Hari di mana tidak ada satupun mempelai yang menanti, akhirnya pun tiba. Baik mempelai wanita, maupun mempelai pria. Mereka tak banyak bicara. Memilih mengikuti alur kehidupan yang kini sedang mempermainkan mereka.
Komitmen yang telah mereka sepakati tak mungkin mereka hindari. Riana mencoba menahan air mata, mana kala sang perias pengantin membubuhkan bedak ke wajah cantiknya. Hati gadis ini terasa amat sangat sakit. Sebab Ini bukanlan pernikahan impian baginya.
Riana ditemani sang adik hanya bisa diam tanpa kata. Beberapa kali, gadis ini terlihat memandang ponselnya. Seperti sedang menunggu sesuatu.
Di samping Riana, ada Lando. Yang tak kalah gelisah. Ingin rasanya pemuda tampan ini menyuarakan isi hati yang ia pendam selama ini. Namun, rasa tak nyaman karena masih ada perias Membuat pemuda tampan ini mengurungkan niatnya.
Lando terus menatap wajah sang kakak. Jujur, ada ketidakrelaan di sana. Di hati pemuda tampan itu. Bagaimana tidak? Riana melakukan ini semua untuknya. Untuk kesehatannya. Untuk pendidikannya. Untuk melunasi utang-utang keluarganya. Sungguh, jika dipikir, ini memang tak adil untuk Riana.
"Kakak yakin?" tanya Lando ketika tim perias itu keluar dari kamar di mana Riana dan Lando berada.
"Tak ada pilihan lain, Lan. Kakak nggak bisa berbuat apa-apa untuk sementara ini," jawab Riana. Tak di pungkiri bahwa kesedihan tampak nyata terpancar dari tatapan mata gadis ayu itu. Terlihat jelas, bahwa saat ini Riana tersiksa karena pernikahan yang tak diinginkan oleh hatinya ini.
"Bagaimana dengan bang Yuan, Kak? Apakah Kakak udah kasih kabar ke dia?" tanya Lando.
"Kakak belum berani, Lan. Entahlah! Rasanya kepala Kakak ingin meledak jika memikirkan dia," jawab Riana jujur. Lagi-lagi gadis ayu ini hanya bisa menahan perasaannya. Mau bagaimanapun, dia tak ingin terlihat muram di depan tamu yang datang. Riana harus terlihat tegar. Terkihat bahagia. Demi menghormati ayah dan juga keluarga calon suaminya.
"Maafkan Lando, Kak. Karena Lando, Kakak harus berkorban seperti ini. Lando janji, Kak. Kalo nanti udah kerja, Lando pasti bayar semua hutang-hutang ayah ke mereka. Biar Kakak nggak perlu jadi budak mereka lagi," ucap Lando kesal.
"Hussst, jangan begitu. Masak menikah dibilang budak. Insya Allah ini akan jadi ladang pahala buat Kakak. Insya Allah ini jalan yang dikasih Allah buat ke Jannah-Nya. Kamu do'ain Kakak aja, supaya bisa selalu sabar. Apapun ujian yang akan Kakak hadapi ke depannya nanti," jawab Riana, dewasa.
Lando tak bisa berkata-kata lagi jika begini. Riana memang selalu begitu. Ia memang selalu bisa bersikap dewasa. Terhadap masalah apapun. Hanya saja, Kadang-kadang dia sedikit barbar dan bodoh. Membuat sang adik khawatir.
***
Di ruang tamu, Langit sudah mengucapkan ijab qobulnya untuk mengikat Riana dalam ikatan suci pernikahan. Di depan penghulu dan juga beberapa saksi, pria ini berjanji akan menjaga dan melindungi Riana. Meskipun, sekali lagi ini juga bukan pernikahan impiannya.
Sebenarnya Langit tak ingin. Langit tak memimpikan ini. Lalu kenapa Tuhan menginginkan dirinya masuk ke dalam rumah tangga yang tak ia kehendaki. Beberapa kali pria gagah ini bertanya dalam hati. Sungguh ini bukan inginnya.
Suara tepuk tangan meriah mengiringi kata "Sah", pertanda mulai hari ini, mulai detik ini, Riana adalah istri lahir batin dari Damar Langit. Pria tampan dengan segala kesempurnaan.
Tak ada sedikitpun senyum yang menghiasi bibir kedua mempelai itu. Terlebih Langit. Pria ini terlihat begitu nyata menahan amarah. Ingin rasanya ia kabur dan meninggalkan tempat memuakkan ini. Andai tadi kedua orang tuanya tak mengancamnya lagi, mungkin Langit akan memilih tidak datang.
Biarkan saja dia menikah dengan siapa situ, bodo amat! batin Langit menggerutu kesal.
Di atas pelaminan, Langit kembali diam. Pun dengan Riana. Gadis ini sama sekali tak berani menatap mata pria itu. Berada di sampingnya saja, ternyata sudah cukup membuat Riana merinding. Merinding takut. Entahlah! Riana hanya merasa tak nyaman saja. Baginya, Langit adalah momok yang paling menakutkan di dunia ini.
Beberapa jam berlalu, para saksi dan tamu undangan pun telah diizinkan meninggalkan tempat. Kini yang tertinggal hanyalah keluarga inti saja.
"Langit, kalian langsung ke hotel saja. Biar nanti pak Naryo yang antar kalian. Papa sama mama langsung balik ya, baik-baik kalian, " ucap Dayat sembari tersenyum bahagia. Bagaimana tidak? Tujuannya telah terlaksana dengan mulus. Meskipun beberapa kali di warnai drama.
Langit hanya diam. Tak menjawab sepatah katapun ucapan pria itu. Baginya, perintah sang ayah tak lagi penting. Yang penting saat ini, ia sudah melaksanakan keinginan pria itu. Pria yang menjerumuskannya ke dalam situasi yang sangat-sangat menyakitkan baginya.
Seluruh keluarga mengantar Langit dan Riana masuk ke dalam mobil pengantin. Lalu mereka melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan.
Senyum tampak merekah sempurna di bibir Bayan. Sebab, pernikahan ini adalah arti bahwa seluruh utangnya pada sang majikan telah lunas. Artinya dia bebas. Dan bisa bekerja seperti sedia kala. Tanpa ada rasa canggung karena memiliki beban materi.
Di dalam mobil, susana terasa amat sangat sunyi. Tak ada pembicaraan penting di sana. Untuk memecah keheningan itu, akhirnya Riana pun memberanikan diri bertanya pada sang suami.
"Mas, kenapa mbak Yuta nggak datang?" tanya Riana pelan dan lembut. Supaya tidak menyinggung perasaan Langit.
"Kamu mau bikin istriku makin stres dengan pertunjukkan konyol ini," jawab pria ini ketus.
"Maaf, Mas," balas Riana. Lagi-lagi ia hanya menundukkan kepala.
Tak ada perbincangan lagi. Riana memutuskan untuk diam. Lebih baik memang diam, sebab ia tahu Langit tak bersahabat dengannya.
Hampir dua jam mereka berkendara. Akhirnya mereka pun sampai di rumah minimalis milik Langit dan Yuta. Rumah itu tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Gaya desainnya sangat klasik dan nyaman. Sekali lagi, hati Riana teriris perih. Karena rumah seasri ini harus ada orang ketiga di antara sang pemilik rumah. Riana bertambah sedih, karena pada kenyataannya orang ketiga itu tak lain adalah dirinya.
Langit langsung masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Riana yang kerepotan dengan baju kebaya yang masih ia kenakan. Tak banyak bertanya, Riana pun mengikuti langkah Langit. Sebab langkah pria itu sekarang adalah nasibnya, imamnya. Mau tak mau, Riana harus tetap berpegangan pada keinginan pria itu.
"Bibi!" teriak Langit.
Terdengar melengking memecah keheningan. Riana hanya diam, tak berani berucap sapatah kata pun.
Tak lama datanglah seorang wanita paruh baya menghampiri pria itu.
"Saya, Den!" ucap wanita paruh baya itu.
"Tolong kamu antarkan wanita ini ke kamarnya. Bibi sudah tahu kan?" ucap Langit mengeluarkan perintahnya.
"Baik, Den!" jawab wanita itu, seolah sudah paham dengan keinginan sang majikan.
Langit tak memandang sedikitpun sang istri. Ia meninggalkan wanita itu berdiri sendirian. Mematung tanpa berucap apapun. Sedangkan Riana hanya bisa memandang punggung pria yang menikahinya beberapa jam yang lalu itu. Sampai punggung itu benar-benar menghilang dari pandangannya..
Bersambung...
Jangan Lupa komen ya😊😊Like nya jangan lupa🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
Kasian banget nasibmu say 😢😢
2023-02-21
0
Winar hasan
dluaran sana untuk punya istri lebih dr satu tak perlu dpaksa ...trlebih istri sakit...tp kamu juga harus tau tentang takdir....pasti ada rahasia dblik pernikahan paksa ini...akn ada hikmah dblik sesuatu yg tak d inginkan justru mngkin d masa depan inilah yg kamu butuhkan...
2022-07-23
0
R⃟ Silu ✰͜͡w⃠🦃🍆(OFF)
komen mak
2021-12-17
0