Lucien Pov
Gadis itu, kenapa selalu berkeliaran dipikiranku? Dasar tidak sopan, kenapa selalu muncul setiap pikiranku saat sedang kosong? Ada apa ini? Pertanyaan itu selalu saja muncul dipikiranku. Ini aneh, sangat aneh.
"Bukan sebuah kebetulan jika Moon Goddess mengirim kita seorang Mate manusia, Luc." Sahut Zerky melalui Mindlink.
Apa katanya, kebetulan? Yang benar saja!
"Bagaimana mungkin jika seorang Alpha terkuat diwilayah ini memiliki seorang Mate manusia biasa? Jangan mengada-ngada Zer!" ujarku menepis pikiran Wolf-ku sendiri.
"Aku tidak mengada-ngada, tapi perasanmu yang belum siap menerima takdir ini Luc, kau belum menerima jika Mate kita hanya manusia biasa, apa masalahnya dengan itu? Tahta seorang Alpha tidak mempengaruhi apapun jika Mate-nya hanya seorang manusia biasa!" kata Zerky, perdebatan kembali terjadi diantara kita berdua melalui Mindlink.
Memang benar adanya, kami satu tubuh namun soal pikiran kita sering memperdebatkannya. Ini bukan hal biasa ditemukan pada seorang Werewolf.
"Lalu? Apa yang harus aku lakukan sekarang Wolf pintar." Seruku sambil menekan kata terakhirnya.
Aku bisa mendengar jika Wolf-ku tengah tertawa didalam sana, terdengar juga sebuah lolongan meremehkanku sendiri. Sialan memang. "Kau meminta saran kepadaku, Alpha?" kata Zerky.
Lihat bukan? Wolf-ku memang sangat-sangat menyebalkan, catat itu! "Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu Zer!" geramku marah.
"Oh, oh, baiklah. Temui saja dia, katakan padanya jika kau menyukainya dan dia adalah Mate-mu yang ditakdirkan oleh Moon Goddess." Ujar Zerky dengan gampangnya.
Kali ini akulah yang mentertawakan Wolf-ku. Bagaimana tidak? Seolah aku salah meminta saran kepadanya. Saran bodoh yang aku terima, sebegitu mudahnya dia mengatakan seperti itu kepada Ashina?
"Kenapa kau malah tertawa?" tanya Zerky balik kesal kepadaku.
"Saranmu sangat bodoh tuan Wolf yang pintar! BAGAIMANA AKU BISA MENGATAKAN HAL SEMUDAH ITU KEPADA ASHINA DAN BERKATA 'HAI ASHINA AKU SEORANG ALPHA WEREWOLF INGIN MENJADIKANMU SEORANG MATE DAN LUNA DIPACK INI!' GILA!" ujarku berteriak marah dan langsung memutuskan Mindlink secara sepihak.
Pikiranku semakin kacau. Ini sudah malam, apa yang sedang gadis itu lakukan saat ini? Apa dia baik-baik saja? Oh tunggu! Kenapa aku jadi malah bertanya seperti itu? Kenapa Beta Grade juga seolah sangat dekat dengan gadis itu? Aku tidak boleh lengah agar Beta Grade tidak mendapatkannya terlebih dahulu dariku.
Tidak, aku tidak cemburu saat ini. Hanya saja aku tidak suka jika gadis itu sangat dekat dengan Beta Grade melainkan denganku sendiri, apalagi saat dia mengantarkan Ashina pulang. Sangat tidak sopan tertawa lepas seperti itu, dia pikir aku tidak bisa mendengarnya dari sini?
Aku langsung bangkit dari tempat meja kerjaku dan keluar dari ruangan tersebut. Hari sudah sangat malam, tapi entah mengapa aku ingin menemui gadis itu. Dengan langkah cepat aku mengambil kunci mobil dan pergi dari Pack menuju kota.
"Beta Grade, aku ada urusan sebentar. Kau jaga dan urus Pack ini selama aku pergi keluar." Perintahku melalui Mindlink. Inilah kelebihan seorang Werewolf, bisa berkomunikasi melalui Mindlink.
"Baik Alpha." Jawab Beta Grade setelahnya.
Saat aku ingin pergi kerumah gadis tersebut, namun aku melihatnya tengah melahap sepotong roti dengan rakus didepan toko malam-malam begini. Apa dia tengah makan malam dengan sepotong roti? Dimana keluarganya?
Aku membalikkan arah mobilku menuju restoran cepat saji yang dekat dari tempat ini. Setelah aku mendapati dan membeli beberapa makanan untuknya, aku langsung memutar kembali kemudi mobil dan berheti tepat tak jauh dari Ashina yang tengah meminum.
"Hanya memakan roti dipinggir jalan tidak membuat perutmu kenyang, Nona." Ujarku disampingnya.
Gadis tersebut langsung terkejut saat melihat wajahku, sangat menggemaskan. Tapi kenapa dia harus terkejut? Apa wajah tampanku ini menyeramkan seperti hantu? Ah yang benar saja!
"Makanlah, aku membelikannya untukmu." Kataku lagi.
Setelah beberapa percakapan. Ashina berkata. "Makanan ini sangat enak,"
Tentu saja aku yang emndengarnya sangat senang, entah kenapa tapi aku sangat suka dengan wajahnya yang berbinar bahagia. "Apa sudah kenyang?" tanyaku.
Gadis itu mengangguk. "Perutku sudah kenyang sekali." Jawabnya sambil mengelus perutnya yang rata.
"Kenapa kau terus melihatku? Apa wajahku ada yang aneh?" kata Ashina sambil meraba wajahnya sendiri.
"Cantik," ungkap Lucien lagi-lagi terlontar begitu saja.
"Apa yang cantik?" ucap heran Ashina.
"Wajahmu," jawabnya.
"Hah?"
"Ah tidak, maksudku. Wajahmu ada bekas saus pasta disudut bibir, mau aku bersihkan?" tawarnya diakhir kalimat.
"Tidak, aku bisa sendiri." tolak Ashina dengan sopan.
Perdebatan kita lakukan sampai akhirnya gadis didepanku mengalah. Ini bagus! Saat tengah membersihkan sisa saus yang berada disudut pinggir bibir Ashina, mata kita beradu pandangan hingga beberapa menit sampai akhirnya Ashina memutuskan pandangan tersebut kearah lain. Aku bisa mendengar suara deguban jantung Ashina, jangan lupa Werewolf memiliki pendengaran yang sangat tajam. Ingin rasanya aku tertawa karena situasi Ashina saat ini, tapi saat aku ingin menjahilinya dia berkata.
"Ini sudah malam, aku pergi dulu. Terimakasih untuk makan malamnya," kata Ashina sambil berdiri bangkit dan duduk dan bergegas pergi meninggalkanku sendiri.
Ini sangat menggemaskan!
Keesokan harinya aku dijadwalkna tak ada rapat penting hari ini. Maka dari itu aku akan mengikuti Ashina kemana dia akan pergi, saat didepan rumah terlihat gadis yang mengenakan seragam kerja berwarna hitam putih itu tengah tergesa-gesa.
Aku terus mengikutinya dari belakang dengan mobilku. Hingga tiba gadis itu masuk kesebuah cafe yang salah satu cabang milikku. Aku akui jika pengunjung cafe ini sangat ramai, dilihat dari karyawannya yang sibuk memberikan minuman atau mencatat pesanan.
Hingga akhirnya aku masuk dan berpura-pura menjadi pelanggan. Namun saat waktu istirahat aku mendengar percakapan mereka yang tengah menakut-nakuti gadis itu karena dipanggil oleh atasannya. Memang kenapa? Hingga satu tindakan yang harus aku lakukan agar gadisku, ah ralat maksudku calon gadisku tidak dimarahi seperti itu!
"Siapa kau berani memarahi gadisku?" tanyaku saat memasuki ruangan kerja atasannya.
"Mr. Lucien?"/ "Lucien?" kata mereka serempak namun berbeda ucapan.
"Aku tanya kenapa kau memarahi gadisku!" kataku sekali lagi.
"Gadis yang mana?" tanya lelaki berbadan gemuk tersebut. Hah, dia bilang gadis yang mana? Apa dia buta tidak melihat Ashina disana?
"Yang ada dihadapanmu, siapa lagi?" jawabku menahan kesal.
"I-ini gadismu? Apa tuan sedang bercanda?" ucapnya dengan gugup.
"Apa wajahku terlihat sedang bercanda?" kataku dengan wajah datar.
"Ti-tidak, ta-tapi kenapa kau mengakui gadis bodoh ini?" tanya pria gemuk tersebut.
Karena aku geram dengan tingkah lakunya, aku pun berkata. "Apa kau perlu bukti? Akan ku buktikan!"
Aku memajukan tubuhku berjalan mendekat kearah Ashina. Dan menipiskan jarak diantara kita berdua. Terdengar dengan pelan, Ashina berkata. "Kau ingin apa?"
"Membuktikan sesuatu melalui ciuman." Jawabku dengan santainya lalu sedetik kemudian aku mencium bibirnya cukup lama tanpa pergerakan.
**To be continued.......
*Hi guys, semangat puasa? Hehe semoga suka, Pov pertama Lucien nih semoga kena sama setiap ucapannya😁 jangan lupa like vote dan comment. Next part masih Pov Lucien yak! ❤️
See you next part guys🐺***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
👍😶
2020-10-05
0
Linda Dwi Novita
apakah ga ada cara lain
2020-05-12
0
Triiyyaazz Ajuach
sosor trsssss
2020-05-12
0