Secerah matahari pagi ini, secerah itulah wajah Lisa tak berhenti bersenandung dan menari-nari sambil bersiap-siap berangkat bekerja. Ini hari pertama baginya bekerja, sungguh ini seperti mimpi.
Mentari mengantarkan Lisa ke tempat dimana dia bekerja. Lisa menatap gedung pencakar langit itu dengan bangga. Dengan semangat Lisa memasuki gedung itu dan memberikan senyumannya kepada sesama rekan kerjanya. Tak berapa lama Reno dan Daffa berjalan memasuki gedung itu, semua orang menundukkan kepala dan member rasa hormat kepada mereka. Mata Daffa tepat memandang Lisa yang duduk disamping meja informasi, kakinya melangkah mendekati karyawan baru itu.
Lisa yang melihat pimpinannya itu berjalan menuju mereka segera berdiri dan menundukkan kepala memberi rasa hormat. Lisa tak berani menatap pimpinanya itu secara terang-terangan.
“Kalian berdua ikut saya ya,” tunjuk Reno kepada dua karyawan lainnya.
“Baik pak!” jawab mereka serentak
Lisa yang merasa bingung kenapa dirinya tak ikut memberanikan diri bertanya “Pak, saya gimana ya?”
“Oh… kamu Lisa kan?” tanya Reno
“Iya pak.”
“Kamu...”
“Ikut saya.” Potong Daffa cepat sebelum Reno menyelesaikan ucapannya.
“Ha? Ehh… Baik pak.”
Lisa megikuti Daffa menuju Lift khusus pimpinan perusahaan ini. Lisa merasakan jantungnya berdetak sangat cepat, dia belum berani menatap Daffa lebih jelas. Sepanjang perjalanan menuju kantor Daffa, Lisa hanya menundukkan kepalanya. Saat Daffa membuka pintu ruangannya, Lisa menabrak Daffa.
“Eh… maaf pak, saya tidak sengaja,” lirih Lisa
“Kenapa kamu nunduk?” Suara dingin milik Daffa serasa membuat jantung Lisa berdebar lebih cepat
“Maaf pak.”
“Kamu gk bosan ya ucapin kata maaf melulu, yaudah masuk.”
Dengan detakan jantung yang iramanya sangat cepat, Lisa mengikuti Daffa memasuki ruangan milik Daffa. Lisa memandang Daffa, hal itu membuat kedua alis Daffa menyatu, sadar akan itu Lisa mencoba berusaha santai.
"Apa gadis ini gak ingat sama gua ya?" Tanya Daffa pada dirinya sendiri
Sial ternyata memang benar, dia Daffa yang dulu pernah kusuka astagah. Puji Tuhan banget akhirnya aku bisa lihat dia secara langsung walaupun dalam situasi seperti ini. Terimakasih Tuhan.
Daffa dan Lisa sama-sama membisu tak ada yang membuka pembicaraan, seolah mereka berdua saling menyelidiki satu sama lain. Daffa mengamati Lisa dengan seksama, Daffa tersenyum tipis menatap gadis ini. Ternyata gadis ini memiliki tubuh yang kecil dan pipi yang tembem namun itu menambah kesan manis pada gadis ini.
"Mungil sekali wanita ini, "batin Daffa
“Pak, saya mulai bekerjanya kapan?” Tanya Lisa memberanikan diri membuka suara terlebih dahulu.
“Saat ini kamu sudah boleh mulai bekerja.” Jawab Daffa dengan suaranya kelewat dingin.
Lelaki ini, bukan hanya di chat saja cuek ternyata memang wataknya sudah begini dasar.
“Kalo boleh tahu, saya bekerja di devisi apa ya pak?”
“Tunggu Reno, bentar lagi dia akan datang dan membawa kamu ke devisi mu.”
“Reno siapa ya pak?” tanya Lisa ragu dengan suara pelan.
“Sekretaris saya, yang membawa teman mu tadi.” Jawab Daffa cuek dan mulai menyibukkan diri dengan dokumen yang berada di mejanya.
Hah? Tau gitu mending tadi juga aku gabung bareng mereka, aneh banget sih nih cowok. Atau jangan-jangan dia kenal aku lagi ya ampun. Jerit Lisa dalam hati
“Kamu kenapa?” tanya Daffa tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen yang berada ditangannya saat ini.
“Eh… gak kenapa-napa pak,” jawab Lisa gugup
Daffa hanya menganggukkan kepalanya mengerti dan menandatangani dokumen yang ada ditangannya. Bunyi ponsel milik Daffa mengalihkan perhatiannya dari dokumen-dokumen itu. Daffa melihat isi pesan dari Reno.
Reno Wijaya
Gimana? Gua udah bisa datang belom?
Daffa Abimael
Belum, sekitar 30 menit lagi, lo urusi yang lain dulu
Reno Wijaya
Dia siapa sih? Perasaan lama banget, emang apa yang mau lo selidiki dari dia?
Daffa Abimael
Gak usah banyak nanya.
Segera Daffa menjauhkan ponsel itu dari sisinya, dia menatap Lisa yang masih berdiri. Astagah! Dia lupa menyuruh Lisa duduk.
“Duduk.” Ucapnya
“Terimakasih pak!” Lisa menarik kursi di depan Daffa.
Dari tadi kek nyuruhnya, ngeselin banget. Gak tau apa ini kaki pegal.
Lisa menanti kedatangan Reno, rasanya lelaki itu lama sekali datang. Sudah 15 menit berlalu belum ada tanda-tanda lelaki itu akan datang dan memasuki ruangan. Lisa merasa canggung dan detakan jantungnya masih saja berdegub kencang hanya dengan melihat wajah Daffa. Jika dingat-ingat lagi dulu hanya mendapat pesan dari Daffa saja rasanya dia sudah histeris sekali, padahal kemarin Lisa belum mengenal sosok Daffa, dia hanya melihat Daffa dari foto saja. Namun, ternyata lelaki ini jauh lebih tampan dari fotonya.
Daffa memperhatikan gerak-gerik Lisa yang mulai gelisah menanti kedatangan Reno yang sengaja dia suruh untuk lama datang. Dalam pikiran Daffa pasti gadis ini tidak berani bertanya lebih sehingga gadis ini lebih memilih bungkam saja.
“Kamu ingin menyampaikan sesuatu kepada saya?” tanya Daffa membuka percakapan.
“Sebenarnya ada pak.” Jawaban Lisa membuat detak jantung Daffa lebih cepat, apa gadis ini akan mengungkit masalah kemarin atau dia akan heboh ketika dia tahu kalo Daffa yang sering dia hubungi dulu adalah Daffa yang saat ini duduk dihadapannya.
“Apa?” tanya Daffa penasaran sekaligus deg-deg an
“Pak Renonya kapan datangnya ya pak?” tanya Lisa dengan kepolosannya.
Daffa memaki dalam hati, padahal dia ingin sekali gadis ini membahas perihal kedekatan mereka dulu yang pernah terlupakan oleh Daffa. Daffa mengingat gadis ini hanya karena pesan gadis ini yang menyatakan perasaannya kepada Daffa.
“Dia lagi banyak urusan, tunggu saja sebentar lagi. Atau kamu merasa takut berada diruangan ini dengan saya?”
“Eh… Enggak kok pak,” jawab Lisa terbata
Yang ada aku senang banget! Sorak Lisa dalam hati.
Daffa melanjutkan membaca dokumen-dokumen itu, namun dia tidak fokus dengan kertas yang berada ditangannya itu. Dia ingin sekali bertanya kepada gadis ini, namun egonya mengatakan untuk membiarkan gadis itu yang terlebih dahulu membicarakannya.
Menunggu sampai sepuluh menit tak juga Lisa membuka suara, dia hanya menatap Daffa dalam diam. Daffa bukannya tidak tahu kalo Lisa sedari tadi mencuri-curi pandang untuk melihatnya, namun Daffa membiarkannya saja, mungkin gadis ini masih mencari kepastian.
“Kamu berasal dari Medan kan?” pertanyaan Daffa membuat Lisa terkejut.
“Ii..ii-iya pak,” jawab Lisa terbata
“Kuliah dimana?”
“Universitas Negeri Medan pak.” Daffa mengangguk-anggukan kepalanya.
“Agamamu katolik bukan sih?” tanya Daffa lebih lanjut
“Benar pak, bapak tau darimana?” tanya Lisa heran, dalam hati Lisa berkata bahwa lelaki dihadapannya ini sudah tahu tentang dirinya, astagah… betapa malunya Lisa mengingat dulu dia menyatakan perasaan kepada lelaki ini.
“Dari CV kamu kemarin,”
“Ohh….” Lisa mendesah kecewa, dia pikir Daffa mengingatnya ternyata tidak.
Pintu ruangan Daffa terbuka dan menampilkan sosok Reno yang sudah ditunggu sedari tadi. Reno melangkah mendekat ke meja Daffa. Lisa menatap kagum wajah Reno, ternyata setelah dekat begini baru Lisa tersadar kalau Reno juga tampan, walau dalam hati dia berkata Daffa tetap yang lebih tampan.
Melihat Lisa menatap Reno kagum, Daffa berdehem untuk menyadarkan Lisa kembali ke dunia nyatanya.
“Ren, gua percayaiin dia ke lo,”
“Siap pak!”
“Mari Lisa ikut saya.”
“Baik pak.” Lisa berdiri dari tempat duduknya dan merapikan pakaiannya
“Pak, saya permisi.”
“Hem…” balas Daffa singkat dan sepertinya sifat dinginnya tidak dapat dilepas dari seorang Daffa.
Daffa menatap dingin kearah Lisa yang mengikuti Reno berjalan dari belakang, kenapa gadis itu belum sadar juga, dan tak ingin menjelaskan lebih kepada Daffa tentang mereka. Daffa sangat penasaran dengan apa yang gadis itu tahu tentangnya.
Daffa membuka ponselnya dan scroll percakapannya dengan Lisa, dari percakapan itu Lisa berusaha mengingatkan Daffa untuk mengingat dirinya, namun sampai saat ini Daffa belum mengingat pasti siapa Lisa, yang dia tahu gadis itu gadis yang membuatkan dia sebuah video ulang tahun yang membuat Daffa terkejut sekaligus heran darimana gadis itu mendapatkan semua foto-foto dirinya. Dan beberapa hari setelah pengiriman video itu diikuti dengan pengakuan perasaan Lisa kepada Daffa. Hanya itu yang dapat Daffa ingat dari sosok Lisa.
Daffa menghela napasnya perlahan kembali dia memutar video ulang tahunnya yang dikirimkan Lisa untuknya. Daffa tersenyum menonton video itu, betapa semangatnya gadis itu mengeditkan video untuknya “Dasar gadis mungil,” gumam Daffa.
🌾🌾🌾
Lis'R Story 💏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
re
Daffanya jg bingung
2021-08-27
0
Dhemz Pratiwi
wah.
aq alumni universitas it. jgn2 kenal ma daffa 😀😀😀😀
2021-07-14
0
Yulianti Amiruddin
aku mulai suka alur ceritax😊
2020-08-16
1