Tubuh serasa patah, pegal, bahkan kepala rasanya sudah mau copot dari kawanan tubuh. Mengingat hari ini tiba-tiba devisi pendesainan harus bekerja extra.
Lisa menghempaskan tubuhnya keatas kasur, badannya terasa lengket namun tubuhnya terasa sulit dia gerakkan, akhirnya dengan wajah berminyak Lisa tertidur.
Bunyi ponsel Lisa tak juga membuat gadis itu terbangun dari tidurnya. Dia mengabaikan saja ponsel miliknya sampai ponsel itu mati tidak berdaya. Rasa lelah ini benar-benar harus terbayar dengan cara tidur.
🍃🍃🍃
Suara ketukan pintu membuat Dantu berlari terburu-buru untuk membukakan pintu itu.
"Non Sesil, apa kabar non?"
"Baik bi hihihi... Ada koko tidak ya?"
"Belum kembali dari kantor non, mari silahkan masuk non."
Sesil mengamati rumah itu dengan seksama, rumah ini benar-benar belom ada perubahan sejak dia pergi meninggalkannya tiga tahun lalu.
"Non Sesil mau minum apa?"
"Air hangat aja bi, "
"Tunggu sebentar ya!"
Sesil membalas dengan senyuman, dia mulai menelusuri kembali rumah itu. Dia tak melihat perubahan dari isi rumah ini.
"Non, ini minumnya,"
"Bi, koko biasanya pulang jam berapa?"
"Biasanya jam segini udah kembali sih non, mungkin bentar lagi den Ael akan sampai."
Sesil mengangguk mengerti, tak masalah kan dia menunggu koko yang sangat dia rindukan itu.
Pintu tiba-tiba saja terbuka menampilkan sosok Daffa dengan wajah lelahnya. Sesil melemparkan senyumannya dan segera berlari meraih lelaki itu.
"Koko, Sesil kangen!"
"Sesil, kok jam segini ada disini? Kapan sampainya?" tanya Daffa sedikit terkejut melihat keberadaan Sesil.
"Tadi pagi, malam ini aku kesini karna udah kangen koko. Lagian mami sama papi ada urusan jadinya aku disuruh kesini deh," ujar Sesil sedikit manja.
"Kamu ya sudah gede masih aja manja,"
"Sama koko sendiri tak jadi masalahkan?"
"Hemm, yaudah aku mau mandi dulu. Kamu sudah makan? "
"Belom, "
"Yaudah, kamu ke meja makan duluan, ntar koko nyusul ya."
"Oke, siap kapten!" teriak Sesil
🍃🍃🍃
Daffa mengamati sekitar rumah, dia jadi kepikiran Lisa, dimana gadis itu? Tumben sekali tak menampakkan batang hidungnya.
Daffa berjalan menuju kamar Lisa, dan betapa terkejutnya dia melihat Lisa terkapar lelah, sepertinya dia tidur pulas dan belum mandi.
Daffa merapikan tas milik Lisa dan membuka sepatu milik gadis itu, dia mulai mengangkat tubuh Lisa dan membenarkan posisi tidur Lisa.
"Bagaimana bisa gadis ini tidur nyenyak dengan keringat begini? "
"Apa sebaiknya gua bangunin aja? Lagian sepertinya dia juga belum makan malam."
"Lisa, Lisa, Lisa heh bangun..." Daffa sedikit mengoyang tubuh Lisa, agar gadis itu terbangun.
"Erghh..." Gumam Lisa tak jelas
Lisa memutar sedikit tubuhnya mencari kenyamanan. Daffa terus memperhatikan Lisa.
"Lis bangun,"
"Erghh..." lagi-lagi Lisa hanya membalasnya dengan gumaman.
"Lis bangun dong,"
Daffa mencondongkan sedikit tubuhnya untuk membangunkan gadis itu. Seperti dugaannya gadis ini benar-benar sulit diprediksi.
"Koko..." teriak Sesil didepan pintu kamar Lisa, membuat Lisa yang semula tidur nyenyak tersentak dan terbangun.
Daffa menutup matanya geram mendengar suara Sesil yang sebesar toa. Lisa terdiam mencermati apa yang sedang terjadi. Dia melihat seorang gadis kecil berdiri didepan kamarnya dan melihat tepat didepan wajahnya ada sosok Daffa.
"Woow... Ngapain ko?" tanya Lisa terkejut namun suaranya masih terdengar lembut.
"Mau bangunin lo bangke,"
Lisa menarik selimut menutupi wajahnya, astagah apa yang dipikirkan oleh gadis itu. Dia tadi sudah mengira kalo Daffa baru akan arghh sudahlah itu semua hanya khayalan.
Daffa menarik selimut Lisa membuat rok Lisa tersingkap naik keatas, buru-buru Daffa membuang pandangannya. Teriakan Sesil membuat Daffa segera berjalan dan menutup mulut Sesil.
"Cepat mandi, gua tunggu makan dibawah," ujar Daffa sambil menarik Sesil keluar dari kamar Lisa.
Lisa baru saja tersadar dengan situasi yang terjadi. Segera gadis itu berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
🍃🍃🍃
Daffa membuka bekapan tangannya dari mulut Sesil, akhirnya gadis itu bisa bernapas lega.
"Fiuhh... Ihh, koko apa-apaan sih?" gerutu Sesil kesil.
"Bisa diem gak, suara lo kuat banget kek toa,"
"Iiiihh, harusnya aku yang nanya ke koko, kok bisa ada cewe dirumah koko?" tanya Sesil penasaran.
"Dia dititipin,"
"Halah, mana mungkin cewek sebegitu besar dititipin. Kalo tadi anak kecil mungkin saja," cerocos Sesil membuat Daffa pusing.
"Lo masih kecil, jadi gk usah banyak tanya."
"Tadi koko udah bilang kalo aku itu udah gede, kenapa sekarang koko bilang Sesil anak kecil? Koko kok gk konsisten banget sih!" bentak Sesil kesal.
"Sesil, suara mu itu loh kuat banget,"
"Mau gimana lagi? Tuhan udah ciptain suara Sesil kayak gini," ujar Sesil tak terima
Daffa semakin pusing menghadapi Sesil, dia bahkan sangat bingung bagaimana bisa Sesil bisa sepandai ini bicara.
"Sesil, nanti koko jelasin. Sekarang kamu diem dulu ya, koko pusing. Ntar koko beliin coklat ya, jadi jangan banyak tanya ya sayang?" rayu Daffa
"Beneran?" tanya Sesil memastikan.
Daffa mengangguk tersenyum dan mengelus lembut rambut panjang milik Sesil. Daffa mengajak Sesil menuju meja makan dan menyiapkan makanan untuk gadis itu.
"Tapi ko, Sesil masih penasaran loh,"
"Penasaran karna apa?"
"Tadi koko mau ngapain kakak itu? Koko mau nyium ya, sementang kakak itu lagi tidur!"
Daffa tersedak minuman karna ucapan Sesil, dari mana gadis kecil ini tau bicara seperti itu.
Lisa yang tidak sengaja mendengar itu jadi terdiam, dia juga penasaran kenapa Daffa ada tepat didepan wajahnya tadi.
"Sesil ngomong apa sih? Mana mungkin koko cium dia, emang Sesil rela?"
"Enggak, koko itu milik Sesil. Kakak tadi gk boleh koko cium," ujar Sesil semangat.
Daffa tersenyum dan mengelus kembali rambut gadis kecil itu. Dan meminta gadis itu kembali melanjutkan makannya.
"Ekhemm..."
Suara milik Lisa membuat Daffa membatu, arghh... Dia salah ucap sudah bukan? Daffa kembali mengekspresikan kembali wajahnya seolah tidak ada terjadi apa-apa.
"Eh, kakak mari makan." ajak Sesil
"Em... Gadis kecil ini pintar sekali menutupi perbuatannya," batin Lisa kesal namun Lisa tetap memasang senyuman diwajah miliknya.
Lisa menarik kursi disebelah Sesil, dia memicingkan matanya melihat Daffa, namun Daffa tampak tak perduli. Lisa menahan rasa kesal didalam dadanya.
Daffa menaikkan sebelah alis matanya seperti bertanya kenapa gadis itu melihatnya seperti itu. Lisa membalasnya dengan senyuman kikuk.
"Kakak, sudah berapa lama tinggal disini?" tanya Sesip disela-sela mereka makan.
"Em, seminggu yang lalu."
"Wuhh, sudah lama. Kakak pacar koko Ael ya?"
Lisa menyemburkan makanan miliknya tepat kebaju milik Daffa, membuat lelaki itu menatapnya tajam.
"Sori, sori, sori aku gak sengaja."
Lisa segera meraih tissue selembar dan membersihkan baju Daffa. Daffa menghempaskan tangan milik Lisa dengan kasar.
"Gua bisa sendiri, kalian lanjut aja makannya."
Daffa meninggalkan Lisa dan Sesil berdua di meja makan, Sesil tiba-tiba merasakan canggung.
"Heheh... Tak usah dijawab kak, aku kekamar ya!" pamit Sesil dan segera berlari meninggalkan Lisa sendiri.
Lisa mengerutu kesal, " Ahh... Bagaimana ini? Daffa pasti kesal dan jijik samaku,"
Dengan langkah gontai Lisa berjalan menuju tangga, napsu makannya tiba-tiba saja hilang. Dalam pikirannya hanya memikirkan bagaimana kelanjutannya hidup bersama Daffa.
"Gapapa Lis, kamu bisa tahan hanya 5 hari lagi semangat, " ujar Lisa menyemangati dirinya sendiri.
🌾🌾🌾
Lis'R Story 💏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Herta Siahaan
duh Lisa.... Umur segitu sih bukan anak kecil lagi tpi terlalu ceroboh dan nggak ada elegan nya dikit pun. gimana Daffa mau penasaran lah kami sosor terus
2023-02-06
0