"Tolooong ...!!! Lepas!!!" Bening berusaha memberontak, tapi tangannya dicengkeram kuat sampai kulitnya berubah kemerahan.
"Diem!!! Kalo gak bisa diem, charter ini bakal gores leher kamu!!!" Ancaman salah satu penjahat itu terlihat tidak main-main. Mata melotot menbuat bulu kuduk merinding.
Bening terisak tanpa berani bersuara lagi. Pasrah, hanya itu yang bisa dia lakukan. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, dia tak tahu. Yang pasti bahaya besar mengacamnya. Dalam keadaan seperti sekarang, semua bayangan mengerikan melintas dan menambah ketakutannya.
Tubuh Bening dipaksa berjalan menuju gang sempit. Gang yang terlihat sepi dengan berapa bangunan tak berpenghuni.
"Tolong jangan sakiti saya. Saya mohon ... ka-kalian boleh bawa semua barang berharga saya, tapi jangan apa-apakan saya." Ditengah tak berdayanya, Bening berusaha memohon. Berharap dua penjahat itu kasihan dan mengurungkan niat jahatnya.
"Kita gak akan nyakitin kamu, Cantik. Untuk barang berharga itu gampang, yang penting kita seneng-seneng dulu. Tenang, kami gak akan ngabisin kamu. Kami cuma ingin bermain-main sebentar." Salah satu dari mereka berbisik ditelinga Bening, juga mengecup daun telinganya.
Bening ingin menampar pria breng sek itu, namun kedua tangannya dicekal kuat. Jijik, Bening merasa jijik ketika kulitnya harus disentuh-sentuh sedemikan rupa. Dia tak bisa berbuat apapun.
Jika sesuatu buruk terjadi, lebih baik dia mengakhiri hidupnya daripada menanggung hinaan karena nama baiknya pasti akan hancur. Pun dengan aib yang akan menjadi beban seumur hidupnya.
Rasa trauma juga menyelimuti dan menjadi momok seumur hidup. Nyinyiran yang diterima akan semakin mengerikan.
Tuhan, tolong aku.
Sreek ....
Kancing-kancing baju telah terlepas, menggelinding dan berceceran di semak-semak. Dua pria itu menyobek paksa kemeja Bening dan terlihat tank top tipis yang membungkus tubuhnya. Bening semakin takut, meraung dalam ketidakberdayaannya.
"Ha ha ...." Dua pria itu justru tertawa mengerikan melihat Bening menangis ketakutan. Satu dari mereka menjulurkan lidah seolah menatap lapar hasil buruannya. Sedangkan yang satunya mengelus dagu dan memandangi tubuh Bening secara lekat. Seolah menelanjangi Bening dengan tatapan itu.
Tak ... tak ...
Srek ... Buuuk!!!
"Aakh ... sialan! Siapa lu?!" Satu penjahat itu tumbang di atas tanah saat seorang menendang punggungnya dengan keras. Satu lagi berbalik badan ingin mengetahui siapa yang datang dan mengganggu kesenangan mereka.
"Siapa lu!" tanya penjahat yang masih berdiri tegak. Wajahnya terlihat garang dan murka.
"Gak penting! Jangan sakiti wanita itu! Atau kalian akan merasakan tinggal di hotel gratis!" hardik seorang pemuda mengenakan masker penutup mulut.
"Hotel gratis? Dimana itu? Boleh juga menginap di hotel gratis, kita gak perlu jadi preman dan capek-capek malak. Di hotel bisa makan enak dan tidur nyenyak," kata penjahat yang menatap pria itu dengan sorot tajam.
"Di Jalan Durian, tepatnya di tengah kota itu. Di sana ada markas pengayom masyarakat, alias markas polisi. Jika kalian masuk penjara, bukankah sama seperti di hotel gratis?!" terang seorang pria yang menyelamatkan Bening. Pria tersebut berkata dengan nada dan senyum mengejek, membuat penjahat semakin marah.
"Kurang ajar!!! Beraninya kamu permainkan kami! Kamu tidak tau siapa kami, hah!!"
"Gak penting tuh siapa kalian! Cuma penjahat gak punya iman juga gak ada akhlak! Manusia sampah berlumur dosa, menuh-menuhin bumi gonjang ganjing ini. Kalo bisa, kalian segera musnah biar bumi jadi damai dan nyaman. Kalo gak mau musnah, tobat lah sebelum terlambat. Kalian gak tau kan, kapan umur kalian akan loncat dari badan?! Orang baik aja belum tentu masuk surga, apalagi manusia otak jahat seperti kalian ... udah dijamin masuk neraka. Saya doakan tobat kalian masih diterima Allah dan kalian bisa masuk surga."
"Aamiin." Dua penjahat tadi tanpa sadar mengamini doa pemuda itu.
Setelah sadar, dua penjahat itu saling tatap. Berpikir aneh tentang pria muda di depannya yang sok jagoan, datang seperti pahlawan kesiangan. Dan bisanya seorang pria muda itu melawan preman dengan kultum ceramah singkat. Mungkin saja dia santri atau keturunan pak Kiai.
"Ah ... persetan dengan surga dan neraka. Kita gak tau kehidupan selanjutnya gimana. Kita cuma nikmatin hidup. Dengan begini kami bisa senang-senang tanpa memikirkan beban hidup yang kami pikul. Kamu gak tahu bagaimana kami hidup. Dicaci, dibenci, diremehkan juga dikucilkan oleh masyarakat sok suci seperti kalian. Padahal kalian gak tahu bagaimana kami mencari pekerjaan halal juga pacar halal, tapi kami selalu lolos dari nasib baik. Jangankan pekerjaan, mereka yang punya martabat justru menghina penampilan kami. Kalo kami gak maksa wanita, kaum mereka gak akan ada yang mau sama kami. Sedangkan kami juga punya nafsu. Jadi, semua itu salah siapa?"
"Heem ... semua itu salah orang bermartabat tapi tidak menghargai orang lain. Juga salah wanita yang menolak kalian. Padahal jika kalian mandi dan bergaya dikit dengan pakaian rapi, penampilan kalian pasti oke. Saya yang punya wajah mirip Justin Bieber aja kalah ganteng sama kalian."
"Benarkah?"
"Benar."
Bening yang tadi bergetar ketakutan justru dibuat terbengong-bengong mendengar percakapan atau curhatan antara dua penjahat dengan seorang pemuda yang datang sebagai penolongnya. Apa maksud mereka ini?
"Dul, peak! Ingat! Kita ini preman, kenapa jadi curhat melow gini. Bahas surga dan neraka lagi. Bisa turun kejantanan kita sebagai preman sini. Gimana sih, lu!" Penjahat yang tadi ditendang oleh pemuda itu sudah sadar tentang pekerjaanya sebagai preman. Dia memarahi temannya yang tadi sempat curhat panjang lebar.
"Waduh, niat jahat mereka muncul lagi. Kudu lebih hati-hati ini," kata pemuda itu mewanti dirinya sendiri.
"Ohiya, gua lupa. Tadi kemakan ceramah tu bocah jadi kelupaan malah curhat."
"Ayo sikat dia!! Lumayan kita bisa dapet mangsa satu lagi. Kita bakal makan enak satu minggu. Juga bisa enjoin wanita sebening salju itu."
"Oke ... ayo, serang!!!"
"Eh-eh, tunggu!!" teriak pemuda tadi. "Mainnya keroyokan. Saya cuma sendiri nih, kalo mau kita duel one by one?!" tawarnya.
"Enak aja tawar menawar!!!"
"Kalo gak ditawar, bisa sekali tebas saya kalah. Kalian keroyokan gitu. Gak kasihan saya cuma sendirian."
"Gimana, Jok?"
"Gimana apanya, Peak! Ya, biarin aja. Kita malah untung kalo dia kalah. Pikiran lu itu yang gimana. Apa maunya kita yang kalah?!" kesal penjahat yang susah dibujuk.
"Iya juga, ya?! Ayo, kita babat habis."
Jurus ceramah sudah lewat, jurus tawar menawar juga tidak mempan. Mau tidak mau pemuda itu harus melawan dua penjahat yang menyerang secara bersamaan.
Ketiganya saling menyerang dan menangkis. Meski pemuda itu hanya seorang diri melawan mereka berdua, ternyata cukup sulit untuk dikalahkan. Beberapa kali berhasil menangkis serangan demi serangan yang dilayangkan kepadanya. Dan dengan membaca celah, pemuda itu berganti melayangkan pukulan demi pukulan tanpa arah pada dua penjahat sampai keduanya kewalahan.
Dak ... buk ... srek ... jeduk ....
Bunyi pukulan dari gerak asal itu terdengar ngilu.
Bening yang terdampar di sudut semak-semak sesekali memejamkan mata. Takut melihat perkelahian itu. Dia yang tadi sempat heran mendengar percakapan si penjahat dan si penolong yang menurutnya aneh. Karena baru pertama kali menyaksikan penjahat mau bernegosiasi dengan orang baik, meskipun pada akhirnya kejahatan mereka tak bisa diredam, setidaknya percakapan mereka tadi unik dan nyeleneh.
Kedua kaki Bening ditekuk. Kemeja yang tadi terbuka dia satukan agar tertutup. Terkadang Bening menutup wajah dengan kedua telapak tangannya saat salah satu dari mereka ada yang terkena pukulan.
Dak ....
Pemuda itu tumbang saat kakinya ditendang dari arah belakang.
"Ha ha .... Ka'o kan lu?! Makanya jangan jadi pahlawan kesiangan!" Penjahat itu menertawai kekalahan pemuda tadi.
"Ya Allah, Malaikat sudah turun. Siapa yang akan dicabut duluan nyawanya," kata pemuda itu sambil menunjuk ke atas, pada awan putih yang cerah benderang. Salah satu trik mengecoh mereka. Dan bodohnya penjahat itu mengikuti arah yang ditunjuk pemuda tadi.
Dia tidak menyiakan kesempatan yang ada. Segera melakukan perlawanan kuat untuk kembali bangkit dan membalas serangan mereka.
•
"Mah, kok udah siang begini Bening belum kembali, ya? Kemana dia?!" Mama Has sangat panik dengan berjalan mondar-mandir di depan Eyang Putri.
Berapa saat lalu Has berpamit pulang karena saat menghubungi nomor Bening tidak mendapat jawaban sama sekali. Dia tahu jika puterinya sedang kecewa, tapi tidak biasanya Bening bersikap acuh dengannya. Tidak pernah mengabaikan telepon masuk darinya. Perasaan Mama Has tidak enak, dia diserang khawatir level tinggi.
"Coba hubungi nomer-nomer semua keluarga kita, siapa tau Ning mampir tempat mereka. Di sini ada pakde, bude, paklek, bulek, sama keponakan-keponakan, Ning mungkin main tempat mereka. Kan mumpung berkunjung kesini," kata Eyang menenangkan kekhawatiran Has.
Meskipun Mama Has melakukan seperti yang dikatakan Eyang Putri, namun hatinya tak kunjung lega. Khawatir tetap dirasakan saat beberapa kali saudaranya menjawab tidak tahu Bening dimana, juga tidak mampir tempat mereka.
Kecemasan membuat Mama Has menitikan air mata, benar-benar takut jika terjadi sesuatu dengan puterinya.
Mama Has menatap nanar ponsel Bening yang ternyata ditinggalkan di kamarnya. Dan berapa saat lalu dia ambil.
Satunya benda canggih yang bisa mengetahui keberadaan seseorang ada dimana justru tidak dibawanya. Hingga kini Bening tidak bisa dihubungi.
"Mah, apa Has cari aja di sekeliling sini. Siapa tau Bening kesasar," kata Mama Has antusias, seolah menemukan jalan keluar.
"Bening berapa kali berkunjung ke sini? Gak mungkin dia kesasar, Has. Dia pergi ke luar negeri juga gak pernah kesasar."
Benar juga yang dikatakan Eyang Putri. Tidak mungkin Bening kesasar kalau cuma di sekitaran kampung neneknya. Dia pasti sudah hapal diluar nalar jalanan daerah sini.
Aduh. Mama Has semakin khawatir. Dia harus bagaimana? Kemana harus mencari puterinya.
Pakde, bude, dan yang lain sudah dimintai bantuan untuk mencari Bening. Mudah-mudahan segera ketemu.
•
Ditempat gang sempit tadi.
Perkelahian masih berlangsung sengit, sempat beberapa kali mereka berhenti saling pukul saat tenaga mereka habis. Lalu dilanjutkan kembali.
Srek ....
Masker penutup mulut yang digunakan pemuda tadi terlepas karena ditarik oleh penjahat yang satunya.
Kala itu mata Bening melotot sempurna.
Deg ... deg ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Wiecha Mar
haha dikepoin terus,bego
2022-06-23
0
mommy Erna
auto mengngakak...🤣🤣🤣🤣🤣
2021-12-22
0
Siti Nurhalimah
ya ampun si preman segala nawar 🤣🤣🤣
2021-12-08
0