Mungkinkah kalian akan marah jika hati tetap meminta bertahan padanya, namun dia sendiri sudah meminta mu untuk berhenti? ~ Lisa Seryani
Reno berjalan mendekati meja Lisa. Melihat bosnya yang ingin mendekati temannya, Rara menendang meja Lisa yang tepat berada disebelahnya.
"Apaan? "
"Itu pak Reno kayaknya mau kesini deh, " tunjuk Rara menggunakan bibirnya.
Lisa mengarahkan pandangannya kearah yang ditunjuk Rara, dan benar saja Reno sudah melemparkan senyumannya pada Lisa jujur ini membuat Lisa merasa tidak nyaman.
"Lisa, "
"Ya pak? "
"Boleh ikut saya sebentar? "
Lisa dan Rara saling melirik sebentar, entah apa yang Rara katakan dengan tatapan matanya Lisa tak mengerti sama sekali.
"Lisa? " panggil Reno kembali
"Ya saya pak,"
"Kamu tidak mendengar saya? "
"Dengar kok pak, ini mau berdiri, " ujar Lisa tak enak hati
Reno melangkahkan kakinya menuju ruangannya, Lisa terdiam dan hanya bisa menunggu intruksi dari Reno.
"Gua mau nanya sama lo? "
"Saya pak? "
"Lo kira selain lo siapa lagi yang disini? "
"Eh... Mau nanya apa pak? " tanya Lisa tidak enak hati.
"Lo kok bisa nginap di rumah Daffa?" tanya Reno penasaran.
"Oh, kemarin om aku nitip aku dirumah pak Daffa pak, "ujar Lisa tersenyum.
"Bukan karna lo punya hubungan sama dia? "
"Hah? Oo... Enggak pak, "
Lisa memalingkan pandangannya dan mengigit giginya sendiri.
"Syukur deh gak ada," gumam Reno dengan suara pelan.
"Apa pak? "
"Gak ada, udah kembali sana kerja, "
Lisa mengganguk saja, dia bingung melihat tingkah Reno, emang segitu pentingnya cuma nanya seperti itu aja sampai Lisa harus meninggalkan pekerjaannya.
🍃🍃🍃
Daffa dan Lisa berpapasan saat Lisa baru saja keluar dari ruangan Reno, Daffa menatapnya dingin tak berekspresi sama sekali.
"Siang pak, "
Daffa hanya melewatinya tak berniat membalas sapaan Lisa. Lisa tersenyum melihat punggung Daffa yang semakin menjauh.
"Kenapa aku makin suka aja sih heheh..." Lisa berjalan dengan senyuman.
🍃🍃🍃
"Ra... " panggil Lisa dengan suara pelan.
"Hm... "
"Aku mau cerita, mau dengerin gk? "
Rara segera mengeser kursinya mendekati Lisa, dia penasaran apa yang ingin gadis itu ceritakan.
"Apa? "
Lisa melongo melihat antusias Rara.
"Kok bengong sih? Cerita dong, "
"Ohh, iya ok,ok. Jadi aku mau pinta pendapatmu Ra, "
"Pendapat? " Lisa hanya mengangguk.
"Yaudah cerita dulu, "
"Jadi gini, aku ada teman nih ya. Dia itu pernah dekat sama cowok tapi melalui media sosial gitu, nah mereka sering saling curhatan dan pada akhirnya teman aku itu suka sama tuh cowok, padahal mah mereka belum kenal satu sama lain, istilahnya belum pernah jumpa gitu. Nah, temanku ini beranikan diri nyatain perasaannya ke itu cowok, dan berakhir hanya diread cowok itu dan sekarang mereka udah gk berhubungan lagi, " cerita Lisa sedih mengingat itu kisahnya sendiri, bukan temannya.
"Kasihan banget teman lo, "
Lisa memandang Rara sedih, ternyata Rara merasa kasihan melihat dirinya, mata Lisa mulai memanas namun berusaha dia tahan tak ingin membuat Rara curiga.
"Terus udah gitu doang? "
"Enggak, cewek si cowok itu juga jadinya kirimi teman aku pesan,"
"Seriusan? " tanya Rara semakin penasaran
"Iya. "
"Dia bilang apa Lis? "
"Dia hanya bilang makasih, karna teman aku gk maksa sicowok untuk jadi pacarnya. Ya, ceweknya juga doain teman aku tuh biar dapat cowok lain, " jelas Lisa semakin sedih.
"Ini cerita teman lo apa cerita lo sendiri?" tanya Rara curiga
"Hah? I-iya ini cerita teman aku,"
"Cukup mencurigakan sih. Soalnya Lo cerita seakan Lo sendiri yang ngalamin, "
"Eh? Kenapa bilang gitu? " tanya Lisa tidak karuan, dia merasa malu sendiri.
"Habisnya lo cerita kayak ceritain pengalaman lo aja, "
"Enggak kok, aku hanya sedih aja. Dia teman dekat aku banget, kayak udah seurat nadi tau Ra, " cicit Lisa memayunkan bibirnya.
"Helleh, seurat nadi lebay lo, "
Ya iya dong seurat nadi, orang itu dirinya si Lisa.
"Jadi gimana pendapat mu Ra? "
"Ya, mau gimana emang? Kan tuh ceweknya si cowok udah doain yang bagus, trus mau apa lagi? "
"Iiihh Rara, aku butuh pendapat kamu. Soalnya teman aku belum bisa lupain tuh cowok, dia masih suka banget sama tuh cowok, "
"Suruh move on, "
"Gak segampang itu Ra, "
Rara menghela napasnya kuat, dia menatap Lisa tepat dimatanya. Rara memegangi kedua pundak Lisa.
"Gini ya Lis, bilangin ke teman lo, kalo gak mau terluka udah move on aja, tapi kalo dia masih suka ya dia harus siap sakit hati setiap saat. Lagian dia ngapain sih ngarepin cowok orang lain? Udah tau sampe cewek tuh cowok ngirimi dia pesan, dan dia masih tega gitu menyimpan rasa yang gak akan pernah terbalas? Intinya, kalo dia terus menyimpan rasa ke itu cowok, bukan dia aja yang sakit tapi itu cowok sama ceweknya, ya dengan kata lain dia melukai mereka secara disengaja tanpa dia sadari, " ucap Rara tegas.
Lisa tak mampu mengerakkan bibirnya lagi, semua kata-kata Rara sangat menohok hatinya. Benar, dia bukan saja terluka tapi mereka juga terluka.
"Kenapa lo nangis? "
"Enggak ah, aku hanya salut aja sama kamu. Kayaknya pemikiran kamu tuh luas banget. "
"Lis, ini bukan karna pemikiranku yang luas, tapi ini perasaan Lis. Kasihan teman kamu harus bertahan padahal lelaki itu gak respect sama dia lagi mereka belum pernah ketemu. Lah iya kalo teman kamu gk ditipu tu cowok, kalo ditipu gimana? "
"Mereka udah ketemu Ra, tapi kata teman aku cowok itu enggak ingat dia sama sekali, " rasanya hantaman besar itu menimpa Lisa saat ini.
"Wah, udah ketemu ternyata. Tapi kalo saran ku sih teman kamu harus tetap move on, kasihan dia. "
"Gitu ya Ra? " tanya Lisa memastikan sekali lagi.
" Iya Lis, "
"Ra, apa kamu akan marah kalo seandainya dia itu bertahan? "
"Ngapain gua marah itu hak dia, lagian gua gk kenal teman lo. Tapi kalo menurut gua, dia itu jangan bertahan, kalo bertahan dia kayak cewek yang bodohnya sampai ke urat nadi, " tukas Rara
Lisa menghela napasnya, mungkin kalo Rara tau gadis itu Lisa, Rara bakal ngejauhi Lisa atau bahkan Rara akan kesal liat Lisa.
Lisa kembali menyibukkan dirinya dengan tugas kantornya, namun fokusnya terpecah. Kata-kata Rara benar-benar menohok seperti tamparan buat Lisa. Lisa makin tak berani untuk melihat kenyataan didepan. Bagaimana bisa dia menghapus rasanya kalau dia saja terus akan berjumpa dengan lelaki itu.
"Haruskah aku berhenti berharap? " gumam Lisa
"Lis, berdiri lo. " bisik Rara
"Eh? Kenapa ra? "
Rara tersenyum kesal kearah Lisa membuat Lisa semakin tak mengerti. Lisa memutar tubuhnya dan melihat Daffa menatapnya dingin. Secepat mungkin Lisa bangkit berdiri dan menundukkan kepalanya.
"Lis, mari ikut ke kantor pak Daffa, " ujar Reno
Lisa menatap Rara, tatapan mata Rara seolah memberi kekuatan pada Lisa untuk menghadapi Daffa nantinya.
Dengan perasaan berkecambuk, Lisa mengikuti Reno menuju ruangan Daffa. Jantungnya sudah mulai berdetak tak karuan membuat Lisa semakin was-was.
"Masuk aja Lis, pak Daffa udah menunggu didalam, "
"Makasih pak, "
Reno segera berjalan menjauhi Lisa dan memasuki ruangannya, Lisa berdiam diri, rasanya kakinya tak sanggup melangkah kedalam ruangan itu.
🌾🌾🌾
Lis'R Story 💏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
mei
hmm sepertinya ruangan lbh cocok drpd kantor karna kan lisa memang ud didlm kantor daffa
2022-09-11
0
Taz
Dua2nya Gengsi, but anyway . lanjut saja ceritanya. Seru
2020-12-22
2
Yulianti Amiruddin
lanjut thor
2020-08-16
1