Lisa berlari ke atas rooftop, tanpa ia sadari seseorang mengikutinya dan menyaksikan gadis itu menangis puas disana.
Dia menatap punggung yang bergetar itu, dia bahkan tak tau apa yang terjadi diantara dua insan itu.
Kakinya melangkah mendekati gadis itu, rasanya melihat gadis itu menangis hatinya terasa sakit, bahkan dia tak pernah mengira kalau dia telah jatuh ke perangkapnya sendiri.
Semejak kedatangan gadis itu, rasa penasaran berkobar-kobar seperti api. Katakan saja, dulu dia mendekati gadis itu bahkan mengodanya hanya untuk melihat reaksi lelaki dingin dan cuek itu yang meminta dirinya tiba-tiba menerima gadis itu di perusahaan ini.
Ternyata jauh dari perkiraannya dia terjebak sendiri dalam permainannya, biar saja kali ini dia egois, dia tak akan mau membuat punggung gadis ini bergetar menahan isak tangis seperti saat ini.
Lisa menegadahkan kepalanya dan betapa terkejutnya dia melihat Reno telah duduk disisinya saat ini. Lisa menghapus sisa air mata yang membasahi pipinya.
"Kenapa? Lanjut aja, Gua gk bakal ganggu kok, "
"Maaf pak, saya akan kembali bekerja. "
Lisa berdiri dan berjalan melewati Reno, suara Reno menghentikan langkah Lisa membuat gadis itu harus menguatkan hati.
"Lo berhak bahagia Lis, gua tau lo meletakkan hati ke Daffa, tapi lo juga harus bisa membedakan mana waktu untuk memikirkan perasaan dan mana waktu memikirkan pekerjaan. Daffa terkenal karna tegas, dingin dan cueknya tapi satu hal yang harus lo tau, dia itu lelaki yang tidak pernah melukai hati perempuan, gua gk tau lo ngobrol apa sama Daffa sampai dia bisa semarah itu sama lo. "
Reno berjalan mendekati dan menyentuh pundak gadis itu.
"Ingat ya, Lo itu disini kerja bukan keponakan om Gio yang dititipin ke Daffa. "
Seperti sebuah tamparan yang membekas direlung hati Lisa, dia tidak pernah mengira kalau Reno pernah sebijak itu.
"Benar, aku disini untuk bekerja bukan sebagai keponakan om Gio yang harus dijagain setiap saat, "
Lisa memantapkan langkah kakinya meninggalkan rooftop, menghapus air mata dan segera memasang senyum manis diwajahnya.
🍃🍃🍃
Daffa memicingkan mata memperhatikan setiap stafnya yang bekerja, melihat gadis itu menekuni pekerjaannya.
Sesekali Daffa akan memeriksa stafnya bekerja secara tiba-tiba, dia hanya ingin memastikan stafnya semua berkompeten.
"Ko, " panggilan itu mengalihkan perhatian beberapa staf termaksud Lisa dan Rara yang kebetulan posisinya berada dekat dengan Daffa.
Mereka baru menyadari keberadaan Daffa dan segera bangkit berdiri memberi hormat, Lisa memberikan senyumannya kala matanya dan mata Daffa saling bertemu.
Seorang gadis langsung berlari dan bergelayut manja di tangan Daffa, Lisa memperhatikan kedekatan lelaki itu dengan gadis itu, sepertinya mereka memiliki hubungan. Ketika Daffa mencium kening gadis itu tiba-tiba saja pandangannya bertemu kembali dengan Lisa, lagi-lagi Lisa memberi senyuman manisnya walau dalam hati terasa sesak.
Setelah kepergian Daffa keruangannya, Lisa menghela napas. Dia kembali memfokuskan diri bekerja takutnya yang lain curiga padanya.
🍃🍃🍃
"Lis, mau gua anterin pulang? " tanya Rara yang masih sibuk membereskan barang-barangnya.
"Aku pulang ke rumahku aja, gaj mungkin aku kerumah Daffa, lagi ceweknya datang, " gumam Lisa
"Gapapa Ra?"
"Kalo papa gua gk bakal ngajak Lis, "
"Boleh deh, makasih ya! "
🍃🍃🍃
"Kemana cewek itu, kok belum pulang juga? " gumam Daffa khawatir.
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, tapi batang hidung Lisa belum juga muncul.
"Apa gua hubungin aja? "
"Ntar ke GR-an lagi dianya, "
"Tapi kalo gini terus yang ada gua gk becus jagain dia, ntar om Gio malah gimana-gimana sama gua, "
Getaran ponselnya membuat Daffa sedikit terkejut, dia yakin itu pasti Lisa.
"Shit! Gua kira cewek itu, "
"Halo! "
"......."
"Oh gitu om, iya om Gapapa kok. "
"......."
"Sama-sama om, "
Terdengar dari ujung seberang sana sudah memutuskan percakapan.
"Sial! "
Daffa akhirnya memutuskan mendial no Lisa, kali ini egonya harus ia hilangkan.
🍃🍃🍃
Lisa benar-benar gabut malam ini, sedari tadi dia selalu mengonta-ganti channel TV.
"Pengen ngedrakor, sial banget laptop tinggal dirumah Daffa, "
Kembali Lisa bermalas-malas di sofa tak tau harus melakukan apa saat ini. Rasanya dia ingin melakukan suatu hal, tapi dia gak tau apa!
Lisa memutuskan pergi ke supermarket depan, untuk membeli beberapa camilan, dia akan ngedarakor dari Hp saja. Itu lebih baik ketimbang tak tau melakukan apapun.
🍃🍃🍃
Sudah tiga kali Daffa menghubungi gadis itu, tak kunjung dia menerima panggilan dari Daffa.
"Astagah! Bodo banget gua, gua kan bisa pake GPS lacak tuh cewek, "
Daffa mengikuti petunjuk yang ada didalam layar, Daffa memperhatikan ada tiga rumah didepan sana, yang mana rumah gadis itu?
Ketika akan keluar dari mobil, Daffa melihat sosok Lisa tengah berjalan menenteng beberapa kantong kresek. Daffa mengamati gadis itu memasuki rumah kecil yang ada tepat didepannya saat ini. Tanpa membuang waktu Daffa segera menuju rumah itu.
🍃🍃🍃
Lisa bersenandung sambil berjoget-joget ria mempersiapkan makanannya dan menatanya rapi diatas meja.
Tok...
Ketukan pintu itu terdengar menyebalkan ditelinga Lisa, menganggu sekali!
"Ya, sebentar! " teriak Lisa
Lisa memutar bola matanya malas, dia segera mengubah mimik wajahnya dan memasang senyuman itu.
" Ya, siapa? "
Lisa mematung terdiam melihat sosok Daffa tengah berdiri menatap kesal kearahnya.
"Pak Daffa, "
Daffa memicingkan matanya dan menerobos masuk kedalam rumah Lisa.
"Astaga! Kok dia tau rumahku ya? "
Lisa segera mengekor dibelakang Daffa. Melihat lelaki itu memperhatikan rumahnya sedetail mungkin.
"Silahkan duduk pak, " tawar Lisa
Daffa duduk disofa kecil itu dan memperhatikan makanan dan minuman yang udah tersedia disana.
"Mau minum apa pak? "
"Gausah, "
Lisa tersenyum dan duduk dikursi sebelah Daffa, dia semakin bingung dalam situasi seperti ini.
"Kenapa lo gk angkat telepon gua? "
"Eh? Bapak nelpon saya? "
Lisa segera menarik ponselnya yang dia carger dekat televisi, dan melihat ada tiga panggilan tak terjawab. Lisa memejamkan mata dan mengigit sedikit bibirnya, dia merasa takut melihat sorot mata Daffa saat ini.
"Pakai bajumu, gua tunggu diluar. "
Lisa memperhatikan pakaiannya saat ini, dia kan pakai baju? Ngapain Daffa nyuruh dia pake baju?
"Cepat, 5 menit cukup ya, "
Daffa segera melenggangkan kakinya keluar, Lisa segera berlari menuju kamar miliknya.
🍃🍃🍃
"Sial! Ceroboh banget sih, dia kira gua gk laki-laki normal apa? "
Bayangan Lisa memakai hotspan dan tantop datang kepikiran Daffa, membuat lelaki itu membuang napas kasar.
Lisa segera menutup kamarnya dan berlari menuju mobil Daffa, dia memperhatikan Daffa menatapnya dengan tajam. Membuat dia susah payah menelan air liurnya sendiri.
"Kenapa pak? " tanya Lisa ketika melihat sorot mata Daffa yang tajam.
Daffa mengakihkan pandangannya dan segera menjalankan mobilnya tanpa menjawab pertanyaan Lisa.
🌾🌾🌾
Lis'R Story 💏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
گسنيتي
ehhhhj kalou kau di sini dah sy tendang kau daffa
2021-12-17
0