Akhirnya Bening meninggalkan tenda orange dengan perasaan kesal maksimal. Bagaimana tidak! Dua jam dia menunggu pesanannya, sampai tertidur di atas meja, dan juga kejadian iler yang membuatnya malu setengah mati. Belum lagi bertengkar dengan Langit. Adu mulut, eyel-eyelan panjang yang membuat seluruh ototnya kejang. *Memang tukang bakso sialan*.
"Amit-amit ... nauzdubilah min zalik. Ada pria macam lutung begitu! Hiiih ... ngeselin setengah mati. Mudah-mudahan sampek ganti Pak Presiden aku gak ketemu lagi sama si Rengit." Sepanjang jalan pulang ke rumah Bening tak henti mengomel. Padahal orang yang diomeli tidak ada bersamanya.
Mang Juri yang menyetir mobil hanya diam dengan sesekali melirik kaca spion di depannya. Tak bersuara sama sekali, takut terkena semprot juga.
"Ini salah Mang Juri juga! Ngapa gak bangunin saya? Malah ikut-ikutan tidur di dalam mobil! Mamang sangat teledor!"
'Nah, saya udah diam dan berhati-hati agar gak kena omel. Eh ... tetep aja kena semprot' batin Mang Juri.
"Maaf, Nona. Saya juga gak sadar tiba-tiba ketiduran. Kalo Nona gak bangunin saya, mungkin sampek subuh saya tidur di sana."
"Huh ... Mang Juri tuh sama aja sama si Rengit! Ngeselin!"
"Siapa yang Nona maksud si Rengit?" tanya Mang Juri tidak mengerti.
"Siapa lagi? Ya, tukang bakso tadilah!"
"Rengit itu bukannya nama hewan? Gimana ibunya ngasih nama kok Rengit?" Mang Juri begitu percaya dengan Bening, dia tidak membaca spanduk yang terpasang di tenda orange. Padahal di sana tertera tulisan 'Bakso Uhui, Bang Langit'. Yang berarti si pendiri tenda orange itu bernama Langit.
Bening yang tadinya kesal setengah mati sedikit terhibur dengan kepolosan juga kebodohan supir pribadinya. Percaya begitu saja jika penjual bakso tadi bernama Rengit.
Mobil telah memasuki halaman rumah, Mang Juri turun lebih dulu dan membukakan pintu untuk majikannya.
Bening segera masuk rumah dan ternyata Mama Has sudah menyambut di depan pintu. "Adek baru nyampek? Bukannya tadi udah pulang dari jam setengah lima? Kok, lama banget sampek rumahnya? Ohya, mana bakso pesenan Mama?" todong Mama Has.
Bening menghembus napas kasar. "Gak kebagian, baksonya udah abis," jawab Bening seadanya. Wanita itu melenggang masuk, melempar tas ke sofa dan menjatuhkan diri di sana. Terlihat sangat lelah, juga wajah yang ditekuk sedemikian rupa.
Mama Has mengernyit. Lalu mengikuti Bening dan duduk di sofa yang berseberangan. Mengamati wajah anaknya demi menuntut jawaban yang lebih jelas.
Bening tahu gelagat Mamanya. Wanita itu lalu menjelaskan. "Sepulang kantor Bening langsung mampir ke tenda bakso itu. Udah pesen juga. Antrian orang yang mau beli bakso, beuh ... Masyaallah, udah kek kereta Lencana Ungu. Gak ada gangnya. Bening disuruh tunggu, karna lama banget Bening sampek ketiduran. Dibangunin pas udah mau magrib, pas tanya, mana pesenan baksonya? Si Rengit jawab dah abis. Ngeselin 'kan?" cerita Bening.
Mama Has melongo. Apa benar begitu ceritanya? Seolah tidak percaya.
"Kok tumben kamu bisa ketiduran di tempat seperti itu?"
"Gak tau, Ma. Gak kerasa. Badan Bening capek banget."
"Padahal Mama pengen banget makan bakso," sedih Mama Has.
"Mama punya nomernya si Rengit 'kan? Besok pesen aja sama dia, terus dianter pakek jasa ojol."
"Si Rengit? Rengit siapa maksud kamu?"
"Ya itu, tukang baksonya."
"Hus, ngawur kamu, Dek. Orang nama bagus-bagus kok diganti jadi Rengit."
"Mama gak tau aja dia nyebelinnya kek apa." Bening memutar bola mata jengah dan bangkit. "Dah lah, Ma. Bening ke kamar dulu mau mandi."
Mama Has tersenyum lucu, sedikit aneh dengan sikap puterinya yang terlihat kesal sekali. Biasanya Bening tidak pernah bersikap demikian.
Setelah masuk ke kamar, wanita itu segera membersihkan diri. Saat berada di kamar mandi Bening teringat kejadian di tenda orange. Ugh ... memalukan.
Bagaimana bisa dia melakukan itu. Teringat akan ilernya, Bening mengelap mulutnya berapa kali, padahal area itu bersih tidak ada apapun.
Saat selesai, tepat saat itu ponselnya berdering. Dia segera meraih ponsel yang tergeletak di atas meja rias. Handuk putih masih membalut tubuh sintalnya.
Rani, teman waktu kuliah yang ternyata meneleponnya. Dia sangat malas untuk menjawab. Rani si biang gosip, juga mulut ceplas-ceplos sangat malas mendengar ocehan unfaedahnya. Entah apa yang akan dibahas. Dia juga penasaran.
"Halo ...." Akhirnya Bening memilih menjawab.
"Halo, Kristal Bening, sebening embun pagi," jawab Rani.
Dari jawaban itu saja membuat Bening memutar bola mata malas. "Ada apa, Ran?" To the poin ke pertanyaan.
"Cuma mau ngasih kabar, malam Minggu besok ada acara reuni seangkatan kita. Lo dateng, ya. Kita udah siapin tempat di Cafe Bosque. Jam 7 malam," jelas Rani.
"Nanti aku usahain dateng," balasan singkat Bening.
"Reuni kali ini wajib bawa pasangan," imbuh Rani."
"Eh, apaan? Kok pakek acara begituan? Emang kenapa harus bawa pasangan segala? Ini cuma acara reuni 'kan? Bukan acara pamer pacar!" sewot Bening.
"Tenang Be, jangan ngegas dulu. Gak tau juga, itu usulan dari anak-anak. Toh, kamu bisa dateng sama Bram juga."
"Bram udah mati dilautan Antartika."
"What? Serius Lo?"
"Enggak! Pokoknya Bram udah gak ada di sekitar gue!"
"Ough, begitu? Gak apa, masih ada waktu 2 hari buat cari pasangan baru. Pokoknya lo harus dateng, dan bawa pasangan juga. Ya dah, bye ... Bening." Sambungan telepon terputus.
Kekesalan Bening semakin bertambah. Dia menjatuhkan diri di atas busa empuk. Memukul-mukul dahi dengan pelan.
"Apaan lagi! Nambah-nambahin pusing aja!"
"Cuma reuni aja diwajibkan bawa pasangan? Nyambungnya dimana? Emang mau pertemuan keluarga, pakek acara bawa pasangan!"
"Huh, aku dateng sama siapa?"
"Sialan bener, si Bram! Ngilang gak bisa dihubungi. Ghosting orang sesuka hati. Awas aja muncul di bumi lagi, bakal bejek-bejek sampek gepeng!"
•
Semalam tidur Bening kurang nyenyak. Meski tidak peduli dengan acara reuni, nyatanya dia tetap kepikiran juga.
Kantung mata menghitam sebagai tanda semalam kurang istirahat.
"Pagi, Ma," sapa Bening.
"Pagi, Dek. Kenapa lagi itu matanya sampek item gitu? Begadang, ya?"
"Gak bisa tidur. Malam Minggu Bening ada acara reuni teman kuliah," ceritanya.
"Bagus dong. Pasti seru," tanggapan Mama Has.
"Gak seru, Ma. Masak acara reuni diwajibkan bawa pasangan. 'Kan aneh!"
Mama Has menahan suara tawa, dia tidak enak jika tertawa di depan Bening. Seolah menertawai kegalauan puterinya.
"Ya mungkin emang begitu aturannya, Dek. Tinggal ajak siapa gitu."
"Bram masih gak ada kabar, Ma. Entah ngilang kemana? Di bawa Wewe Gombel kali ... Bening juga gak tau! Ngeselin 'kan? Terus Bening mau ajak siapa coba?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Cinta Suci
makin seru ne🤭
2023-05-15
0
atul saadah
lanjut thor
2022-01-06
1
Caty「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」
🤣
2021-12-20
1