Bab 18

Evan bergulang-guling di ranjangnya gelisah, menutupi mukanya dengan selimut kemudian membukanya. Dia tengkurap, memakai bantal untuk menindih kepala, karena frustasi Evan pun bangun. Ia duduk sambil terus membayangkan wajah Xena, bagaimana bisa istrinya itu terlihat lebih cantik setelah kembali dari Inggris.

“Aku harus membuat Xena jatuh ke pelukanku bagaimana pun caranya,” gumam Evan, dia memikirkan sebuah cara yang sedikit licik, tapi sebelum itu ada satu hal yang harus dia lakukan, mencegah Xena menemui Rudi Tabuti. Jika sampai gadis itu meminta bercerai lagi, menolak menandatangani sampai merobek kertas pun tidak akan ada gunanya.

Sementara itu, Xena masih terjaga. Hari pertama kembali ke Indonesia benar-benar terasa aneh untuknya, bukan hanya bisa bertemu Hana dan Prawira, dia juga bertemu dengan pria yang masih saja membuat dadanya berdebar-debar tak karuan.

Xena mengusap kedua lengannya karena udara terasa sangat dingin, hingga saat berbalik dia kaget setengah mati karena sang papa sudah berdiri di hadapannya.

“Sejak kapan papa di situ,” gerutu Xena, “Papa tidak tidur?”

“Kenapa kamu malam-malam berdiri di balkon dengan piyama putih dan rambut tergerai seperti itu? tetangga kita belum tahu kalau kamu pulang, bisa-bisa kamu dikira kuntilanak mencari mangsa.”

Xena mencebikkan bibir mendengar cibiran dari papanya, dia yang hampir masuk ke dalam pun urung karena Hari malah keluar menuju balkon.

“Pa, bukankah dingin? Kita duduk di dalam saja bagaimana? sambil minum teh,” bujuk Xena.

Hari pun membalikkan badan, berdehem dan berjalan tergesa, saat melewati putrinya dia pun berucap. “Ya, Papa juga mau bilang kayak gitu tadi.” Hari berdehem lagi, berbohong bahwa dia memikirkan hal yang sama dengan Xena.

Jam sudah menunjukkan jam dua belas malam, tapi Xena dan Hari masih duduk berbincang di ruang makan, dua cangkir teh menemani perbincangan mereka, bahkan kepulan asap panasnya Xena gunakan untuk menghangatkan tangan.

Xena kaget mendengar cerita Hari. Selama satu tahun ini sang papa tidak pernah bercerita bahwa Evan dan Dimitri sering berkunjung, meskipun dari ceritanya terkadang Hari tidak mau menemui karena kesal. Namun, Evan dan Dimitri tetap datang, terutama Evan yang hampir setiap minggu datang ke rumah, dari mulai membawakan makanan sampai hanya sekadar menanyakan kabar.

“Anak itu selalu berteriak-teriak kalau dia masih suamimu dan menantu Papa saat Papa usir, ” ucap Hari.

Xena pun menunduk dan tersenyum tipis, dia berpikir bahwa selama di pergi, Evan seperti menjaga papanya secara diam-diam.

“Apa dia menikah lagi?” tanya Xena ragu-ragu, takut jika perasaannya diketahui oleh Hari.

“Demitri bilang, perempuan itu hanya berpura-pura hamil. Evan bahkan tidak berhubungan dengannya lagi, tapi entah lah. Itu ‘kan hanya ucapan si Demit, kalau ternyata anaknya menikah di bawah tangan dengan perempuan itu, mana kita tahu?”

Xena sedikit kecewa dengan dugaan sang Papa, meski begitu dia merasa kemungkinan menikah di bawah tangan itu ada benarnya juga.

“Xen, apa kamu masih mencintai Evan?”

“Hah … apa?” Xena tergagap, ia bahkan meletakkan cangkir teh ke meja dengan gemetaran hingga sedikit tumpah ke meja. “Papa ngomong apa sih?” elaknya.

...~~~~...

Pagi harinya bak ninja katori Evan sudah menunggu di depan rumah Hari, dia memantau situasi dari dalam mobil. Pria itu bertekad akan mengikuti ke mana pun Xena pergi. Evan berpikir akan lebih baik kalau wanita yang masih sah menjadi istrinya itu menemui Rudi Tabuti yang satu tahun lalu dia berikan sebuah Lamborghini. Jika si Rudi berani mengurus perceraiannya lagi, Evan berniat memakai mobil itu sebagai senjata api. Dor!

Sibuk memakan sandwich dan meminum secangkir kopi yang dia beli dari restoran cepat saja, membuat Evan hampir saja melupakan misinya. Ia langsung meletakkan sarapannya saat melihat Xena masuk ke dalam mobil.

“Bukankah ini terlalu pagi untuk Xen menemui Rudi Tabuti?” gumam Evan. Pagi itu dia sengaja memakai mobil baru yang tak mungkin akan Xena sadari bahwa dia sedang membuntuti.

Bagaikan mata-mata profesional, Evan mulai melancarkan aksi. Menaikkan resleting jaket, hingga memakai kacamata hitam dan topi. Padahal kaca mobil miliknya sangat gelap, bahkan mobil itu anuable untuk melakukan perbuatan oh yes oh no.

Beberapa menit setelah membuntuti Xena, Evan pun melepas kacamata hitam yang dia kenakan. Ia mencoba memastikan pemandangan yang terpampang nyata di hadapannya. Raut wajahnya berubah benci saat melihat Xena ternyata menemui Devgan di sebuah taman. Gadis itu bahkan mengeluarkan sebuah tas kertas dan memberikannya ke sang sepupu yang masih menumpang di rumah papanya.

“Apa dia memberi Devgan oleh-oleh? Dia memberi oleh-oleh ke pria lain dan tak memberi aku apa pun,” gerutu Evan dengan muka masam.

_

_

_

_

_

Komen dan Like

bagi hadiah biar aku bisa beli kinderjo di Bodamart🔊🔊🔊🔊

🤣🤣🤣

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

Deritamu Van...
kayak suami tiri... emang ada ya...???🤔

2024-01-03

0

Sweet Girl

Sweet Girl

Eddyan... Pak Rudi di sogok Lambor....

2024-01-03

0

Sweet Girl

Sweet Girl

Tinja Kotor iiii

2024-01-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!