My Mine Is Human
"Tentu saja aku tidak mengharapkan anak sepertimu! Yang bisanya hanya menyusahkan saja, bisa tidak sehari saja kau tidak membuat masalah! Aku sudah muak mengurus semua masalahmu, kau ini sudah dewasa, sudah sepatutnya mencari uang sendiri dan keluar dari rumah ini!" oceh seorang wanita paruh baya kepada gadis seumuran 19 tahun tersebut dengan suara melengking tinggi.
Gadis tersebut mendongakkan kepalanya yang semula menunduk, terlihat jika wajahnya dipenuhi dengan jejak air mata. "A-aku, aku tidak melakukan kesalahan apapun Bu. Aku bersumpah demi nama Ayah," ujar gadis tersebut sambil sesekali terisak.
"Hei berani sekali kau bersumpah atas nama suamiku!" murka bu Meisha kepada anak perempuan pertamanya tersebut.
Gadis yang semula ketakutan, kini entah kenapa dia berani bangkit dari tempat duduknya dan menatap marah kepada Ibunya.
"Ibu orangtua yang pilih kasih! Kenapa aku yang harus disalahkan terus? Kenapa aku yang selalu menjadi sasaran kemarahan kalian? Ayah! Ayah gak pernah seperti ini padaku!" teriak gadis tersebut penuh dengan amarah yang memuncak karena dia tidak bisa menahan lagi amarahnya yang terpendam.
Satu tamparan keras mendarat halus dipipi gadis tersebut. "Kamu! Anak tak tahu diri, berani sekali membentak Ibumu!" geram bu Meisha.
"Ibu yang bikin aku seperti ini! Ingat itu bu," kata gadis tersebut melangkah pergi dari hadapan Ibunya dan berlari keluar dari rumah.
"Hei bodoh! Mau kemana kau, kembali kesini. Shina!" teriak bu Meisha. Namun tak digubris oleh gadis tersebut.
Ashina Seraphine, biasa dipanggil Ashina oleh orang-orang. Gadis yang beranjak dewasa dengan keadaan yang ditindas oleh Ibunya.
Ashina perempuan yang dipaksa dewasa semenjak Ayahnya meninggal 2 tahun yang lalu saat dirinya berusia 17 tahun. Sikap Ibunya yang dulu sangat menyayanginya, kini berubah menjadi wanita tempramental yang sesekali melampiaskan amarahnya kepada Ashina.
Ashina sendiri adalah anak pertama dari 2 bersaudara, adiknya sama-sama perempuan. Namun perlakuannya lah yang berbeda, walaupun Ayahnya sudah meninggal tetapi kasih sayang Ibunya untuk adik Ashina masih tetap sama.
Berbeda dengannya, yang harus dipaksa bekerja agar bisa mencukupi kebutuhan makanan keluarga. Ibunya sendiri hanya menjadi buruh serabutan yang pekerjaan apapun akan dia lakukan.
Tetapi, Ashina suka kesal dengan adik perempuannya yang manja. Salah didikkan karena Ibunya yang terlalu menuruti dan memudahkan permintaan Adella, yang kena imbasnya adalah dirinya sendiri.
2 tahun sudah berjalan begitu saja, tetapi bagi Ashina. Dirinya lebih baik mati menjemput Ayahnya daripada bertahan hidup didalam rumah yang membuatnya tertekan.
Gadis tersebut tidak berhenti berlari, sampai akhirnya dia tersesat ditengah hutan yang lebat. Dengan kondisi langit yang sudah menggelap, maka keadaan semakin mencekam dibuatnya. Suara-suara aneh mulai Ashina dengar, dimulai dari gerakkan semak-semak belukar, lolongan serigala, keleawar, burung gagak dan sejenisnya.
Karena terlalu fokus akan masalah dan air matanya, Ashina tidak sempat meliht jalan yang dia lalui saat ini. Saat tersadar, dirinya tiba-tuba sudah masuk kedalam hutan, dimana jauh dari jangkauan rumahnya yang berpenduduk padat.
Tubub gadis tersebut bergetar ketakutan, dirinya bingung serta cemas akan keadaannya sekarang. "Kau dimana," beo Ashina dengan suara pelannya.
Menggigit kuku-kukunya, untung saja Ashina memakai sweater. Ya walaupun angin malam masih bisa menembus kulit pucat Ashina, tetapi itu cukup membantu mengurangi sedikit dinginnya malam.
Matanya menyapu seluruh keadaan hutan tersebut, sesekali kelelawar bertebrangan diatas kepala Ashina. "Siapapun yang ada disini tolong aku!" teriak Ashina berharap ada yang mendengarkan suaranya didalam hutan.
Sunyi, hanya itu yang Ashina rasakan. Tidak ada tanda-tanda orang yang ingin menyelamatkannya, kembali isak tangis Ashina keluar.
"Ibu, tolong Ashina untuk yang terakhir kalinya. Tolong Ashina keluar dari sini, Ashina berjanji! Ashina akan bekerja dan tidak melakukan kesalahan lagi walaupun itu bukan Ashina ya salah, tolong aku..." lirih Ashina diakhir kalimatnya.
Berharap sang Ibulah yang datang, namun semak-semak belukar didepan mata Ashina bergerak dengan cukup kencang. Membuat gadis tersebut memundurkan beberapa langkah dan menabrak pohon dibelakangnya.
"Pergi! Aku bilang pergi! Aku tidak salah, hiks.." isak gadis tersebut.
Perlahan sosok serigala besar keluar dari semak tersebut. Seolah tengah tersenyum karena menemukan mangsa dimalam hari ini, tanpa perlu susah payah mencarinya. Ashina yang melihat tubuh besar serigala tersebut semakin gemetar, dia bingung apa yang harus dilakukannya saat ini.
"Tolong jangan makan aku, biarkan aku pergi." Pinta Ashina kepada serigala tersebut, berharap hewan didepannya ini mengerti bahasa manusia.
Bukannya berhenti, serigala tersebut semakin berjalan mendekat kearah Ashina yang sudah meringkukkan tubuhnya. Tangisnya semakin pecah, namun matanya tidak pernah lepas dari pandangan serigala hitam didepannya ini.
Serigala tersebut mengeluarkan taringnya, kuku-kuku yang tajam pun ikut bermunculan. Seolah tengah mencari ancang-ancang untuk menerka gadis didepannya ini. Ashina berteriak kencang sebelum hilangnya kesadaran menjemput dia.
Gelap, hampa dan kosong. Itulah yang Ashina rasakan saat kedua matanya terbuka karena sorotan sinar mentari yang menusuk kelopak matanya yang masih menutup.
Pelan-pelan mata tersebut terbuka. Sebuah erangan kecil keluar dari mulut gadis tersebut, kepalanya sedikit pusing. Matanya mengedar keseluruh ruangan yang menurutnya sangat asing dia lihat.
"Aku dimana?" tanya Ashina entah pada siapa.
Tiba-tiba pintu ruangan tersebut terbuka, menampakkan sosok perempun yang menurut Ashina sangatlah cantik, perempuan tersebut mendorong sebuah troli yang berisikan hidangan makanan.
"Permisi nona, saya bawakan makanan untukmu. Alpha bilang kau harus segera makan jika sudah sadar," ucap perempuan tersebut dengan ramahnya.
"Kau siapa?" tanya Ashina bingung.
"Saya Laurent, kau bisa memanggilku dengan sebutan omega." Jawab perempuan bernama Laurent tersebut.
"Mengapa kau disebut omega? Namamu sudah cukup bagus." Kata Ashina.
"Itu sudah menjadi nama saya semenjak saya bekerja disini," jawab Laurent dengan masih tersenyum.
"Bolehkah aku bertanya lagi?" ucap Ashina seolah meminta izin, laurent tersenyum lalu mengangguk. "Aku berada dimana sekarang? Seingatku tadi malam aku berada disebuah hutan yang menyeramkan." Kata Ashina lagi.
"Kau sedang berada disebuah pack. Biasa dipanggil Moon Stone Pack." Ucap Laurent.
Ashina mengangkat sebelah alisnya bingung. "Apakah utu sebuah kota?" tanya nya polos.
"Bisa dibilang seperti itu, tetapi kami sering memanggilnya dengan sebutan Pack. Maaf nona saya harus mengundurkan diri karena pekerjaan saya masih terlalu banyak. Silahkan dimakan," ujar Laurent lalu melangkah pergi buru-buru dan menutup kembalu pintu ruangan tersebut.
"Tungg---" belum sempat selesai bicara, Laurent sudah menghilang dari balik pintu.
"Pack? Nama itu seperti tidak asing, apa katanya Moon Stone Pack? Nama yang aneh. Tapi, ruangan ini cukup mewah dan luas, apalagi makanan ini sepertinya makanan orang kaya." Kata Ashina berkata sendiri.
Gadis tersebut masih kebingungan dengan keberadannya sekarang dan apa yang terjadi tadi malam? Bukankah seekor serigala ingin menerkam tubuhnya? Lalu mengapa dia selamat?
*°TO BE CONTINUE°
**Hi guys, akhirnya bikin sequel/season 2 MY MATE😍 semoga gak kalah seru sama cerita yang pertama🤗 semoga kalian mendukung ceritaku lagi lafyu😚 oke guys jangan lupa kasih like vote dan comment biar author semangat buat update cerita😁
Maaf kalo ada typo juga hehehe
See you next part🐺***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Ellaa🎭
mulai baca dan memberi dukungan kak 😍💜
mampir juga kak ke karyaku 'Kay and Say'🥰
jangan lupa untuk mampir ya siapa tau suka 😍💜💜💜💜
2020-10-05
0
Reni Yustika
kelihatan nya seru😍
2020-10-05
2
เลือดสีน้ำเงิน
permisi Thor penduduk bunian mampir 😇 fav and like
2020-10-05
0