Sesampai dirumah kakaknya, Lisa segera berlari menuju kamar dan mencari buku diary miliknya namun sayang sepertinya Lisa tak membawa buku kecil itu. Lisa menatap laptop yang berada diatas meja. Dengan cepat tangan Lisa membuka dan menyalakan laptop tersebut. Lisa mulai menelusuri apa saja yang berkaitan dengan Daffa.
Lisa mengetikkan nama Daffa pada pencarian dan terdapat sebuah folder yang Lisa beri nama Daffa Abimael. Lisa membuka folder itu dan mengamati foto-foto disana, tiba-tiba saja Lisa berteriak dan langsung membungkam mulutnya dengan kedua tangan, takut suaranya kedengaran sampai keluar.
“Tuh kan bener, Bg Daffa mirip banget sama pimpinan perusahaan tadi. Astagah… aku gk nyangka banget, tapi dia beneran bang Daffa gk sih?”
Lisa mengamati gambar itu lebih seksama lagi, dan mengingat-ingat wajah pimpinannya tadi. Lisa mencoba mengingat lebih detail sosok Daffa pemimpin perusahaan itu, namun semua usaha Lisa gagal. Lisa memiliki ingatan bagus, hanya saja ingatannya sangat buruk dalam mengingat wajah orang jika hanya sekali dua kali bertemu.
“Sudahlah, aku tak ingin lagi mengingat memori tentang Daffa. Dia pasti bukan pimpinan perusahaan tadi.” Seingat Lisa, Daffa yang dia kenal itu seorang jurnalistik bukan pimpinan perusahaan.
Lelah memikirkannya, Lisa segera pergi menuju dapur untuk memasakkan Mentari makan malam. Lisa yakin Mentari sangat lelah dengan pekerjaan yang sekarang. Lisa mulai bergelut dengan dunia dapur miliknya.
🍃🍃🍃
Daffa duduk dikursi kebesarannya dengan pikiran berkecambuk, dia seperti merasa ada yang aneh dengan sosok gadis yang di interviewnya tadi. Daffa membuka map berisi nama calon karyawan yang akan mereka rekrut.
Tangan Daffa terhenti ketika mendapat CV gadis yang tadi membuatnya bingung. Lelaki itu membaca dengan seksama data gadis itu. Daffa mengetuk-ngetuk jarinya di meja yang penuh dengan berkas itu.
“Dia gak sih cewek yang kemarin nembak gua? Serasa gak asing banget namanya.”
Daffa segera membuka ponsel pribadinya dan memeriksa nomor yang dulu mengaku bernama Lisa dan menyatakan perasaannya kepada Daffa. Seingat Daffa dulu dia tidak memberikan balasan kepada wanita itu, karna Daffa sendiri bingung mau menjawab apa pada wanita itu. Daffa juga heran kenapa wanita itu bisa menaruh hati kepadanya sementara dia belum mengenal Daffa dengan jelas dan bahkan mereka belum pernah bertemu sekalipun, hanya kenal lewat via whatsapp itupun karna berada dalam grup yang sama.
Akhirnya pesan yang dicari Daffa ketemu, Daffa sengaja tidak menghapus pesan itu, karna terkadang Daffa juga membacanya berulang kali dan selalu menumbuhkan rasa bersalah dalam dirinya.
Daffa memicingkan matanya dan melihat biodata Lisa-gadis yang di interviewnya tadi. Dan melihat nomor ponsel itu dengan nomor ponsel yang selama ini menghantuinya, yang dia sendiri tidak tau bentuk gadis itu seperti apa.
“Oh my God, ternyata dia orang yang sama? Jadi gua udah nemuin orang yang membuat gua merasa bersalah selama setahun belakangan ini. Sial! Pantas saja gua gk ngerasa asing sama tuh nama, malah asal kota sama lagi dari Medan.”
Daffa segera menghubungi Reno selaku sekretaris dan sahabatnya itu.
“Halo Ren, gua mau lo masukin nama Lisa didaftar karyawan.”
“Kenapa tiba-tiba? Lo udah mikirin baik-baik?"
“Udah lo nurut aja sama gua, itu pilihan gua. Untuk dua orang lagi gua serahin ke lo yang milih, gua percaya sama pilihan lo Ren.”
“Oke siap pak bos!”
Daffa segera mematikan sambungan panggilan itu. Dia mengamati wajah gadis itu dari foto yang berukuran kecil yang terdapat pada CV gadis itu. Ah… Daffa baru ingat, jika dia pernah mengikuti gadis itu di IG, segera Daffa membuka IG miliknya dan mencari nama Lisa dan benar saja mereka memang saling mengikuti satu sama lain.
Daffa mengamati beberapa foto yang dipost disana, tidak salah lagi dia memang wanita yang sama.
“Akhirnya kita bertemu juga, gua belum sempat ngucapin maaf sama lo,” gumam Daffa sambil mengamati foto Lisa.
🍃🍃🍃
Malam ini Lisa dan Mentari menikmati makan malam berdua di rumah kecil yang baru saja Mentari beli beberapa waktu yang lalu.
“Gimana interviewnya tadi?” Tanya Mentari membuka percakapan.
“Ya begitu deh kak, intinya apa yang mereka tanya ya ku jawab aja semampuku.”
“Ada harapan gk kira-kira?”
“Aku gak tau kak,” ucap Lisa lirih. Lisa tak memberi tahu Mentari jika tadi interviewnya diberhentikan pimpinan itu, Lisa tak ingin melihat Mentari kecewa terhadapnya.
Bunyi ponsel Lisa mengalihkan pandangan mereka berdua, dengan langkah santai Lisa meraih ponselnya yang berada diatas meja kecil dekat meja makan.
“Halo, selamat malam.”
“Halo, selamat malam, benar ini dengan saudara Lisa Seryani?”
“Ya, benar dengan saya sendiri.”
“Selamat ya mbak, anda diterima bergabung dengan perusahaan Maldives Corp,”
“Benarkah?” tanya Lisa tak percaya.
“Ya mbak, selamat sekali lagi. Besok anda sudah dapat mulai bekerja, selamat malam.”
“Terimakasih pak, selamat malam kembali.”
Lisa berteriak histeris dan melompat sana-sini, membuat Mentari menatap adiknya bingung.
“Ada apa? Itu siapa yang nelpon?” tanya Mentari penasaran
“Kak… Aku diterima yes!!” teriak Lisa dan memeluk Mentari erat
“Ah benarkah?” Lisa mengangguk bahagia.
“Wahh… selamat adikku sayang. Semangat untuk bertugas ya,” Lisa menggangguk saja, ini semua seperti mimpi baginya.
“Sepertinya kita harus merayakannya nih!”
“Bolehkah?” tanya Lisa memastikan
“Tentu saja, ini satu langkah keberhasilan adik tersayang aku.”
Lisa dan Mentari segera memesan beberapa makanan dan minuman, mereka melupakan kalau mereka baru saja makan malam. Sepertinya malam ini mereka akan bersenang-senang atas keberhasilan Lisa satu langkah dalam memperoleh pekerjaan.
🍃🍃🍃
Usai menyelesaikan panggilannya terhadap Lisa, Reno mengernyit bingung. Dia semakin penasaran dengan pilihan Daffa.
"Bukannya ini cewek yang Daffa berhentiin interviewnya? Aneh banget, tiba-tiba dia menjadikannya karyawan tanpa berdiskusi," gumam Reno menatap salinan CV milik Lisa
Reno Wijaya
Lo gk lagi mabuk kan Daf?
Tak berapa lama Daffa segera memberi balasan pada Reno.
Daffa Abimael
Mabuk gimana?
Reno Wijaya
Itu cewek kenapa lo terima aja. Gadak badai, gadak hujan tadi lo berhentiin interviewnya. Sekarang malah lo jadiin karyawan. Bingung gua.
Daffa Abimael
Gua gak minta lo buat nanya. Gua hanya minta lo jadiin karyawan.
Melihat balasan Daffa, Reno hanya bisa menggeleng kepalanya. Kesambet setan apa sahabatnya itu. Kalo saja Daffa bukan sahabatnya, mungkin Reno akan memaki lelaki itu. Tapi, tapi emang Reno punya hak memaki? Yang ada dia akan dipecat Daffa. Secara perusahaan itu dibawah pimpinan Daffa.
"Bodo amat dah, gua males nanya walaupun gua masih kepo," dengus Reno menatap ponselnya kesal.
Lelaki itu segera beranjak menuju tempat tidurnya, "Ah... Nikmatnya,"
🌾🌾🌾
Lis'R Story 💏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
گسنيتي
ehhhh seru .. baru baca thor..semnagt ya👍🙏
2021-12-17
0
Ai Elis
kayanya bakalan seru nih.
2021-04-11
2
Ranie Ajj
visual ny dong author
2020-09-14
1