Lucien Pov
Aku mencium bibir Ashina untuk kesekian kalinya. Hey tunggu, jangan mengataiku lelaki cabul seperti yang diucapkan oleh Ashina dulu. Aku hanya candu dengan bibir pink nya yang berbau vanilla, kau tahu aroma itu? Ya sangat nikmat!
Setelah selang beberapa menit, aku menyudahi ciumanku lalu menjaga jarak lagi dengan Ashina. Masih bisa dilihat dengan jelas jika gadis itu sangat terkejut, apalagi lelaki gemuk disampingku ini membuka mulutnya tak percaya dengan kejadian barusan. Bukan Lucien namanya jika tak membuktikan dengan tindakkan.
"Bagaimana? Apa kau sudah percaya sekarang?" tanyaku kepada lelaki gemuk tersebut.
Terlihat lelaki itu langsung mengedipkan matanya dan menggelengkan kepalanya agar kembali fokus lagi. "Ah, i-iya. Aku percaya, tadi hanya bercanda saja. Soal memarahi Ashina, aku hanya memberikan sedikit teguran karena kemarin dia tidak masuk kerja tanpa izin dariku." Ucap panjang lelaki gemuk tersebut.
"Aku tak perlu penjelasanmu, yang terpenting kau minta maaf kepada gadisku ini!" perintahku sambil meraih tangan Ashina untuk digenggam. Entah dorongan dari mana aku tak tahu, terjadi begitu saja.
"Ma-maafkan saya Ashina, aku salah telah membentakmu." Kata lelaki gemuk tersebut sambil sedikit membungkukkan badannya.
Dengan terkejut dan langsung menghempaskan genggaman tanganku, Ashina langsung menyuruh lelaki gemuk tersebut kembali tegak. "Kau tidak usah seperti itu Pak, ini sudah menjadi salahku dan aku harus bertanggung jawab atas kesalahanku, dan aku meminta maaf karena selalu melakukan kesalahan." Ucap tulus gadis tersebut, ah dia sangat rendah hati sekali.
"Tidak, tidak. Lupakan soal itu, aku sudah melupakannya dan aku tidak akan memasukkanmu kedalam daftar merah." Kata lelaki gemuk tersebut dengan tak enak hati.
Aku berdehem dan berhasil mengalihkan pandangan mereka kearahku. "Untuk kata-kata yang kau ucapkan tadi untuk gadisku, aku bisa saja membuatmu dipecat dan keluar dari cafe ini." Ucapku.
Terlihat lelaki gemuk tersebut wajahnya langsung pucat karena sebuah ancaman kecil. Namun, berbeda dengan Ashina yang kembali melangkah mendekat kearahku dengan raut wajah yang bercampur.
"Siapa kau berani memecar Bos dicafe ini?" tanyanya dengan nada kesal. Tentu saja hal itu membuatku sedikit menahan tawa.
"Dia tidak lebih dari seorang karyawan sepertimu. Ini adalah salah satu cabang cafe milik keluarga Anderson, tentu saja aku adalah pemiliknya dan dia hanya ditugaskan untuk menjaganya." Jelasku begitu detail.
Gadis itu membuka mulutnya tak percaya, matanya mengedip beberapa kali membuatku tak tahan ingin cepat-cepat mengungkapkan sesuatu yang mengganjang dihatiku.
"Tolong jangan pecat saya." Sahut lelaki gemuk tersebut dengan wajah memohon.
Pandangan kami berdua berpusat kepada lelaki gemuk tersebut. "Itu urusan belakang, kita bisa membahasnya nanti. Aku akan membawa Ashina keluar dan tidak bekerja hari ini!" kataku dengan nada tegas seperti biasa.
"Tentu saja," jawab lelaki gemuk tersebut dengan cepat.
"Ayo ikut dengaku." Kataku sambil menarik tangan Ashina keluar dari ruangan tersebut. Saat membuka pintu, kami dikejutkan dengan beberapa karyawan yang tengah menguping didekat pintu masuk ruangan.
"Kalian sedang apa?" tanyaku dengan nada dingin.
Mereka semua terlihat sangat kaku saat aku bertanya seperti itu, memangnya kenapa? Aku hanya sekedar bertanya. "Ti-tidak, tidak ada. Ki-kita hanya sedang beristirahat disini, ah ayo semua kita kembali bekerja." Sahut perempuan berambut pendek pirang tersebut.
Beberapa karyawan mengangguk, namun satu diantara mereka menghentikan langkahnya dan menatap Ashina. "Kau juga kembali bekerjakan, Ash?" tanyanya.
"Dia akan ikut denganku, dan hari ini dia tidak akan berkerja. Atau mungkin berhenti bekerja disini!" jawabku saat Ashina ingin membuka mulutnya.
Perempuan berambut cokeat tersebut nampak terkejut. "Omo! Benarkah? Ka-kalo begitu, bersenang-senanglah!" katanya sambil melangkah pergi dari hadapan kami.
Ashina yang ingin menjawab nampak merengut kesal dan wajahnya ditekuk. Ah sudahlah, begini saja cantiknya tidak hilang. "Ayo pergi." Ajakku lagi sambil keluar dari cafe tersbeut dan menuju mobil yang aku parkirkan tak jauh dari cafe.
"Mau kemana?" tanya Ashina saat mobil berjalan.
"Entahlah, mencari makan siang mungkin?" jawabku sekena-nya.
"Dasar aneh, kenapa kau selalu muncul?" katanya sambil menatapku dengan penasaran.
"Itu hanya sebuah kebetulan." Ucapku.
"Kebetulan? Yang benar saja!" ujarnya tak percaya, lalu mengalihkan pandangannya kearah luar jendela mobil.
Aku sengaja tak menjawab ucapannya lagi, sampai akhirnya mobil kami berhenti disebuah restoran yang terbilang mahal. "Kita beneran mau makan?" tanya Ashina memastikan.
"Ya, apa aku tengah bercanda?" tanyaku balik.
Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Lalu kami turun dari mobil dan masuk kedalam restoran tersebut, saat kami memilih sebuah meja dan sedang mencari menu untuk dipesan. Setelahnya kita menunggu makanan datang.
"Ini sangat mewah, aku tidak cukup untuk membayar makanan direstoran ini. Kita makan ditoko kecil saja bagaimana?" tawar Ashina. Apa katanya? Ditoko kecil? Kenapa dia harus merasa khawatir soal bayaran?
"Aku yang akan membayarnya, karena aku yang mengajakmu makan disini," kataku bertepatan saat pesanan datang. "Makanlah." Sambungku.
Dengan sangat pelan, Ashina mengambil garpu dan sendok untuk memakan menu yang kita pesan. Sedikit makanan masuk kedalam mulutnya, lagi-lagi binar bahagia terpancar dimata Ashina.
"Bagaimana?" tanyaku.
"Ini sangat enak, lebih enak dari yang semalam." Jawabnya dengan bahagia.
Ah rasanya aku ingin membawanya pulang dan mengurungnya didalam kamar. Sangat menggemaskan! "Kalau begitu makanlah lagi," kataku. Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya dengan semangat.
Saat aku tengah asik menatapnya, lalu sebuah pertanyaan ingin aku ungkapkan padanya. "Apa aku boleh berkata sesuatu?" tanyaku dengan pelan.
Gadis tersebut mendongakkan kepalanya menatapku. "Apa?" katanya.
"Apa kau percaya dengan kehidupan makhluk Immortal?" tanyaku dengan berhati-hati.
Gadis tersebut mengehentikan makannya. "Makhluk Immortal? Semacam Vampir, manusia serigala dan semacamnya?" kata Ashina.
Aku menganggukkan kepala singkat. "Benar,"
"Tidak, itu hanya dongeng saja. Lagian mana ada dijaman modern seperti ini makhluk mitos seperti itu masih berkeliaran didunia ini. Ya walaupun dunia ini penuh dengan misteri. Tapi, kenapa kau bertanya seperti itu?" katanya dengan panjang lebar.
"Hanya mitos? Lalu bagaimana jika makhluk itu benar-benar ada dan dekat denganmu?" ucapku.
Gadis itu hanya tertawa. "Jika dia benar-benar ada, kalau begitu kau adalah makhluk itu?" ucapnya masih dengan tertawa.
"Jika aku jawab iya apa kau akan percaya?"
Seketika tawa Ashina mereda begitu saja. "Ka-kau. Kau bukan manusia biasa sepertiku? Lalu kau makhluk apa? Jadi-jadian?" tanyanya beruntut dengan nada gugupnya.
Aku tersenyum tipis. Membuat keterkejutan Ashina semakin bertambah. "Siapa kau?" tanya lagi Ashina dengan takut.
"Kau ingin tahu?" kataku. Gadis itu mengangguk pelan. "Tapi kau harus berjanji untuk tidak takut kepadaku." kataku lagi.
"Ya, apapun itu aku berjanji!" ucapnya yakin namun sedikit ketakutan.
"Aku adalah----"
**To be continued......
*Cieeee up dua kali😂 semoga suka, jangan lupa like vote dan comment. Oh ya guys, aku menghargai kalian yang minta up terus, tapi aku juga sedikit sedih karena gak ada reaction dari kalian tentang alur aku setiap partnya🙂 hehe mungkin ini berlebihan tapi react kalian aku tunggu selain 'up thor' 😁 oke deh gak papa semoga suka. Nikmatin 2 part nya hehe
See you next part guys🐺***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
👍🙃🤗
2020-10-05
0
Triiyyaazz Ajuach
mkin seru lanjut
2020-05-12
0
Aisyah Misbah
yaaaah Thor nangggung
2020-05-09
0