Tiba di Cafe Bosque, Bening meneliti penampilan Langit. Mulai dari rambut, sudah disisir rapi. Lalu meniti satu persatu wajah Langit. Ujung-ujung mata tidak ada kristal yang menempel, alias belek. Jadi aman.
Bening menunduk, di dalam lubang hidung juga bersih. Aman dari upil yang nyempil. Bibir, oke, meski gigi gingsul tidak bisa dilepas.
Bening mengancingkan jas yang dipakai Langit. Dan saat ujung matanya melirik area bawah.
"Aarrggh ...." Bening berteriak dan menutup wajahnya.
"Mbak, malah teriak-teriak. Nanti di datengin satpam!" ujar Langit dengan suara keras.
"Argh, dasar ceroboh! Liat itumu!" Tangan sebelah Bening menunjuk ke area privasi Langit. Tapi tangan yang satunya menutupi bagian wajah. Mata Bening masih bisa mengintip lewat sela-sela jemarinya. Sedikit terlihat dale man pria berwarna orange terang. Astaga ... dia benar-benar menyukai warna kunyit busuk.
"Eh lupa, ternyata sarang pentolku belum ketutup," ujar Langit memperlihatkan giginya di depan Bening. Tangannya sigap membenarkan resleting celananya.
Kemarin bagian Bening yang malu, tetapi kali ini ganti Langit yang harus menahan malu.
"Gak tenda bakso, gak tenda itumu, kenapa semua warnanya orange. Kamu seneng banget warna terang benderang gitu!" cibir Bening.
"Hihi ... Mbak tau. Berati tadi udah sempet liat. Atau Mbak tadi ngintip?" tuduh Langit.
"Iya, eh, enggak ya. Tadi keliatan dikit doang," kilah Bening dengan rona pipi yang sudah berubah memerah.
"Bening ...!" Seseorang memanggil Bening.
"Eh, Sin," balas Bening.
"Ayo, masuk!" ajak wanita berpakaian sexy yang terlihat menggandeng tangan seorang pria.
"Iya, ini lagi mau masuk."
Setelah wanita tadi melangkah masuk dengan pasangannya, Bening kembali menatap Langit.
"Mana tanganmu?"
"Ini." Langit mengacungkan tangannya.
Terpaksa. Sangat terpaksa Bening menggandeng tangan Langit. Pria berjas hitam itu mematung kaget. Lalu perlahan mengikuti tarikan tangan Bening.
Cafe Bosque terlihat penuh dengan pengunjung, namun bukan pengunjung luar. Melainkan pengunjung khusus alumni kampus tempat Bening kuliah dulu. Rani selaku ketuanya telah memboking cafe itu.
"Hola, Kristal Bening, sebening embun pagi," sambut Rani dengan senyum mengembang. Menyerang Bening untuk diajak cipika-cipiki.
Bening menyambut cipika-cipiki dari Rani, juga membalas senyum. "Halo, Ran."
"Hay, Bening."
"Apa kabar, Be?"
"Wah, siapa tuh yang digandeng? Gebetan baru, ya?"
"Boleh juga."
"Sekarang udah gak polos banget, ya, Be."
Beberapa teman mengajukan pertanyaan secara bersamaan. Bening bingung harus menjawab yang mana? Akhirnya hanya unjuk gigi dengan tangan tak lepas menggandeng tangan Langit.
Langit ikut tersenyum demi mengimbangi Bening, selaku pacar pura-puranya untuk malam ini saja.
"Kenalin ke temen-temen dong. Kayaknya laki lu bukan alumni seangkatan kita. Dapet dari mana lu?" tanya salah satu teman Bening.
"Kenalin, namanya Langit. Dia memang bukan alumni angkatan kita. Kalo untuk pertanyaan terakhir, gue gak bisa jawab. Biar jadi rahasia," jawab Bening pura-pura memasang senyum manis. Padahal dalam hati menahan geram.
"Dia tampan banget lho, Be. Beruntung kamu nemu yang ginian," celetuk yang lainnya.
"Hehe ...." Bening menyengir. Lalu mengajak Langit untuk duduk disalah satu meja kosong.
Ternyata semua teman yang datang memang membawa pasangan masing-masing.
Saat duduk Bening menatap lekat pada Langit, pria itu tengah sibuk memainkan ponsel.
Jika berdandan seperti ini, emang lumayan juga. Terlihat tampan, *ga*k kelihatan profesinya sebagai tukang bakso.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
mutiara
eng..ing..eeeng...mulai ada daya magnetnya nih si bening kristal 😀
2023-04-01
0
dementor
bening & rengit.. boleh juga tuh author.. up terus ya semangat ya!!
2023-01-01
0
Caty「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」
👍
2021-12-20
1