja pekerjaan kalian." Kata Lucien memerintah, semuanya mengangguk dan kembali keaktivitas lagi.
"Jika kau ingin aku melepaskan bekapan tanganku, kau harus berjanji untuk mengecilkan suaramu." Kata Lucien lagi tepat ditelinga Ashina.
Gadis tersebut langsung menganggukkan kepalanya setuju, lalu tangan Lucien langsung terlepas. Ashina langsung mundur selangkah dan menghirup udara begitu banyak seolah besok akan habis.
"Kau sudah lancang menciumku dan sekarang mencoba untuk membunuhku?" kata Ashina marah.
Sebelum menjawab, Lucien menatap Beta Grade yang masih berada didepannya. "Pergilah, kau urus pekerjaan yang berada diatas meja kerjaku." Ucap Lucien kepada Beta Grade.
"Kau yakin ingin aku tinggal, Alpha?" tanya Beta Grade meyakinkan.
Lucien menatap tajam Beta Grade, lalu lelaki tersebut tertawa dan langsung meninggalkan mereka berdua sebelum Lucien akan melayangkan pukulan diwajahnya.
Sementara Ashina menatap bingung kepada Lucien. "Mengapa kau seenaknya menyuruh temanmu? Seperti bos saja!" kata Ashina.
"Bahkan lebih dari bos! Aku ini seorang Alpha!" ucap Lucien geram.
"Hah, Alpha? Nama apa itu, aneh sekali." Ujar Ashina seolah sedang mengejek.
"Kau tidak boleh sembarangan berbicara atau pun berbuat sesuatu kepadaku! Kau tahu apa yang akan terjadi jika hal itu kau lakukan kepadaku?" tanya Lucien kepada Ashina sambil menatapnya lekat.
"Apa?"
"Kau akan habis dalam hitungan menit ditangan warriorku! Jadi, berhati-hatilah dan jaga ucapanmu." Kata Lucien.
Mendengar ucapan Lucien, mata Ashina berkedip beberapa kali. Membuat Lucien kembali merasakan gejolak yang aneh dihatinya.
"Kau sedang mempermainkan aku atau berpura-pura mengancamku?" tanya Ashina menyelidik.
Lucien memutar bolah matanya kesal, lalu kekehan pelan keluar dari mulutnya. "Kau pikir ancamanku bercanda? Kau akan lihat nanti," kata Lucien.
"Ikutlah denganku, kita akan makan siang sebentar lagi." Lanjutnya sambil melangkah terlebih dahulu meninggalkan Ashina.
Gadis itu nampak bingung, dirinya tengah berada didunia mana sekarang? Kenapa semuanya nampak membingungkan. Karena tak ada pilihan lain, Ashina terpaksa mengikuti langkah Lucien yang sudah jauh didepan.
Setelah melewati beberapa rumah Pack, Ashina terkejut mendapati rumah megah ditengah-tengah hutan seperti ini. Mulutnya nampak terbuka karena kekagumannya yang tak bisa digambarkan, berlebihan? Mungkin saja, tetapi itulah faktanya.
"Kau ingin terus berdiri disitu sampai kapan? Tidak ada niatan untuk masuk kedalam?" sahut Lucien dengan nada dinginnya.
Seketika mulut Ashina mengantup, langkahnya kembali berjalan tepat disamping Lucien. Mereka masuk kedalam rumah tersebut dan berjalan kearah meja makan yang sudah tersedia makanan disana.
Berbeda reaksi dengan Ashina yang masih terkagum dengan isi rumah ini, apalagi dirinya terkejut saat orang-orang menunduk melihat Lucien dan Ashina disana.
"Mereka kenapa?" bisik Ashina kepada Lucien.
"Memberikan hormat untukku," jawab Lucien tenang.
"Hormat? Kenapa kau harus dihormati? Seperti raja saja." Kata Ashina tak percaya.
"Sudah kubilang jika aku seorang Alpha disini, kau tahu? Kedudukan Alpha jauh lebih tinggi dari raja yang kau maksud." Jelas Lucien sambil duduk dimeja makannya.
Ashina masih tak paham dengan situasi saat ini. Namun tubuhnya seolah sudah akrab dengan kelakuan yang harus dilakukannya, mulai dari mengambil nasi dan juga lauknya.
"Apa kau tinggal sendiri dirumah mewah seperti ini?" tanya Ashina sesudah melahap satu suap nasinya.
"Tidak, kedua orangtua ku dan 2 adik kembarku tinggal bersama disini." Jawab Lucien.
"Lalu dimana mereka?"
"Sedang keluar karena ada urusan," kata Lucien.
Ashina menganggukkan kepalanya mengerti, makanan dirumah ini sangat enak hingga tak terasa satu piring nasi habis dilahapnya. Dengan nada ragu, Ashina berkata. "Bolehkah aku menambah lagi?"
Tentu saja hal itu membuat Lucien tertawa pelan. Sangat menggemaskan menurutnya. "Tambahlah, jangan sungkan begitu." Kata Lucien menjawab.
Mata gadis itu berbinar senang, membuat perasaan Lucien kembali menggelitik. Entah apa yang dirasakan Wolf nya didalam sana hingga terdengar lolongan senang.
"Kau ini---" ucapan Ashina terpotong oleh decakkan kesal Lucien.
"Bisakah kau tenang untuk makan siang ini? Sedari tadi kau tak berhenti bertanya," tegur Lucien.
Tentu saja hal itu membuat Ashina merasakan tak enak hati. "Maaf," cicit Ashina, lalu kembali melahap makananya hingga habis.
Setelah makan siang, mereka kembali keluar. "Boleh aku mengajukan pertanyaan sekali lagi?" tanya Ashina takut.
"Apa?" Kata Lucien sambil menatap mata Ashina.
*°TO BE CONTINUE°
**Hi guys, makasih udah stay dan suka cerita ini😭❤️ semoga suka, jangan lupa kasih like vote dan comment biar author semangat up. Maaf kalo gak jelas alurnya😌
See you next part🐺***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
like 👍
2020-10-05
0
Triiyyaazz Ajuach
mulai akrab
2020-05-12
0
Linda Dwi Novita
semangat semangat semangat autor
2020-05-11
0