Bab 20

Senin pagi, Evan menyesap jus jeruk di depan kolam renang rumahnya dengan wajah bersinar, dia bahkan sukses membuat pembantu dan tukang kebunnya heran. Dengan celana boxer dan bertelanjang dada seusai berenang, pria itu cengengesan bak kesambet setan.

Bukan tanpa alasan Evan bahagia pagi itu, dia hanya sedang merasa bahwa Tuhan berpihak padanya. Semalam Rudi Tabuti menelepon bahwa Xena akan datang menemuinya hari ini, tentu saja Evan bisa menebak kalau Xena pasti ingin mengajukan gugatan cerai lagi.

“Tak semudah itu Xen, tidak semudah itu kamu lepas dariku, aku akan memberimu gelar nyonya Evan Dimitri sampai kamu mati!”

Evan kembali menipiskan bibir. Bagaimana tidak? siang harinya, Prawira mengajaknya bertemu kembali untuk membahas perihal dana CSR perusahaan tambang mereka, dan Evan dengan sengaja meminta Prawira mengundang Xena juga.

“Kamu ingin dana CSR? Kamu harus mau menjadi istriku.”

Evan terbahak-bahak, tingkahnya kembali membuat para pembantu rumahnya saling pandang. Mereka berpikir mungkinkah Evan menjadi gila karena kurang belaian seorang perempuan?

-

-

Xena berdandan dengan memoles sedikit riasan natural di wajah, jadwalnya padat hari itu. Dia ingin ke firma hukum Rudi Tabuti kemudian makan siang dengan Hana juga Prawira.

Menatap pantulan diri di depan cermin, Xena memulas senyum sambil memastikan penampilan. Sebentar lagi impiannya memiliki galeri dan mendirikan sekolah gratis akan terwujud, belum lagi karyanya mulai banyak disukai oleh para kolektor seni.

“Xen, semangat! Mulai besok hari-harimu akan berubah, kamu mungkin akan sedikit sibuk, tapi bukankah ini yang kamu inginkan?” Xena berbicara kepada dirinya sendiri, dia lirik pewarna bibir di meja rias, mengambil dan mengoleskan sedikit ke bibirnya untuk sedikit mempertebal warna.

“Ah … kamu memang cantik.”

Setelah mengagumi dan memberi semangat ke dirinya sendiri, Xena pun keluar kamar. Di teras, dia berpapasan dengan papanya yang sibuk memberi makan burung. Mendapati penampilan anaknya yang begitu cantik, Hari pun berucap-

“Kamu cantik sekali, tapi sayang kamu akan jadi janda.”

Seperti dibuat terbang melayang lalu dijatuhkan ke kandang ayam, Xena mencebikkan bibir. Papanya memang tahu kalau hari itu dia akan menemui Rudi, untuk membahas masalahnya dan Evan yang belum tuntas satu tahun lalu.

“Nggak apa-apa jadi janda, yang penting terhormat Pa. Aku lebih memilih menjadi janda tapi bahagia, dari pada punya suami suka mainan burung, burung aja dielus tapi istrinya jarang.”

Xena menyindir Hari. Sejak dia kecil, papanya itu memang gemar memelihara burung, bahkan burung Hari pernah dilepaskan oleh almarhum mama Xena karena terlalu kesal.

“Untung burung Papa nggak dimutilasi mama dulu,” ucap Xena sambil berjalan menuju mobil.

“Xen pergi dulu Pa,” pamitnya dengan senyum mencibir.

“Dasar anak gad…,”

Hari menjeda kalimat yang hampir dia ucapkan, pria itu hampir berkata ‘dasar anak gadis papa’ tapi keburu sadar kalau putrinya pasti sudah tidak lagi gadis karena diperawani anak Dimitri.

“Dasar anak … “ Hari bingung, dia memutar bola mata kemudian bertanya pada burungnya. “Anak apa donk? masa anak mantan gadis papa? Ah … tau lah,” ucapnya frustasi.

***

Beberapa menit kemudian, Xena sampai di firma hukum Rudi Tabuti, dia disambut oleh asisten pria itu dengan ramah. Xena masih bisa tersenyum lebar, sampai dia masuk ke ruangan Rudi dan melihat sesosok mahkluk, yang paling dia benci sudah duduk di sofa dengan menyilangkan kaki.

Evan sok cuek saat Rudi menyambu Xena, pria itu bahkan hanya berdehem kemudian menegakkan badan.

“Maaf, saya tidak tahu kalau anda sedang ada tamu, saya pulang saja dan kembali nanti,” ujar Xena ke Rudi, dia hampir berpaling saat pengacara itu mencegah.

“Ibu Xena, jangan pergi dulu. Pak Evan kemari untuk menjelaskan sesuatu ke Ibu.” Rudi memersilahkan Xena duduk, dan malah keluar ruangan dengan dalih akan meminta asistennya menyiapkan teh.

Entah kenapa Xena merasa tidak bisa membantah, dia melakukan permintaan Rudi dan duduk tepat di seberang Evan, dia berniat untuk tidak menatap suaminya, tapi tidak bisa. Sementara itu, Evan sengaja mengambil tisu di meja, menyobeknya menjadi dua bagian, mengepal lalu melemparkannya ke Xena.

“Apaan sih Ev?”

Xena akhirnya memalingkan muka, memungut beberapa bulatan tisu yang nyangkut di baju dan melemparkannya balik ke arah pria itu.

“Kamu nyampah tahu nggak?” ketusnya.

“Kenapa kamu seolah tidak sudi menatapku, apa kamu sangat membenciku? Atau kamu takut jatuh cinta padaku? Ah … tidak mungkin, kamu kan memang sudah mencintaiku,” ledek Evan.

-

-

Scrol kebawah

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

bisa jadi...

2024-01-03

0

MJ

MJ

Stress sendiri. hHahhahah

2022-12-17

0

Rara_Octa

Rara_Octa

oww,,owwww,,owww jgn salah Om,,zaman skrg Janda sllu Di Depan,,bukan cuma Motor az 😬🤭✌️✌️✌️

2022-07-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!