Semua orang yang berada di devisi pendesainan video sedang sibuk melakukan tugasnya masing-masing. Terlihat dari mereka yang berkutat dengan komputer yang berada di hadapan mereka masing-masing. Lisa tampak sesekali menyeka keringatnya yang keluar.
Devisi pendesainan berada dibawah naungan Reno yang sekaligus menjabat sebagai sekretaris itu. Sesekali Reno memperhatikan Lisa yang serius dalam menyelesaikan tugasnya. Reno melangkahkan kakinya menuju meja Lisa.
“Lis…” panggil Reno yang membuat Lisa sedikit terkejut
“Eh… Iya pak, ada apa ya?”
“Saya mau menanyakan sesuatu, boleh?”
“Tentu saja boleh pak.”
Tiba-tiba ponsel milik Reno bordering, Reno merogoh kantong celananya dan melihat nama Daffa tertera disana. Tak membuang waktu Reno segera menjawab panggilan itu.
“Ada apa?” Tanya Reno sambil berjalan menjauhi meja Lisa.
“Jangan pernah urusi urusan pribadi gua.”
Reno menatap ponselnya itu bingung, kenapa dengan sahabatnya ini? Perasaan dia tidak ada mengurusi urusan pribadi laki-laki itu. Karna Reno tahu Daffa orangnya sangat rentan jika ada yang ikut campur dengan urusannya.
“Maksud lo? Perasaan gua gak ada ikut campur deh.” Jawab Reno
“Jangan pernah lo korek informasi atau bertanya tentang gua ke Lisa, gua tau lo penasaran hubungan gua dengan Lisa, gua harap lo gak buat gua kecewa.”
Reno segera memandang keatas dan melihat Daffa yang sedang menatapnya intens dari kaca besar itu.
“Oh… Okay Daf.”
Segera Daffa mematikan sambungan itu secara sepihak dan menutup kembali gordennya.
“Semakin lo larang gua, gua semakin penasaran hubungan lo apa ke Lisa,” gumam Reno dengan suara perlahan.
Kembali Reno mendekati meja Lisa kembali, Lisa menatapnya dengan takut, terlihat jelas dari tatapan gadis itu sepertinya dia takut jika melakukan kesalahan.
“Sudah, lanjut saja. Saya dipanggil pak Daffa.”
Mendengar nama Daffa, perasaan Lisa berkecambuk. Apa dia masih mempunyai perasaan kepada lelaki itu? Padahal Lisa sudah berusaha untuk melupakan lelaki itu, walaupun dalam doanya dia sangat berharap dapat bertemu dengan Daffa. Dan kali ini Tuhan telah mendengarkan doanya untuk dapat melihat lelaki itu, bahkan Tuhan mengabulkan lebih karna pada akhirnya Lisa dapat satu atap dengan lelaki itu bekerja.
🍃🍃🍃
Jam istirahat telah tiba, Lisa dan Rara berjalan menuju kantin perusahaan. Ah iya, Rara itu rekan kerja Lisa dan mereka berada di devisi yang sama. Sepertinya Lisa sangat cocok dengan Rara, padahal baru ini hari pertama Lisa bergabung sudah disapa dan disambut ramah oleh gadis itu. Di devisi pendesainan hanya Lisa dan Rara saja karyawan wanita.
Mereka segera mengambil makan mereka dan duduk disalah satu meja, saat menikmati makan siang mereka, beberapa karyawan mulai berbisik-bisik satu dengan yang lainnya. Mau tak mau Lisa dan Rara memperhatikan kemana arah tatapan para karyawan itu.
Reno tengah berjalan kearah meja Lisa dan Rara, hal itu sangat jarang karna pada biasanya Reno selalu makan siang dengan Daffa diluar.
“Lisa…”
“Iya pak, ada apa ya?”
“Ikut saya.”
“ Baik pak. "
Lisa melihat wajah Reno yang cemas, segera saja Lisa bangkit berdiri dan mengikuti lelaki itu. Kenapa Reno kelihatan cemas sekali? Apa yang terjadi? Semua pertanyaan itu tersimpan didalam otak Lisa, dia tidak berani bertanya melihat keadaan yang sedang cemas seperti ini.
"Aku pergi dulu ya Ra, " Rara hanya menganggukkan kepalanya saja
Lisa bingung dan sekaligus merasakan jantungnya bergerak dua kali lebih cepat, kenapa Reno membawanya ke ruangan Daffa? Apa yang terjadi dengan Daffa? Kekhwatiran tiba-tiba saja melanda gadis itu.
Reno membuka pintu suatu ruangan yang berada didalam ruangan kerja Daffa. Lisa terkejut melihat wajah Daffa pucat dan berbaring diatas kasur itu. Ternyata ruangan ini kamar tidur.
“Lisa tolong kamu lihatin Daffa ya, dia dari tadi demam.”
“Tapi kenapa saya pak?” tanya Lisa tak enak.
“Aku gk tau mau manggil siapa, dokter lagi menuju sini. Aku ada meeting mengantikan Daffa hari ini jam 2.” Lisa memandang jam yang bertengger di tangan kirinya dan jam sudah menunjukkan pukul 13.47
“Apa gak papa pak?”
“Aku percaya sama kamu Lisa, tolong ya. Aku harus segera berangkat.”
“Dokternya gak akan lama lagikan?” tanya Lisa khawatir
“Lagi di jalan, mungkin terkena macet. Aku gak tau cara merawat orang sakit tolong kamu rawat sampai dokternya datang ya. Aku pergi, sebelumnya makasih Lisa,”
Reno berjalan dengan sedikit berlari, sepertinya lelaki itu juga mengejar meeting mungkin itu suatu proyek besar. Lisa menatap Daffa yang mengeluarkan banyak keringat dari dahinya. Lisa menyentuh kening lelaki itu.
“Astagah, panas banget.”
Lisa berjalan menuju lemari dan mengambil handuk kecil di dalam lemari itu, dan membasahi handuk itu dan meletakkannya di dahi Daffa.
“Mami… Daffa rindu mi, mami kapan pulang. Daffa selalu kalian tinggal sendiri,” mendengar itu Lisa terdiam, jadi lelaki ini merindukan maminya.
Ahh… Lisa baru ingat, Daffa pernah cerita lewat chat padanya dulu kalau dia itu akan bersyukur banget bisa bertemu orang tuanya walau sekali dalam tiga tahun.
Lisa menyentuh tangan lelaki itu takut, namun dia memberanikan dirinya mengenggam tangan lelaki itu untuk menyalurkan suhu tubuh lelaki itu ke tubuhnya.
“Dokternya kok lama sekali sih?” Lisa memandangi jam tangannya, sudah jam setengah tiga, seharusnya dia sudah bekerja sekarang, tapi dia tidak tega meninggalkan Daffa dalam keadaan seperti ini.
Lisa berniat menghubungi Reno untuk menanyakan perihal dokter yang memeriksa Daffa yang tak kunjung tiba.
“Sial! No pak Reno gk punya lagi,”
“Ahhh... Rara, Rara pasti punya.”
Setelah mendapat nomor Reno, segera gadis itu menghubungi lelaki itu.
“Halo, pak Reno?”
“Iya… Ini siapa ya?” tanya Reno dari ujung telpon.
“Ini saya pak Lisa, saya mau bertanya, dokter yang memeriksa pak Daffa kok belum tiba ya pak?”
“Oh Lisa… Belum sampai ya?”
“Belum pak, dan saya harus bekerja sekarang pak.”
“Ehmm… coba cek suhu Daffa masih tinggi gak?”
Lisa segera menyentuh kening Daffa dan syukurlah demam lelaki itu sudah turun dan sudah lebih baik.
“Sudah enggak pak,”
“Puji Tuhan, bagus deh jadi gak usah panggil dokter lagi, mungkin dokternya sibuk. Oh ya, kamu jagain Daffa ya sampai saya kembali atau sampai Daffa siuman. Soal kerja kamu gak masalah saya kasih dispensasi.”
“Tapi pak…”
“Tolong ya Lis, saya masih ada urusan saat ini. Terimakasih ya, Syalom.”
“Syalom Pak.”
Lisa memandangi Daffa yang belum juga siuman, kalo sore-sore seperti ini gadak kegiatan bawaannya ngantuk saja, dan sialnya mata Lisa terasa berat. Lisa mengelus tangan Daffa dan berbisik tepat di telinga Daffa.
“Cepat sembuh, aku sayang kamu,”ucap Lisa lirih.
Akhirnya Lisa tertidur di sebuah kursi dekat kasur milik Daffa, kantuknya sungguh tidak tertahan lagi.
Daffa mengernyit dan memegangi handuk yang menempel didahinya. Daffa memperhatikan sekitarnya dan melihat Lisa tengah tertidur dikursi. Senyum Daffa terbit menatap gadis itu, apa gadis ini yang merawatnya?
Berarti Daffa tidak bermimpi kalo dia merasakan seseorang berbisik kepadanya, mengatakan sayang kepada Daffa. Dia yakin itu Lisa.
Daffa segera bangkit dari tidurnya dan berniat mengangkat Lisa ke kasur miliknya, sebelum mengangkat Lisa dia memandangi gadis itu terlebih dahulu, wajah polos dan lucu ini berani sekali dia dulu menyatakan perasaan kepadanya. Gadis yang unik!
Daffa bergerak mendekati Lisa dan hendak mengangkat gadis itu. Namun baru saja dia hendak ingin mengangkat tubuh Lisa, gadis itu sudah mengeliat terlebih dahulu. Segera Daffa meletakkannya kembali dan buru-buru duduk di kasur miliknya. Lisa membuka matanya perlahan-lahan dan terkejut melihat Daffa sudah siuman.
“Bapak udah baikan?” tanya Lisa khawatir
“Iya saya gak papa, kenapa kamu ada disini?” tanya Daffa dengan nada cuek
“Tadi saya di mintai tolong sama pak Reno jagain Bapak,” jelas Lisa dengan jantung yang sangat tidak bisa diajak bekerja sama.
“Ahh… Iya Bapak udah siuman, saya permisi ya pak,” ucap Lisa dan segera berjalan menuju pintu.
“Lis…” Panggil Daffa sehingga menghentikan langkah kaki Lisa.
“I... Ii-iya pak?”
“Temakasih ya.”
“Sama-sama pak, kalau begitu saya permisi.”
Lisa berjalan cepat meninggalkan ruangan itu, Lisa memegangi dadanya dan merasakan detakan jatungnya yang sangat cepat. Lisa menghela napasnya kuat-kuat.
“Ternyata kamu benar-benar lupa samaku,” gumam Lisa penuh dengan kekecewaan.
Dengan langkah berat, Lisa menatap sekali lagi ruangan itu dan berlalu pergi meninggalkan Daffa yang sudah siuman itu.
🌾🌾🌾
Lis'R Story 💏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
re
Lisa bilang suka tp berbisik
2021-08-27
1