Sebuah senyuman kecil terbit diwajah Daffa,"Mengemaskan sekali," ucap Daffa dalam hati.
"Koko senyum?"
Daffa mengubah ekspresi wajahnya menjadi sedingin mungkin.
"Senyum gimana Sil?"
"Lah aku kira tadi senyum, berarti aku salah lihat."
"Udah, lanjut deh makanmu, koko mau kerja dulu. Kalo kamu mau jalan-jalan, kamu minta pak Dani aja nganterin kamu." Ucap Daffa seraya mencium kening Sesil.
Disepanjang perjalanan wajah Lisa selalu membayanginya, cara kesal gadis itu sangat menarik perhatiannya.
Lagi-lagi Daffa tersenyum sendiri mengingatnya, "Astagah Daf, lo apa-apaan coba mikirin tuh cewek? "
Daffa mengeleng-geleng kepalanya dan melaju mobilnya menuju kantor yang dia pimpin.
🍃🍃🍃
Daffa berjalan dengan menunjukkan kewibawaannya, semua staf segera memberi hormat kepadanya.
Mata Daffa melihat Lisa sedang bersama Deven, apa yang mereka bahas? Kenapa Lisa terlihat tertawa bahagia?
Kening Daffa berkerut memperhatikan keakraban mereka, matanya menatap lurus kedepan.
"Selamat pagi pak!" sapa Rara namun Daffa acuh saja.
Lisa dan Deven segera memberi hornat kepada lelaku itu, hanya saja Daffa melewatinya tanpa memperdulikan mereka. Rara segera berlari mendekati Lisa dan Deven.
"Kalian liat gk? "
"Liat apa?" tanya Deven
"Wajah dingin pak Daffa come back lagi hua,"
"Alay banget lu,"
Deven menoyor kepala Rara yang menurutnya sangat alay sekali.
"Ihh... Apaan sih Ven?"
Lisa secara perlahan meninggalkan kedua sahabatnya yang setiap kali bertemu bertengkar adu mulut.
"Daffa kenapa lagi ya? Perasaan tadi dirumah gk kenapa-napa," gumam Lisa
"Lisa,"
Panggilan Reno membuat Lisa segera menghadap.
"Ada apa pak?"
"Tolong serahin ini ke ruangan pak Daffa ya,"
"Hah? Kenapa saya pak?"
"Tolong!"
"Eh, iya pak."
Reno tersenyum melihat Lisa, dia tau Daffa sudah mulai membuka hati untuk gadis itu hanya saja dia pura-pura menutup diri.
🍃🍃🍃
Ketukan pintu ruangannya membuat perhatian Daffa teralih.
"Masuk!" serunya dari dalam.
Lisa memasuki ruangannya dengan senyuman terpancar diwajahnya. Lisa memberikan laporan keuangan.
"Selamat pagi pak, ini laporan keuangan yang sudah diperiksa badan keuangan."
Daffa memicingkan matanya menatap Lisa, membuat gadis itu tersenyum kikuk dan mengernyit heran.
"Kenapa pak?"
"Kenapa anda yang memberi saya laporan? Ini bukannya tugas sekretaris? Dan anda sendiri bukan sekretaris saya."
"Iya pak, kebetulan pak Reno sedang ada pekerjaan lain sehingga beliau meminta saya untuk mengantarkannya," ujar Lisa masih dengan senyuman.
"Saya harap kamu tak usah ambil andil tugas sekretaris, kamu hanya bagian devisi pendesainan. " sarkas Daffa membuat Lisa terdiam.
Lisa mengupayakan dirinya agar tersenyum, dia harus bisa menerima setiap perkataan Daffa selagi itu masih batas wajar.
"Baik pak, saya permisi."
Lisa segera berlalu dari ruangan itu, dan mengutuki Daffa yang makin hari semakin menyebalkan saja.
"Untung bos, untung cowok yang aku suka. Kalo gk aku bakal hantam,"
🍃🍃🍃
Saat menuruni tangga Lisa melihat sosok gadis kecil yang semalam membuatnya kesal.
"Waw... Kak Lisa kerja disini?"
"Hem... Iya begitulah,"
"Lo kenal dia Lis?" tanya Rara penasaran, yang hendak ingin menunjukkan ruangan Daffa kepada gadis itu.
"Kenal gitu aja,"
"Kak Lisa kok gitu sih? Padahalkan kakak tinggal dirum..."
"Lisa lo apain dia? Ntar pak Daffa marah sama lo."
"Gak papa Ra. Biar aku aja yang nganter dia."
"Oh yaudah,"
Lisa membuka bekapan tangannya dari mulut Sesil.
"Kak Lisa apa-apain sih. Kasar banget!" sungut Sesil kesal.
"Bodo amat!" tukas Lisa kesal
"Aku aduin ke koko,"
Sesil berlari menuju ruangan Daffa, Lisa tersadar dan segera mengejar Sesil. Lisa ngos-ngosan ketika dia tepat berada didepan ruangan Daffa, dia malu sekali ketika Daffa melihatnya. Sesil memandangnya remeh dan mengejek Lisa dari belakang tubuh Daffa.
"Ngapain?"
"Gak ada kok pak, saya permisi!" ucap Lisa seraya memberu senyuman.
"Ko tadi kakak itu bekap mulut aku, trus dia juga bilang gk peduli kalo aku digituin dan dia gk tau sama koko," ujar Sesil melebih-lebihkan
"Lisa!" panggil Daffa membuat gadis itu membalikkan tubuhnya.
"Iya pak?" tanya Lisa takut.
"Marahin aja ko,"
" Sesil masuk kekamar situ dulu ya, koko mau ngomong bentar sama kakaknya ya,"
"Siap ko!"
Sesil menjulurkan lidahnya pada Lisa ketika gadis itu hendak masuk ke sebuah kamar yang ada diruangan Daffa.
"Tutup pintunya," pinta Daffa dengan nada dingin.
Lisa menurut seketika saja rasa takut menguasai Lisa, dia tak berani menatap lelaki itu.
"Duduk."
Keduanya sama-sama terdiam, Daffa sendiri bingung ingin memulainya darimana. Daffa juga sedang merasakan kekesalan pada Lisa.
"Yaudah, hukum aja deh pak! " ujar Lisa memecahkan keheningan.
"Yakin? " tanya Daffa menaikkan sebelah alis matanya.
"Yaudah yakin pak, mau gimana lagi? Ngehindar juga gk bisa," sungut Lisa
"Kenapa lo yang bersungut?"
Huh... Lagi-lagi aku dibuat gak bisa berkata apa apa. Batin Lisa
"Maaf pak," cicit Lisa
"Yaudah hukuman kamu, kamu nemenin aku begadang nanti malam dan bantu aku. Aku lembur soalnya."
Lisa terkejut dengan permintaan Daffa, apa lelakj itu otaknya baru kejedot? Kalo cuma sekedar nemenin dan bantu yang ada buat Lisa senang bukan main.
"Baik pak, saya permisi!"
"Hem..."
Setelah keluar dari ruangan Daffa, Lisa memegangi dadanya dan merasakan detak jantungnya yang begitu cepat.
"Astagah... Dia kerasukan apa? Kalo semacam itu hukumannya yang ada aku senang hihi..."
"Tapi sehat gak ya buat jantung aku? Gini aja aku udah jantungan,"
"Kamu yang kuat ya jantungku, kita hadapi manusia es itu, kita bisa."
Lisa segera meninggalkan tempat itu dan segera berlari menuju mejanya. Senyuman tergambar jelas diwajahnya.
"Kenapa lo Lis?"
"Gapapa,"
"Dapat apa dari pak Daffa?"
"Gak ada, udah sana gih kerja. Dilarang kepo!"
Lisa kembali berkutat dengan kerjaannya, dia berharap malam segera tiba.
🍃🍃🍃
Sesil bejalan mondar-mandir didalam kamar kerja Daffa. Dia masih berpikir keras. Hubungan apa yang dimiliki Daffa dan Lisa? Sepertinya mereka terlihat sangat dekat.
"Sesil, kamu ngapain?"
"Koko, kak Lisa nya kemana?"
"Sudah kembali kerja,"
"Koko gak jadi hukum dia?"
"Jadi, emang ada apa?"
"Hukuman apa?"
"Kepo,"
Cih...
" Kamu ngapain datang ke sini?"
"Aku bosen dirumah,"
"Yaudah, kamu jalan-jalan saja. Kan gampang!"
"Tak segampang itu. Aku gk suka jalan sendirian. Gimana kalo kita makan ko, Aku udah lapar." ujar Sesil manja
"Hem... baiklah."
"Yey... Koko memang terdebest,"
Sesil menarik salah satu tangan Daffa dengan buru-buru. Dia sudah berencana makan banyak hari ini. Sementara, Daffa hanya bisa pasrah kala sepupunya menarik paksa dirinya.
"Kak Lisa," teriak Sesil membuat karyawan disana memandangnya.
"Hah? Iya, kenapa?"
"Mari makan bareng aku dan koko. Aku benar-benar lapar, "
"Hem, lain kali saja ya. Aku masih banyak kerjaan,"
"Kak Lisa, kalo kakak gk ikut aku bakal kasih tau semua orang di sini kalo kakak itu ting--"
"Oke, oke. Aku ikut,"
Daffa tersenyum tipis, bahkan melawan anak kecil seperti Sesil saja gadis ini tidak mampu. Sesil juga menarik salah satu tangan Lisa dan menyeret kedua orang itu berjalan keluar. Deven dan Rara tiba-tiba saja bersatu.
"Mereka punya hubungan apa?"
"Entah,"
Rara melirik orang yang diajaknya berbicara dan menatap sinis lelaki itu dan segera berlalu meninggalkannya.
"Cih... Dasar cewek aneh!"
🌾🌾🌾
Lis'R Story 💏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Herta Siahaan
sama aneh makanya mereka berdua nggak pernah akur
2023-02-06
0
Herta Siahaan
ngutuki Daffa tapi suka kan dimaki maki terus 😆😆😆
2023-02-06
0