Lucien Pov
Aku senang hari ini bisa menghabiskan waktu dengan Ashina, mengungkapkan jati diriku yang sebenarnya dihadapan gadis itu membuat perasaanku sangat lega. Tapi ada sedikit yang mengusikku, wajah Ashina seolah merasa takut sudah mengetahui diriku yang sebenarnya.
"La-lalu, kau ingin membunuhku saat ini bukan?" tanyanya dengan nada ragu yang aku tangkap
"Kenapa kau berpikiran seperti itu? Kau adalah Mate-ku, tentu saja aku tidak akan membunuhmu," jawabku sembari terkekeh pelan. Ini sangat lucu melihat raut wajahnya yang bercampur.
"Bagaimana aku bisa yakin jika kau tak melakukan hal itu?" tanyanya lagi.
"Sudahku bilang, kau adalah Mate-ku. Jika aku membunuhmu itu sama saja seperti aku membunuh diriku sendiri." Jelas Lucien yang aku tanggapi masih tak mengerti.
"Mate itu apa?"
"Lebih jelasnya kau adalah pasanganku yang sudah ditakdirkan," rinciku menjelaskan sedetail mungkin. Gadis itu mengangguk-anggukkan kepalanya paham.
Lalu Ashina kembali bertanya dengan seribu pertanyaannya yang keluar dari mulut kecilnya tersebut. Beberapa kali aku menghela nafas untuk mengumpulkan kesabaran karena menjawab pertanyaan Ashina. Hingga pada akhirnya aku kesal sendiri dan membentaknya sedikit hingga membuat gadis itu terdiam. Ah aku merasa sangat bersalah.
"Makanlah," kataku saat gadis yang duduk dihadapanku diam saja. Dia hanya menuruti perkataanku tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Apa makanannya enak?" tanyaku lagi.
Gadis itu menganggukkan pelan kepalanya dan berkata dengan singkat. "Enak."
Setelah itu kami hanya terdiam untuk menghabiskan makanan yang ada dihadapan kami. Hingga akhirnya kita keluar dari restoran tersebut.
"Ingin kemana lagi kita?" tanyaku sambil berjalan bersampingan dengannya.
"Aku hanya ingin pulang saja." Jawab gadis tersebut.
Karena jawabannya, langkahku berhenti dan langkahnya pun ikut berhenti. Semula aku yang berada disampingnya, kini berhadapan dengan gadis bertubuh sedada bidangku ini. Tanganku terulur untuk mengusap lembut rambutnya dan bisa-bisanya aku berkata langsung jika dia begitu menggemaskan. Ya walaupun itu benar adanya.
"Aku tahu jika kau sedang takut kepadaku saat ini karena telah mengetahui jati diriku yang sebenarnya. Tidak masalah katakan saja dengan jujur, aku tidak akan marah atau memakanmu Ash." Ujarku panjang lebar.
Namun wajah Ashina begitu nampak bimbang sampai akhirnya gadis itu membuka suaranya. "I-iya, hanya sedikit." Cicitnya.
Aku hanya tersenyum memaklumi hal itu. "Jadi, apa kau ingin pulang saja sekarang?" tanyaku. Namun tiba-tiba tubuhku seolah ada yang aneh, seperti memiliki hasrat untuk menerka Ashina.
Zerky melolong didalam sana, seperti ada sesuatu yang akan terjadi pada tubuhku namun aku tidak mengetahui apa yang tengah terjadi. Zerky seperti ingin mengambil alih tubuhku, dengan masih menyisakan kesadaran, aku berkata kepada Ashina.
"Sebaiknya, kau pulang sendiri dan cepat pergi dari hadapanku," kataku berusaha tanpa menatap wajahnya.
"Tapi kenapa?" tanyanya heran.
"Aku bilang pergi! Sebelum hal yang menakutkan terjadi kepadamu, aku tidak bisa menjamin jika diriku akan terkontrol." Ujarku dengan sedikit bentakkan dan geraman.
Terlihat langkah kaki Ashina perlahan memundur mejauhiku, ini bagus. Ayo lebih jauh lagi dengan jarakku saat ini, aku tidak ingin gadisku tersakiti oleh diriku sendiri. Aku yakin jika Ashina melihat perubahan manik mataku karena Zerky terus berusaha mengambil alih tubuhku.
"A-ada a-apa dengan bola matamu, Luc?" tanyanya dengan gugup.
"Cepat pergi!" geramnku semakin marah. Gadis itu masih bergeming ditempat walaupun jarak kami cukup jauh.
"Aku bilang cepat pergi dari sini!" teriakku lagi membuat semua orang disekitar melirik kearah kami. Oh maafkan aku Ash.
Ashina akhirnya berlari menjauhiku, aky tahu dia dengan terpaksa menjauhiku dan berlari dengan langkahnya yang takut. Aku mencemaskan dirinya apa dia takut dan tersinggung karena bentakkanku?
Setelah dirasa Ashina sudah jauh dari tempat ini. Akhirnya aku memasuki mobil dan menancapkan gas dengan kecepatan tinggi sampai menerobos lalu lintas namun untungnya tidak ada korban.
Dengan tenaga yang tersisa akhirnya aku bisa menahan Zerky agar tak keluar diwaktu yang salah. Mobil yang aku kendarai akhirnya berhenti tepat dirumah besar yang tak lain berada diwilayah Moon Stone Pack. Langkaku bergegas masuk dan mengabaikan salam semuanya termasuk Beta Grade.
"Daddy! Mommy!" panggilku dengan sedikit berteriak. Langkahku berjalan kearah ruangan keluarga. Dan bertepatan mereka sedang kumpul disitu bersama Mars dan juga Venus.
"Kenapa kau berteriak kak? Ini didalam rumah bukan diluar hutan!" desis Venus dengan mencebikkan bibirnya. Aku hanya menatapnya tajam.
"Ada apa Luc?" kini bergantian Ibuku lah yang bertanya.
"Aku ingin mengatakan sesuatu yang penting kepada kalian." Kataku sambil mendekat kearah mereka.
"Katakan saja," sahut Ayahku yang sedari tadi membaca dokumen.
Aku melirik sekitar memastikan tidak ada orang selain keluargaku disini. Dirasa sudah aman aku bergantian melirik kearah adik kembarku Mars dan Venus.
"Apa kalian bisa meninggalkan kami sebentar adik-adikku?" tanyaku kepada meraka berdua yang tengah mengobrol sambil memegang ponselnya masing-masing.
"Kenapa kami tidak boleh mengetahui apa yang ingin kau sampainkan kak?" tanya Venus sedikit tak terima.
"Karena ini tidak penting denganmu." Jawabku asal.
"Tapi kita juga ingin tahu, kita memang adikmu. Tapi kita juga bukan anak kecil lagi yang tidak paham dengan apapun." Sahut Mars membela dikubu kembarannya.
"Sudahlah Luc, biarkan mereka mendengarkan apa yang ingin kau sampaikan. Daripada kalian ribut lagi, Mommy sudah pusing mendengarnya." Ungkap Ibuku dengan nada mengeluh.
Aku hanya menghela nafas pasrah. "Baiklah," kataku sambil duduk didepan kedua orangtuaku. Tak ketinggalan adik kembarku ikut mendekat kearah kami.
"Apa selain darah Werewolf dan White Witch ada keturunan lain dari diri kalian atau kakek nenek?" tanyaku yang nampak berliku, namun aku yakin mereka memahaminya.
"Setahuku tidak ada, entah itu kakekmu ataupun keluarga lainnya." Jawab Ayahku sambil menutup berkasnya.
"Tapi Dad, aku merasakan aura baru yang ada didalam tubuhku. Dan ini terasa sangat asing, seperti ingin sekali meminum darah manusia. Tapi Werewolf tidak pernah melakukan semacam menyedot darah manusia seperti Vampir." Jelasku panjang lebar.
"Vampir?" kata Mars dan Venus secara serempak. Aku menganggukkan kepalaku, sedangkan Ibuku nampak diam tak ingin menjawab.
"Mom, apa kau tahu apa yang sedang terjadi denganku? Karena firasat seorang Ibu sangat kuat terhadap anak-anaknya," ucapku sambil menatap kearah Ibu.
Terlihat Ibuku menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara gusar. "Ada apa denganmu Shey? Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan selama ini?" tanya Ayahku sambil memegang pundak Ibuku.
"Drey, sebenarnya aku memiliki satu rahasia yang belum siapapun mengetahui hal ini." Ujar Ibuku dengan menatap kearah Ayahku.
"Rahasia apa?" tanya lagi Ayahku.
"Sebenarnya, semenjak aku bertemu kembali dengan Ibuku---"
**To be continued......
*Asik asik up again😂 cie ngegantung wkwk. Semoga suka, kalo besok sinyalnya bagus aku usahakan bakalan up 2 part lagi hehe. Jangan lupa kasih like vote dan comment biar author semangat upnya🤗
See you next part guys🐺***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
👍😶🙃🌤️
2020-10-05
0
Linda Dwi Novita
iya ampun
2020-05-12
0
Triiyyaazz Ajuach
walah campuran werewolf,white witch,dan vampir wow amazing
2020-05-12
0