Bab 14

“Selamat pagi Pak Hari, Hari ini indah ya.”

Hari melengos, dia menggerutu di dalam hati. Ini bukan kali pertama seseorang datang ke rumahnya pagi-pagi. Ia yakin, pria itu pasti akan mengaku sebagai pengacara Xena.

"Dipikir aku bodoh?" gumam Hari.

Ya, Hari memang tidak bodoh. Ia selalu mengambil foto orang yang datang dan mengaku-ngaku pengacara Xena, kemudian mengirim foto itu ke sang putri. Xena yang yakin bahwa orang-orang itu pasti suruhan Evan pun berpesan kepadanya agar mengusir dan tak perlu memerdulikan lagi.

“Apa? mau apa? kamu pasti Rudi Tabuti ‘kan?” ketus Hari tanpa memersilahkan pria yang benar-benar Rudi Tabuti asli itu untuk duduk.

“Dari mana ada tahu? apa Ibu Xena memberitahu anda?”

Tanpa dipersilahkan Rudi duduk dan meletakkan tasnya di atas meja. Berbeda dari orang-orang yang datang sebelumnya, kali ini dia membawa kertas yang terlihat seperti sebuah berkas.

“Pak Evan merobek surat cerai yang sudah ditandatangani ibu Xena, jadi saya datang untuk meminta tanda tangan lagi,” ucap Rudi sambil menyodorkan kertas ke Hari. “Tolong beritahu saya nomor telepon ibu Xena agar saya bisa menghubungi dan menjelaskannya secara langsung.

Bukannya membacanya dulu, Hari memilih langsung mengembalikan kertas itu dengan cara mendorongnya ke arah Rudi. “Kamu pikir aku bodoh? Aku tidak akan percaya begitu saja. Kamu pasti orang suruhan anaknya si Demitri.”

“Bukan, saya memang pengacara Ibu Xena, anda bisa menghubunginya dan menanyakan hal itu pada Ibu Xena langsung.”

Namun, seberapa keras Rudi mencoba menjelaskan, Hari masih tidak percaya. Ini karena ulah Evan, Dimitri dan Devgan. Pria-pria itu tanpa berkoordinasi satu sama lain dengan sengaja mengirim orang untuk mengaku-ngaku sebagai pengacara Xena, agar bisa mendapat informasi perihal keberadaan gadis itu.

...~~~~...

“Saya diusir. Mertua anda bilang sebelum saya, sudah ada dua orang yang mengaku sebagai pengacara istri anda,” ucap orang suruhan Evan.

“Ah … pasti, Rudi Tabuti sudah datang duluan.” Evan menggigit bibir bawah kemudian memijat keningnya. Dia terdiam cukup lama sampai orang suruhannya itu memberikan sebuah ide.

“Kalau boleh tahu, di mana istri anda dulu berkuliah?”

Evan kaget dan langsung mendongakkan kepala. “Kenapa kamu menanyakan hal itu?”

“Mungkin saja ibu Xena mendapatkan beasiswa ke luar negeri, atau mungkin dia malah masih berada di dalam negeri. Kalau tidak, anda mungkin bisa pergi ke galeri di mana istri anda bekerja, mungkin anda akan mendapat petunjuk di sana.”

Evan seketika tersenyum lebar, tanpa menunggu lama dia bergegas berlari ke luar ruangan. Pria itu memacu kendaraannya menuju galeri, mencoba menemui teman Xena yang merupakan Kurator di galeri itu.

...~~~~...

Wanita berumur lima puluh tahunan teman Xena itu bernama Emma. Evan yang selama ini kurang memerhatikan Xena, tidak tahu bahwa Emma sudah dianggap Xena seperti ibunya sendiri. Di ruangan wanita itu, mata Evan dibuat membeliak lebar dengan banyaknya pajangan antik dan lukisan.

Emma yang sedang menyeduh teh pun terlihat tersenyum dengan sudut bibirnya melihat raut kekaguman di wajah Evan.

“Aku tahu bagaimana hubunganmu dengan Xena," ucap Emma.

“Ya.”

Evan kaget, matanya mengekori langkah Emma yang sedang membawa dua cangkir teh di tangan. “Tidak usah repot-repot,” ucap Evan yang nampak sungkan.

Emma hanya menggeleng kemudian meletakkan cangkir di atas meja. Dengan elegan wanita itu menyesap miliknya. “Xen, sedang mengejar impiannya.”

“Maksud anda?” Evan mengernyit heran.

“Dia hanya pergi selama satu tahun.”

“Apa anda bisa mengatakan pada saya, ke mana Xena pergi. Ada yang perlu saya jelaskan kepadanya.” Evan memasang muka memelas, dia berharap Emma bisa memberitahu keberadaan sang istri.

“Jika kamu menemuinya sekarang, kamu hanya akan membuatnya sedih. Jika dia sedih, dia bisa gagal dan tidak akan bisa meraih impiannya. Sebaiknya tunggu sampai dia kembali. Aku memberitahumu hal itu tanpa berniat mengatakan di mana tepatnya keberadaan Xena.”

“Dia meminta bercerai dariku,” lirih Evan. ”Aku tidak bisa berpisah dengannya seperti ini, ada kesalahpahaman yang harus diluruskan, aku tidak pernah menghamili wanita manapun.”

“Seberapa besar niatnya untuk bercerai, jika kamu tidak ingin bercerai, kamu masih bisa menahannya sampai dia kembali,” ujar Emma.

Evan seperti mendapat dukungan, dia menatap Emma dengan sorot mata penuh harap. “Maksud Anda?”

“Kamu tidak perlu menandatangani surat cerai darinya, gampang ‘kan?” Emma tersenyum bahkan menatap Evan dengan sudut matanya seolah mendukung pria itu.

"Xena sangat mencintaimu."

Evan pun mengangguk dan tersenyum, Kini dia hanya perlu menemui Rudi Tabuti, berharap pengacara itu mudah dipengaruhi dan mau berpihak padanya untuk tidak lagi mencari keberadaan Xena, kalau perlu dia akan menawarkan imbalan, agar Rudi membiarkan saja urusan perceraian itu sampai Xena kembali ke Indonesia.

_

_

_

_

Like

Komen

Bagi Hadiah 🥰🥰

Terpopuler

Comments

Najwa_auliarahma

Najwa_auliarahma

kira" kecebong Evan disana tumbuh gak ya, atau malah nanti Xena pulang" udah bawa baby.

2022-09-25

0

bint4ng

bint4ng

emma sang malaikat...

2022-09-13

0

dewi

dewi

😂😂dapat imbalan 2x ni tabuti

2022-07-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!