Semalam suntuk Riana tak bisa tidur. Gadis ini menghawatirkan nasibnya mulai besok. Sebab besok malam adalah hari pertunangannya dengan pria itu, pria yang tidak ia kehendaki. Perwakilan keluarga tersebut telah menemuinya. Tak ada alasan lagi baginya untuk mundur. Meskipun jujur, hatinya terasa amat sangat sakit karena masalah ini.
Namun, rasa balas budi tiba-tiba menghantuinya. Bagaimana tidak? Sang ayah begitu fasih mengungkit baris demi baris kebaikan majikannya. Pria paruh baya itu juga sering memohon, agar diri Riana mau membantu meringankan beban yang kini ada di pundaknya. Hutang materi itu sering membuat sang ayah kurang nyaman bekerja. Sehingga Riana pun tak tenang.
Sama, Kedua orang tua calon suaminya juga mengungkit kebaikan itu sendiri ketika menemuinya untuk pertama kali. Bahkan, meminta balasan atas semua bantuan yang telah mereka keluarkan untuk keluarganya. Jika sudah begini, tak ada lagi yang bisa Riana lakukan, selain menerima perjodohan ini. Riana sendiri juga tak mau berhutang budi terlalu banyak terhadap mereka.
Selepas merenungkan keinginan sang ayah, Riana pun memberanikan diri mengutarakan keputusannya pada Pak Bayan, yang saat ini sedang menikmati sarapan di meja makan.
“Pagi, yah!” sapa Riana sedikit takut. Bayan tak menghiraukan sapaannya. Pria ini hanya diam dan mengunyah nasi goreng yang ia buat sendiri untuk sarapan.
“Baik, Yah, jika ini yang terbaik untuk keluarga kita, Riana akan coba ikhlas,” ucap Riana pelan. Karena saat ini ia menahan sesak di dadanya agar air matanya tidak keluar ketika membicarakan perihal yang sangat menyakitkan ini, baginya.
Bayan menghentikan kunyahannya dan menatap girang pada sang putri. “Benarkah? Kamu yakin?” tanya Bayan tak percaya.
“Iya, Yah. Insya Allah.” Riana memaksa bibirnya tersenyum. Padahal hatinya menangis perih.
“Terima kasih, Putriku. Ayah yakin ini adalah pilihan yang tepat. Cepat kamu bersihin rumah kita, rapikan, pel, pokoknya bikin sewangi mungkin. Kamu tahu kan kalo majikan Ayah suka yang bersih-bersih, ha! Ayah bahagia sekali sayang. Pokoknya setelah sampai di sana, ayah akan langsung kasih tahu mereka. Kalo kamu mau menikah dengan tuan muda, ya,” ucap Bayan. Pria ini terlihat begitu senang dan bersemangat. Membuat Riana tak tega jika memotek kebahagiaan sang ayah dengan menolak pernikahan ini.
“Iya, Yah. Kasih tahu saja. Nanti Riana siap-siap,” jawab Riana, masih setia dengan senyum yang ia paksakan itu.
“Terima kasih, Sayang, terima kasih. Kamu memang putri Ayah yang bisa Ayah andalkan. Oke kalo begitu Ayah berangkat dulu. Kamu jangan lupa sarapan ya.” Bayan langsung meminum teh manis yang telah ia siapkan sendiri itu.
“Iya, Yah,” jawab Riana singkat.
“Oiya jangan lupa masak yang enak, daaa.....” ucap Bayan sembari memakai helmnya. Sedangkan Riana hanya tersenyum, pertanda ia menyetujui permintaan sang ayah.
Perbincangan singkat itu pun berakhir. Kini tinggallah Riana seorang diri. Merenungi dan memikirkan keputusannya. Semoga keputusan yang ia ambil tidak salah. Semoga keputusannya ini bisa membuat orang-orang yang mengharapkan ini terjadi, bahagia. Terutama sang ayah, karena niatnya memang membantu meringankan beban sang ayah. Jika pernikahan ini memang bisa, kenapa tidak?
***
Malam yang Riana takutkan pun akhirnya tiba. Rombongan keluarga calon mempelai pria yang hendak menikahinya pun datang. Hati Riana kembali teriris perih, ketika melihat seorang wanita dengan wajah pucat duduk di atas kursi roda. Sesekali wanita itu tersenyum dengan pria tampan yang ada di sebelahnya. *Mungkinkah itu adalah tuan muda yang hendak menikahiku? Dan itu* *adalah nyonya muda, istrinya*? tanya Riana dalam hati. *Jika benar itu adalah mereka, betapa jahatnya aku, Tuhan, tambah* gadis ayu ini.
Berkali-kali Riana terlihat menghela napas dalam–dalam, berusaha menetralkan perasannya. Berusaha mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ini adalah pilihan terbaik untuknya, untuk keluarganya dan untuk .... Ah Riana tidak yakin, jika kehadirannya di tengah-tengah Langit dan Yuta adalah keputusan terbaik. Riana yakin, jika saat ini istri dari pria itu pasti sakit hati karenanya.
Acara pertunangan pun dimulai. Semua yang ada di ruangan tersebut menjadi saksi bahwa mulai malam ini, Riana telah sah menjadi tunangan Langit. Selepas acara inti tersebut, Dayat mulai membahas dan mengatur bagaimana nantinya pernikahan ini berlangsung. Sedangkan pihak Riana hanya menurut. Karena mau bagaimanapun posisi mereka saat ini berada di bawa kendali pria itu. Riana sendiri pun tak diberi berhak meminta apa pun. Kecuali mahar. Riana boleh menuliskan mahar yang dia inginkan. Dengan tangan gemetar, Riana pun menuliskan nominal itu.
Dayat tersenyum setelah membaca tulisan tangan Riana. Tanpa berdebat pria ini pun menyetujui apa yang ditulis gadis tersebut. “Ini sudah cukup, Riana?” tanya Dayat.
“Insya Allah, Pak,” jawab Riana.
Dayat memberikan selembar kertas itu kepada orang kepercayaannya yang ikut menyaksikan lamaran ini. Pria itu pun langsung menyimpan kertas tersebut. Tak lupa untuk melengkapi syarat-syarat pernikahan, pria itu juga meminta biodata, KTP, akte, KK dan juga beberapa lembar foto Riana untuk mengurus pernikahan ini.
Tak ada pembahasan lagi, seluruh keluarga sudah sepakat dan menyetujui pernikahan ini. Termasuk kedua mempelai itu sendiri. Riana tidak menolak serumah dengan istri pertama, pun dengan Yuta. Dia pun tidak menolak Riana seatap dengannya.
“Tapi kamu harus pindah kamar, Langit. Biar Riana nggak canggung kalo mau ngurus kamu!” ucap Dayat memperingatkan. Langit dan Yuta saling menatap. Tentu saja mereka shock dengan peraturan baru ini. Namun, biaya pengobatan Yuta jauh lebih penting dari apa pun. Mereka tak punya pilihan lain selain menjawab ‘iya’.
Tak ada lagi yang harus di bahas karena semua sudah jelas. Semua sudah menyetujui pernikahan ini, termasuk Yuta sendiri. Di depan semua saksi, wanita itu juga menandatangani surat persetujuan yang menyatakan dirinya mengizinkan sang suami menikah lagi. Dengan alasan dia tidak bisa melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri.
Besok Riana dan Langit diharuskan untuk fitting baju yang akan mereka kenakan di acara akad nikah mereka. Tak ada resepsi karena Riana tidak menginginkannya. Ia tak ingin semakin menyakiti wanita yang duduk di kursi roda itu. Tadi, pas langit menyematkan cincin di jari manisnya, tak sengaja Riana melihat Yuta meneteskan air mata. Dan itu membuat hati Riana kembali tertampar. Karena pada kenyataannya, apa yang ia lakukan saat ini benar-benar nyata menyakiti hati wanita lain. Riana hanya bisa meminta maaf, beribu-ribu maaf untuk Yuta.
Sebagai penutup acara, Riana pun mempersilakan tamunya untuk makan. Di sela-sela acara makan tersebut, Yuta mendekati Riana. Mengajak gadis cantik itu untuk berbincang.
Yuta menatapnya dengan tatapan tidak menyukainya. Riana bisa merasakan aura permusuhan itu. Sebab Yuta tak tersenyum. Dia langsung mencengkeram kasar tangan Riana.
“Mbak, kenapa? Ada apa?” tanya Riana bingung.
“Nggak usah sok polos kamu, aku tahu apa tujuanmu menikahi suamiku. Asal kamu tahu ya, sampai kapan pun aku tak akan pernah mengikhlaskan suamiku untuk wanita murahan sepertimu. Bagiku, kamu dan pelacur yang ada di luaran sana, sama. Tak ada bedanya,” ucap Yuta ketus.
“Aku bukan wanita seperti itu, Mbak,” jawab Riana berusaha membela diri.
“Bukan wanita seperti itu? Kamu mau bohong sama siapa? Seorang wanita yang mau menikah demi uang, apa namanya kalo bukan pelacur. Dasar benalu!” umpat Yuta lagi. Riana tak sanggup menimpali ucapan Yuta, karena pada kenyataannya dia memang seperti itu.
“Ingat baik-baik wanita murahan, selama aku masih bernapas, tak akan kubiarkan mas Langit mendekatimu, apa lagi sampai jatuh cinta padamu. Akan aku buat hidupnya seperti di neraka. Ingat itu baik-baik!” ancam Yuta, kali ini Yuta tak ingin kalah dengan cintanya. Dia boleh kalah dengan keadaannya tetapi tidak untuk posisinya di hati Langit.
Sedangkan Riana hanya, diam membisu. Tak tahu harus berucap apa. Karena pada kenyatannya ia sendiri juga tak menginginkan ini, tetapi di salahkan atas kondisi ini.
Bersambung.....
Jangan lupa like komen n share ya🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Ma Em
Yuta kamu ga usah pikiran Riana pikirin aja kamu sendiri dan penyakitmu itu jgn ngancam ngancam orang segala ngurus diri sendiri saja ga bisa
2024-07-15
0
Rizma
uda sakit pun masi sombobg .....padahal dia tau yg suruh langit nikah kan mertua nya.....kasian istri kedua nya
2023-06-04
0
Hasrie Bakrie
Yuta sakit tpi mulutnya sangat pedes banget kyk bon cabe level 10 hehhee
2023-02-21
0