Jantung Langit berdebar kencang setelah lari dari gang ke rumahnya.
"Mamak ... Mamak ...!" panggil Langit.
"Ada apa, Lang? Kamu ini pulang teriak-teriak kayak di kejar anjing," kata Mamak sambil membukakan pintu untuk Langit.
"Ini lebih menakutkan dari anjing, Mak. Orang bukan sebangsa dari kita," jawab Langit dengan napas tersengal. Jantung berdebar setara dengan ciumannya bersama Bening.
"Maksudmu gimana?" tanya Mamak kurang paham.
Langit menyelonong masuk melewati Mamak yang berdiri di sisi pintu. "Langit barusan ketemu dedemit nongkrong di atas pohon jengkol, Mak," cerita Langit menggebu. Pria itu duduk di sofa.
"Hus ... ngawur! Mana ada yang begituan. Ngelindur kamu!" tanggapan Mamak.
"Mamak nih gak percaya! Orang Langit tadi bicara sama itu demit. Dia minta tolong ke Langit buat nurunin dia, ya, Langit gak maulah. Langit tinggal lari aja. Untung demitnya gak ngejar, kalo dia nyusul dan tau rumah kita, bakal aneh ceritanya Mak. Pertama kali rumah kita kedatengan tamu dari dunia lain," cerita Langit dengan melepas jas yang dikenakan.
"Ngada-ngada aja kamu nih. Ngawur!" balas Mamak tidak begitu menanggapi. Mata Mamak memperhatikan penampilan Langit. "Kamu ganteng banget kalo pakek pakaian rapi. Kamu gak mau pu ...."
"Mak ...!" Langit segera memotong ucapan Mamak. Pria itu menyorot mata Mamak dengan kesedihan.
Mamak mendekat dan duduk di samping Langit. Tapi sebelum Mamak bersuara, Langit mendahului. "Udah malam, Mamak tidur lagi. Tadi Langit ganggu tidur Mamak." ujarnya. Mereka tidak memperpanjang cerita dedemit. Mamak dan Langit justru beralih topik.
"Kamu jangan begadang. Semua bahan dagangan udah Mamak siapkan." Mamak memberitahu.
"Langit tadi udah bilang, gak usah di siapin, Mamak jadi repot. Linunya kambuh gak?" Langit berubah khawatir.
"Enggak. Kamu tenang, kaki Mamak baik-baik aja."
"Abis ini langsung tidur, Lang!" perintah Mamak yang kedua kali.
"Iya, Mak."
Setelah Mamak pergi, Langit mengunci pintu dan bergegas masuk ke kamarnya. Bukan tidur, melainkan membuka dan menyalakan laptop. Seperti aktivitas yang tiap malam dilakukan.
•
Bening berjalan gontai menuju kamar. Dia yang tadi sudah tertidur terpaksa bangun saat Mang Juri membangunkan.
"Hoam ...." Bening menguap lebar. Pergi ke workshop dan menyimpan kembali semua perlengkapan yang tadi dikenakan, lalu berganti dengan baju tidur supaya lebih santai dan nyaman beristirahat.
Bening bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Saat berkaca, dia fokus melihat bibirnya yang masih ada sisa busa dari pasta gigi yang digunakan. Lagi-lagi teringat dengan ciumannya bersama si Rengit, alias Langit.
Benar yang dikatakan pria itu, hal pertama yang dilakukan bakal sulit dilupakan. Seolah di bibirnya masih ada sisa bekas ciuman bibir Langit.
"Aakh, bisa-bisanya aku tadi cium si Rengit duluan! Malu banget!" Bening menggeleng ke kanan dan kiri. "Begini rasanya abis ciuman?! Keinget terus. 'Kan malunya gak ilang-ilang!" Bening segera berkumur dan membasuh wajahnya lagi, berharap bayangan ciuman itu segera menghilang.
•
"Pagi, Ma."
"Tumben turunnya ke bawahnya siangan?" tanya Mama Has.
"Iya, semalam pulang jam setengah satu, jadi Bening kurang tidur." Bening mengunyah sandwich dan meminum susu coklat yang tadi di siapkan oleh asisten rumah tangga.
"Ma, Bening langsung berangkat, ya."
"Itu sarapannya belum abis."
"Gak keburu. Nanti Bening pesen di kantin kantor aja."
"Bener, ya. Jangan sampek telat sarapan. Takutnya kena penyakit lambung." Mama Has mengingatkan.
"Siap, Ma." Bening sudah berlalu meninggalkan meja makan. Di luar Mang Juri telah siap di samping pintu mobil.
"Berangkat sekarang, Non?"
"Nanti sore! Ya sekaranglah, Mang!" jawab Bening ketus.
"Baik, Non."
"Nah, galaknya kumat!" gerutu Mang Juri lirih.
•
"Pagi, Nona!"
"Pagi."
Saat berjalan melewati lobi, berapa karyawan menyambut dengan ramah. Bening yang tidak suka basa basi cuma membalas seadanya sambil berlalu menuju ruangannya.
"Pagi, Nona," sapa Sarah.
"Pagi, Sar. Ada jadwal apa hari ini?"
"Jadwal hari ini sedikit longgar, Non. Hanya ada satu pertemuan dengan PT Cahaya Nurani, setelah itu Nona hanya perlu memeriksa berkas kerjasama," terang Sarah.
Bening manggut-manggut. "Bagaimana keuangan perusahaan?"
"Menurun 2% Nona. Investasi di JK grup mengalami kerugian lumayan banyak, hingga modal kita tidak membuahkan hasil."
Bening bersandar pada kursi ergonomis di ruang kerjanya. Tangan sebelah digunakan memijat pinggiran pelipis. Semangatnya turut menurun mendengar uang perusahaan menurun. Akhir ini juga sangat sulit untuk memenangkan tender, kalah dengan perusahaan Galacy Grup yang membuat cabang di dekat areanya.
"Baik Sar, terima kasih untuk laporanmu. Sekarang panggilkan Dodi kemari!" perintahnya.
"Baik, Nona."
•
Sehabis Zuhur, Langit mulai bersiap menata barang dagangannya. Memindahkannya ke gerobak bakso yang akan di dorong ke tempat mangkal.
"Mudah-mudahan hari ini laris manis ya, Mak," doa Langit.
"Aamiin. Semoga habis semua."
"Lang, motormu dimana? Mak sampek lupa mau tanya dari tadi."
"Ohya, masih tertinggal di tempat Tante yang kemarin, Mak. Nanti abis Maghrib aja Langit ambil. Kalo sekarang udah mepet mau berangkat jualan."
Mamak mengangguk. "Yadah gak apa."
Langit masuk ke dalam mengambil besek tempat biasanya menyimpan uang hasil jualan. Lalu kembali dan mendekati Mamak untuk mencium punggung tangannya.
"Langit berangkat, ya, Mak. Mak nonton sinetron ku menangis aja, gak usah kerja apa-apa. Gak usah nyabutin rumput. Ntar kesenangan tetangga kita."
"Emang apa hubungannya?"
"Lah, Mak mulai pikun sih. Kemarin nyabutin rumput dipekarangan depan malah rumput tetangga ikut di cabutin, kesenangan tetangga kitalah Mak!" tukas Langit.
"Apa iya? Mak gak tau!"
"Bukan gak tau! Itu karena Mamak yang mulai pikun, makanya gampang banget lupa."
"Iya deh, nanti kalo Mamak bosen, Mak tak ganti nyuci baju aja. Tadi pagi belum sempet nyuci."
"Lahdala! Langit udah nyuci semua baju kotor di dalam kamar mandi. Baju siapa lagi yang mau Mak cuci? Udah, pokoknya Mak diam aja. Nikmati sinetron mewek kesukaan Mak itu. Yang selalu kena ajab yang lakik mulu', giliran yang perempuan bisanya cuma mewek," seloroh Langit.
"Mak bosen kalo cuma nonton TV, Mak nanti mau nyuci baju aja biar ada kegiatan. Di dalam kamarmu itu masih banyak yang kotor, kan?"
"Gak ada yang kotor, Mak! Mak mah sukanya baju bersih, baju udah rapi disetrika malah di cuci lagi. Satu, nyampe-nyapein badan. Kedua, boros sabun, Mak. Dengan Emak diem aja, Langit udah seneng, daripada Mamak sibuk tapi gak ada yang nirfaedah." Langit mulai mengambil alih gerobak dorongnya.
"Pokonya Mak jangan ngapa-ngapain, ya. Cukup diem. Oke, Mak!"
"Oke, Lang. Kamu hati-hati jualannya."
"Siap, Mak. Dah, Langit berangkat beneran nih," pamit Langit.
"Iya."
Langit mulai mendorong gerobak bakso ke gang yang semalam dilewati dengan kocar-kacir. Tidak seperti semalam, dengan suasana mencekam. Karena siang hari gang itu sama sekali tidak menakutkan. Justru membuat sejuk dengan adanya pohon-pohon besar. Sampai di bawah pohon jengkol, Langit mendongak ke atas, dedemit yang minta tolong sudah tidak ada. Dengan santai Langit melanjutkan perjalanannya mendorong gerobak bakso menuju tempat mangkal yang biasanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
dementor
ya,kemana tuh cewek? itu demit apa orang sih??
2023-01-01
0
🏠⃟ᴬʸᵃⁿᵏરuyzⷦzⷩ𝐀⃝🥀
😂
2022-06-28
0
🏠⃟ᴬʸᵃⁿᵏરuyzⷦzⷩ𝐀⃝🥀
Hahahahahah
2022-06-28
0