"Kakak gua bawel banget. Emosi gua dirumah, gapapa ya gua disi... " ucapan Reno terhenti ketika melihat sosok gadis yang datang menghampiri mereka.
Daffa menatap sahabatnya itu heran, dan segera berbalik badan dan melihat sosok Lisa.
"Hai... Pak Reno, " sapa Lisa sedikit terbata.
"Lisa, ini benar Lisa? Yang kerja di kantor Maldives Corp kan? " tanya Reno memastikan.
"Iya pak, " senyum Lisa menjadi mengembang melihat bosnya itu.
Daffa melempar bantal ke arah wajah Reno, membuat lelaki itu kesal setengah mati. Daffa sangat sukses membuat imajinasinya berhenti ketika menatap seorang gadis cantik.
"Sialan lo Daf, "
Daffa hanya memutar bola matanya kesal. Reno yang semula kesal kembali menatap Lisa.
"Lisa duduk, " perintah Daffa, dan Lisa hanya menurut saja.
"Lisa lo punya hubungan spesial sama ini bocah? " tanya Reno berharap tidak ada.
"Gak ada pak," jawab Lisa sejujurnya.
"Bagus deh, syukur banget berarti gua ada peluang dong Lis? "
"Peluang apa pak? " tanya Lisa bingung
"Peluang... "
"Lo mau nginap kan? " tanya Daffa menghentikan perkataan Reno yang akan membuat suasana bakal jadi akward.
"Iya bro, lu tau banget isi hati gua. Apalagi ada cewek cantik dirumah lo, gua bisa tiap hari nginep nih, " ujar Reno cengengesan.
"Gak ada, gak ada, enak aja lo nginep tiap hari, sekali ini doang, "
"Lu Daf, ada rejeki bagi-bagi dong, "
"Lis, makanannya udah selesai? " tanya Daffa menghiraukan Reno yang merasa dirinya tersakiti.
"Udah, mari makan, " Lisa beranjak terlebih dahulu meninggalkan kedua lelaki itu.
"Lo kalo ngomong disaring dulu pake otak, " tutur Daffa kesal.
"Emang gua salah ngomong apa? "
Daffa segera beranjak dan meninggalkan Reno yang masih bingung sendiri. Mau tak mau lelaki itu mengikuti langkah kaki Daffa menuju meja makan. Sebenarnya, dia juga sudah lapar dan ingin segera mengisi perutnya.
"Sabar, sayang. Sebentar lagi kalian akan makan," ucapnya seraya mengelus perutnya.
🍃🍃🍃
Seusai makan Lisa kembali ke kamarnya terlebih dahulu, dan menganti pakaiannya, dia merasa pakai baju tebal gini membuat Lisa berkeringat.
Lisa memakai tanktop dan hotspannya tadi, dia pikir dia gk akan keluar kamar lagi, mengingat ini udah jam tidur.
Lisa membuka pintu balkon kamarnya, hujan telah berhenti dan udara semakin segar saja. Lisa berjalan keluar dan menikmati angin malam.
"Masuk, " ucap seseorang membuat Lisa terkejut bukan main.
"Ehh... Daf, aku bentar aja kok. "
"Lo gak kedinginan? " tanya Daffa tetap dengan tanpa ekspresi.
"Enggak, malah panas karna harus pake baju astronot tadi, "
Daffa mengangguk-angguk saja dan segera memalingkan pandangannya kearah jalan, sungguh Lisa benar-benar tidak tau tempat sekali memakai pakaian itu. Sial melihat tubuh Lisa yang hanya memakai tanktop itu aja sudah membuat tubuh Daffa merasa panas.
"Shit... Jangan tegang dong, " ucap Daffa lirih.
Lisa menatap Daffa yang memalingkan wajahnya, Lisa memeriksa penampilannya dan betapa terkejutnya dia melihat penampilannya yang hanya pakai tanktop. Lisa berlari masuk kekamarnya.
"Aduh... Kok bisa lupa sih aku pakai ginian, malah Daffa natap gitu tadi, pasti dia mikir aku cewek gk bener ihh, " sungut Lisa kesal.
Lisa segera menutup pintu balkon itu, sungguh dia malu sekali jika bertemu dengan Daffa. Lisa merutuki kelakuannya dan mengetuk-ngetuk kepalanya.
🍃🍃🍃
Daffa melirik kesamping balkon kamarnya ternyata gadis itu sudah tidak ada disana lagi.
Daffa mengelus dadanya, "Aman."
Daffa melirik sesuatu kebawah membuat dia malu sendiri melihat dirinya, "Ngapain sih dek berdiri gitu? " tanya Daffa pada dirinya sendiri.
Daffa segera memasuki kamarnya dan menarik handuk untuk mandi. Sial malam ini dia harus mandi dua kali, dan saat ini dia harus mandi air dingin untuk menenangkan adik kecil miliknya.
"Niat hati ingin mencari angin, bukannya sejuk malah nambah panas," kesal Daffa dengan bibir tertarik keatas.
"Dasar gadis mungil bodoh! "gerutu Daffa.
Dengan perasaan kesal sekaligus senang, Daffa membasuh wajahnya dan menatap wajahnya.
"Gua gak pernah sepercaya diri ini menatap wajah gua. Tapi gua makin yakin, ada saatnya ekspresi dingin ini berubah," Daffa mengetuk cermin didepannya dan menunjuk tepat wajahnya.
"Kali ini Lo harus bisa ngendaliin hidup Lo, jangan terlalu keras." lelaki itu memejamkan matanya dan berlalu pergi.
🍃🍃🍃
Lisa menuruni tangga, dalam pikirannya masih tergiang kejadian tadi malam, sungguh dia malu sekali bertemu Daffa.
"Oke Lis, santai saja dia gak bakal inget kok, "
Lisa menarik napasnya dalam-dalam dan memantapkan langkah kakinya menuju meja makan dan melihat dua orang pria itu telah bersiap.
"Pagi Lisa, "
"Pagi pak," balas Lisa sambil tersenyum.
Daffa tetap menikmati makananya, tanpa peduli dengan sahabat dan karyawannya itu.
"Lisa penampilanmu beda ya, kayaknya cantikan dirunah ketimbang kekantor, " Lisa tersenyum paksa mendengar celotehan Reno.
Lisa segera mengambil makananya, sesekali dia melirik kearah Daffa dan sepertinya lelaki itu tidak ingat terlihat jelas sifat cuek dan dingin itu melekat sempurna padanya.
Mereka makan dalam diam namun sesekali Reno membuka perbincangan dan berakhir terdiam sendiri karna dua manusia yang duduk bersamanya saat ini sedang menikmati makanannya dan mungkin sibuk dengan pikiran masing-masing.
🍃🍃🍃
Sesampai dikantor, Lisa berjalan lebih dulu daripada kedua bosnya itu, Lisa masih ingin kerja dengan nyaman disini tanpa ada bisik-bisik tetangga yang akan menyakiti pendengarannya.
"Pagi ibu Lisa, " sapa Deven melihat temannya itu.
"Pagi bapak Deven, "
Mereka berdua tertawa bersama dan berjalan menuju depan Lift. Untuk mereka devisi pendesainan diberi keistimewaan menikmati Lift para atasan mengingat tempat mereka bekerja satu lantai dengan atasan mereka.
Daffa dan Reno menghampiri kedua stafnya itu, mereka berdua langsung memberi rasa hormat kepada kedua atasannya itu.
Daffa tak membalas sapaan mereka, hanya Reno yang membalas dengan memberi senyuman.
Lift terbuka membuat Lisa dan Deven saling pandang dan memutuskan untuk membiarkan atasannya itu yang pertama sekali menggunakan liftnya.
"Kenapa gak naik? "tanya Reno ketika melihat kedua stafnya itu tidak jadi masuk lift.
"Duluan saja pak, " ujar Deven.
"Tidak, tidak, tidak mari bersama, " desak Reno mengingat Lisa juga masih diluar, kalau saja hanya Deven dia tidak akan peduli
Deven dan Lisa saling melempar tatapan mereka dan mereka memutuskan untuk ikut bersama dengan atasannya itu.
"Hening banget, oh iya kalian berdua pacaran? " tanya Reno melihat Lisa dan Deven yang sedari tadi berdekatan.
"Belum pak, heheh... Mungkin sebentar lagi, " ujar Deven yang langsung mendapat pelototan tajan dari Reno sendiri, Deven tersenyum kikuk.
Daffa tidak peduli dengan apa yang Reno lakukan, yang ada diotaknya saja tidak ada yang bisa menebak, sedari tadi hanya diam dan menatap lurus kedepan.
🌾🌾🌾
Lis'R Story 💏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Yulianti Amiruddin
asik thor
2020-08-16
2
Fatimah
lanjutttttt
2020-05-13
3