Ashina Pov
"Ya, apapun itu aku berjanji!" ucapku dengan cepat. Ya, aku ini adalah tipika perempuan yang sangat ingin tahu jika didesak seperti itu.
"Aku adalah--" ucap Lucien menggantung, ah dia membuatku semakin penasaran dan kesal saja.
"Katakan dengan cepat dan jelas, tidak baik membuat seseorang penasaran seperti ini!" tandasku kesal.
Lelaki itu hanya tertawa pelan. Apanya yang lucu? Dasar aneh.
"Ya seperti yang aku katakan tadi, aku adalah makhluk Immortal. Seorang manusia serigala yang sedang mencari seorang Mate," ucapnya.
Aku terkejut, apa aku salah dengar saat ini? Ayolah katakan sekali lagi padaku, ini sangat aneh. Apa dia tengah mengarang cerita anak-anak tentang manusia serigala? Haha ini sangat lucu!
"Kau sedang bercanda denganku?" tanyaku memastikan ucapan Lucien benar atau tidak.
"Aku tidak suka bercanda dalam keadaan seperti ini! Apa kau percaya? Apa sekarang kau takut kepadaku?" tanya balik Lucien dengan bertubi-tubi.
Apa yang harus aku jawab? Jika aku berkata jujur aku memang takut, apa dia akan sedih dengan jawabanku? Jika aku bilang tidak takut, apa dia bisa menjamin jika dia tidak akan memangsaku seperti serigala waktu itu? Apa yang harus aku jawab?
Pertimbangan matang aku ucapkan sambil menatap Lucien yang sedari tadi menatapku juga. "Ti-tidak," jawabku dengan nada gugup. Ah bodoh sekali, kenapa aku terlihat gugup saat berbicara?
Lucien membali tertawa pelan membuatku sedikit heran. "Mulut dengan tingkahmu menjawab dengan kata berbeda Ash, aku tahu kau pasti takut mengetahui jati diriku yang sesungguhnya." Kata lelaki tersebut dengan nada santainya.
Lihat bukan, sekarang aku merasa bersalah, tapi jika dipikirkan lagi kenapa aku harus merasa bersalah sedangkan aku tidak melakukan kesalahan. Ah lupakan!
"La-lalu, kau ingin membunuhku saat ini bukan?" tanyaku ragu.
"Kenapa kau berpikiran seperti itu? Kau adalah Mate-ku, tentu saja aku tidak akan membunuhmu," jawab Lucien terkekeh.
"Bagaimana aku bisa yakin jika kau tak melakukan hal itu?" tanyaku lagi.
"Sudahku bilang, kau adalah Mate-ku. Jika aku membunuhmu itu sama saja seperti aku membunuh diriku sendiri." Jelas Lucien yang aku tanggapi masih tak mengerti.
"Mate itu apa?"
"Lebih jelasnya kau adalah pasanganku yang sudah ditakdirkan," rincinya. Aku mengangguk-anggukkan kepalanya paham.
"Bagaimana kau bisa yakin jika aku adalah pasanganmu?" tanyaku lagi.
Lucien nampak menghela nafasnya kasar. "Kau ini gadis yang begitu banyak pertanyaan. Bisakah kau bertanya satu kali saja?" kata Lucien dengan nada kesalnya.
"Ma-maaf," cicitku pelan. Aku baru menyadari jika perkataanku terlalu banyak pertanyaan untuknya.
"Tidak masalah." Katanya dengan wajah tenang namun rahangnya begitu tegas dan tubuh tegap dengan dada kekarnya.
Tidak ada percakapan lagi setelah itu, aku bingung harus berkata apa lagi. Sebenarnya jika boleh jujur, aku ingin sekali pergi dari hadapannya. Entahlah aku pun tak tahu kenapa.
"Kenapa hanya menatap makananmu saja? Makanlah, kalau dingin akan sangat tidak enak untuk dimakan." Seru Lucien memecahkan keheningan diantara kami.
Aku hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah katapun, menuruti ucapan Lucien dengan memakan pesanan yang sudah diantar sedari tadi dimeja yang kami duduki.
"Bagaimana, enak?" tanya Lucien basa-basi.
Lagi-lagi aku menganggukkan kepalaku perlahan. "Enak," ucapku setelahnya. Lalu kami memakan makanan tersebut sampai habis.
"Ingin kemana lagi setelah ini?" tanya Lucien saat kami keluar dari restoran.
Aku mengangkat kedua bahuku tak tahu. "Aku hanya ingin pulang saja," ucapku dengan sangat pelan.
"Apa kau sakit?" kata Lucien dengan khawatir.
"Tidak," jawabku.
Lelaki itu menghentikan langkahnya, membuatku ikut berhenti berjalan disampingnya. Semula kita berdua bersampingan, kini Lucien mengubah posisinya menjadi berhadapan denganku.
"Kau tidak bisa berbohong kepadaku, Ash. Kau sedang takut denganku karena mengetahui jati diriku yang sebenarnya bukan?" ucap Lucien untuk kesekian kalinya.
Yasudah, mau dialihkan seperti apapun Lucien akan terus bertanya seperti itu. Dengan ragu aku menganggukkan kepalaku pelan sekali. Terlihat tangan kanan Lucien terangkat dan mendaratkan tangannya diatas kepalaku, lalu mengusapnya dengan pelan, membuat perasaanku berkecamuk entak kenapa.
"Kau sangat menggemaskan, aku mengakui hal itu. Dari pertama kita bertemu, kau sudah menggangu pikiranku." Ujar Lucien.
Aku mendongakkan kepala menatap Lucien, dan tangan Lucien turun dari atas kepalaku. "Aku tidak pernah menganggumu sampai membuatmu berpikir keras, Luc." Kataku dengan wajah bodohnya.
"Kau memang gadis yang sangat polos, maksudku adalah aku terus memikirkan wajahmu saat pertama kali aku mecium bibirmu. Bukan salahku saat itu karena wajahmu yang menggemaskan itu membuatku melakukan hal tersebut." Ucap Lucien dengan gamblangnya.
Astaga, apa lelaki dihadapanku ini tidak malu mengucapkan hal sevulgar itu diluar seperti ini? Aku takut menatap sekitar yang cukup ramai dilalui orang, aku harap mereka tuli mendadak saat melewati kami.
Saat aku ingin membuka suara untuk memprotes karena ucapannya. Tiba-tiba gelagat Lucien aneh saat menatapku. Seperti seseorang yang sedang menahan untuk tidak melakukan hal buruk. Ya ampun, apa ini hanya perasaanku saja? Kenapa perasaanku jadi tidak enak seperti ini?
"Luc, ada apa denganmu?" tanyaku sambil meraih lengan tangannya yang kekar. Namun tubuh Lucien menolak dan mundur selangkah.
"Sebaiknya, kau pulang sendiri dan cepat pergi dari hadapanku," kata Lucien tanpa menatapku.
"Tapi kenapa?" ucapku heran.
"Aku bilang pergi! Sebelum hal yang menakutkan terjadi kepadamu, aku tidak menjamin jika diriku akan terkontrol." Ujarnya dengan sedikit bentakkan dan geraman.
Perlahan-lahan aku memundurkan langkahku takut, namun aku beranikan menatap manik mata biru Lucien yang sedang menatapku juga. Aku terperanjat kaget saat manik matanya berubah warnah menjadi hitam pekat namun membiru kembali seperti semula.
"A-ada a-apa dengan bola matamu, Luc?" tanyaku dengan gugup. Oh Ayah, aku sangat takut kali ini.
"Cepat pergi!" geramnya marah. Aku masih bergeming ditempat.
"Aku bilang cepat pergi dari sini!" teriaknya membuat semua orang disekitar melirik kearah kami.
Aku menurutinya saja karena tidak ingin terjadi keributan didepan restoran tersebut. Dengan cepat, aku berlari dengan sangat cepat meninggalkan Lucien yang masih berdiri dengan terus menatapku. Setelah beberapa lama berlari, aku tidak lagi melihat tubuh Lucien.
Aku memberhentikan langkahku karena lelah berlari sejauh ini. Dengan nafas terengah-engah aku mendudukkan dikursi yang tersedia dijalanan tersebut sambil mengatur pernafasan agar kembali normal.
"Kenapa.. Lucien menyuruhku pergi darinya? Kenapa mata dia juga tiba-tiba berubah seperti itu? Ini sangat menakutkan. Apa Lucien akan berganti menjadi sosok serigala? Oh tuhan, kenapa takdirku seperti ini?" kataku berbicara sendiri.
Dirasa aku sudah baikkan, aku kembali kecafe untuk bekerja lagi, namun pikiranku terus berkecamuk memikirkan hal tadi. Sampai aku beberapa kali ditegur karena suka melamun. Ah ada apa dengannya?!
**To be continued......
*Hi guys, semoga suka❤️ jangan lupa like vote dan comment biar author semangat upnya. Krisar juga yak hehe. Kalo ada yang typo tegur aja okey🤣
See you next part🐺***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
👍🏇🏇🏇
2020-10-05
0
Linda Dwi Novita
semangat
2020-05-12
0
Triiyyaazz Ajuach
pasti werewolfnya mau ganti shift
2020-05-12
0