Bab 4

Xena duduk di atas toilet sambil menduduki kompres dingin yang dibawakan pembantunya tadi. Matanya tajam menatap pintu kamar mandi kamarnya. Meskipun dengan menahan rasa sakit, dia memilih kembali ke kamarnya sendiri. Xena tetap menolak permintaan Evan untuk menganggapnya suami. Bagi Xena, Evan hanyalah suami palsu. Titik! tidak ada koma. Hubungan mereka sudah berakhir, dia ingin benar-benar terbebas dari pria itu selamanya, tidak akan pernah dia memberikan waktu empat puluh hari yang diminta pria kejam yang memaksa istrinya melayani di atas meja kerja itu.

“Punggungku,” gumam Xena, ia menunduk dan meremas pahanya. “Evan benar-benar gila, apa yang ada di dalam pikirannya tadi?”

...~...

Malam harinya, Xena benar-benar tidak mau beranjak dari kamar. Wanita itu terus mengurung diri memikirkan nasipnya setelah bercerai dari Evan. Ia bahkan membuka ponselnya dan mencari beberapa artikel dengan kata kunci ‘bisakah hamil hanya dengan sekali berhubungan’. Xena takut, meskipun dia pernah menyukai Evan, tapi perasaannya sudah mati sejak pria itu menolaknya. Pria yang tidak pernah mengatakan menyukai atau mencintainya tapi dengan seenaknya merenggut kesuciannya.

Xena mendengkus kasar, rasa sakit di tubuhnya mengingatkannya pada peristiwa siang tadi. Sejujurnya ada perasaan aneh di dalam dirinya, entahlah dia juga baru melakukan hal itu dengan suaminya. Bukan malam pertama tapi siang bolong pertama, sungguh tidak ada dalam pikiran Xena hal itu terjadi di dalam hidupnya.

“Xen, apa kamu tidak ingin makan?”

Suara pria yang begitu dikenalnya membuat Xena menolehkan sedikit kepala, “Lagi pula untuk apa dia memintaku menjadi suaminya, apa dia punya penyakit kronis dan akan mati empat puluh hari lagi?” gerutu Xena yang malah memilih memejamkan mata dan mengabaikan suaminya.

Evan yang tidak mendapat jawaban dari sang istri pun memilih untuk pergi, hatinya dirundung penyesalan, dia bahkan tidak tahu pasti kapan mulai mencintai Xena. Mungkin saat dia melihat rambut panjang gadis itu tertiup angin saat liburan bersama, bisa jadi saat tangan Xena lincah menari di atas kanvas melukis bunga matahari yang begitu menyejukkan matanya, atau mungkin saat dia sadar bahwa hidupnya tidak akan lama lagi.

Pria itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang kerjanya, ia duduk dan tangannya mulai membuka laci meja. Dikeluarkannya amplop berlogo rumah sakit berwarna putih dari sana.

Evan pun membuka dan melihat kembali hasil pemeriksaan kesehatannya yang menyatakan bahwa ditemukan sel kanker di dalam tubuhnya.

“Jika seperti ini apa kemoterapi akan membantu?”

“Bisa, tapi anda harus menanggung efek dari kemo.”

“Apa itu?”

“Setiap orang berbeda, seperti melemahnya organ vital di dalam tubuh anda, keropos gigi dan mungkin bisa mengakibatkan anda terlihat lebih tua dari umur anda.”

“Kemungkinan terburuknya apa aku akan-?”

Evan meremas kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah, lantas menunduk dan menangkup kepalanya dengan kedua tangan.

...~...

Pagi itu Xena mau keluar kamar dan turun untuk sarapan, meski masih tidak sudi memandang wajah Evan, pertanyaan demi pertanyaan dari suaminya pun dia abaikan. Xena hanya menjawab dengan ‘hem’ , ‘ya’ atau ‘tidak’.

“Apa kamu hari ini tidak pergi ke galeri?”

“Hem”.

“Apa kamu ingin jalan-jalan?”

“Tidak.”

Xena memutar bola matanya malas dan meminta Evan untuk berhenti bertanya padanya. “Kenapa kamu berubah baik padaku? apa kamu punya penyakit dan sebentar lagi mati?” tanyanya asal.

Pertanyaan Xena cukup menampar Evan. Dia tidak menyangka bahwa Xena yang awalnya baik dan manis padanya berubah ketus seperti itu. Xena bahkan meninggalkan Evan begitu saja di ruang makan dan memilih pergi ke taman belakang rumahnya.

Sementara itu, di ruang kerja rumahnya Dimitri-papa Evan nampak meminum teh dan berbincang dengan temannya yang merupakan pemilik salah satu rumah sakit ternama.

“Terima kasih atas bantuanmu, aku yakin anak nakal itu pasti takut dan mengira dia akan mati sebentar lagi.”

Dimitri tertawa terbahak-bahak, ia bahkan meminta temannya itu untuk membantunya jika sampai Evan pergi ke rumah sakit lain untuk memeriksakan kondisinya.

"Anak itu teliti dalam bisnis, tapi tiba-tiba bodoh saat sedang ketakutan," cibir Dimitri.

Terpopuler

Comments

dikala senja

dikala senja

kasihan di kerjain ama papanya jngn sombong makanya

2024-06-03

0

Moza9i

Moza9i

oalahhh.. diprank bapaknya toh 🤣

2024-01-04

0

Sweet Girl

Sweet Girl

O'ooo ternyata eh ternyata... ada campur tangan Pak Dimitri...

2024-01-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!