Bab 11

Evan membujuk Xena untuk percaya padanya. Namun, Xena yang sudah terbakar amarah dan cemburu tentu saja enggan mendengarkan penjelasan Evan.

Xena pergi ke rumah Dimitri, masih dengan wajah sembab karena baru saja selesai menangis.

"Evan membohongiku, Pa." Xena langsung mengadu ketika bertemu sang mertua.

Dimitri begitu terkejut, belum tahu arah pembicaraan Xena. "Bohong bagaimana?" tanya Dimitri mencoba memperjelas.

"Dia tidak sakit, tidak terkena kanker. Dia bohong padaku, temanku sudah mengecek kondisinya dan dia baik-baik saja," jawab Xena penuh emosi, bahkan linangan air mata kembali mengalir dari kelopak mata.

Dimitri terkejut dengan cerita Xena. Bagaimana bisa dia kecolongan akan masalah itu. Ia menelan saliva susah payah, merasa bersalah karena Xena sepertinya malah akan semakin membenci Evan.

"Aku akan meminta cerai, Pa. Aku tidak mau lagi disakiti! Aku tidak sanggup juga, mengetahui kalau dia ternyata menghamili wanita lain," tandas Xena yang kemudian memilih pergi meninggalkan sang mertua

Dimitri ingin menjelaskan kalau soal penyakit hanyalah akal-akalannya agar Evan sadar, tapi sayang Xena yang sudah dibakar amarah tak mendengar panggilannya.

Xena keluar dari rumah Dimitri, hingga bertemu dengan Devgan di depan pintu. Pria itu menatap dan melihat kalau pipinya basah.

"Xen, ada apa?"

Xena ingin menangis lagi ketika mendengar Devgan bertanya, membuat pria itu akhirnya mengajaknya bicara berdua.

Mereka duduk di taman samping rumah Dimitri, dia menceritakan semuanya tentang kebohongan Evan, bahkan soal Jihan yang ternyata hamil anak suaminya.

"Aku tidak menyangka Evan akan membohongiku, yang lebih menyakitkan dia ternyata menghamili wanita lain."

"Kenapa kamu tidak bercerai saja? Bukankah pria seperti Evan itu termasuk pria tak tahu diuntung! Sudah memilikimu tapi masih berhubungan dengan wanita lain, dan sekarang apa? Dia malah menghamili wanita itu. Jangan-jangan Evan memang sengaja bohong tentang penyakit itu, hanya untuk bisa membuatmu menerimanya," imbuh Devgan.

Bak api yang sedang berkobar, Devgan malah menyiramkan minyak ke dalamnya, membuat Xena semakin marah dan membenci Evan.

-

-

Xena langsung pulang setelah berbincang dengan Devgan. Ia masih belum bisa meredam amarahnya, sekarang malah semakin berkobar besar dan siap melahap apa pun yang dilewatinya.

"Xena, kamu dari mana saja? Aku sangat mencemaskanmu," ujar Evan ketika melihat sang istri pulang.

"Untuk apa mencemaskanku, hah? Cemaskan saja wanita yang mengandung anakmu," sembur Xena.

"Demi Tuhan, Xen. Aku benar-benar tidak tahu," ucap Evan mencoba menjelaskan yang kesekian kali.

"Hah, tapi sekarang kamu tahu, 'kan!" Xena menatap tajam Evan. "Aku mau kita bercerai!" tandas Xena.

Xena hendak berjalan melewati Evan, tapi tangannya langsung ditahan oleh pria itu.

"Aku tidak mau menceraikanmu!" tolak Evan. "Aku sudah tidak mencintai Jihan. Bahkan aku saja tidak ingat kapan pernah melakukan itu dengan dia," imbuhnya.

Xena terkesiap dengan mulut menganga, bagaimana bisa Evan sampai lupa kapan melakukan itu dengan Jihan. Ia semakin murka dan langsung menepis kasar tangan Evan.

"Kamu pasti sudah sering melakukannya, 'kan! Makanya sampai lupa!" tuduh Xena dengan mata berapi-api. "Pokoknya aku mau cerai!"

Xena berjalan cepat ke kamarnya. Ia langsung mengambil koper dan mengemasi barang-barang miliknya.

Evan yang panik pun menyusul, mencoba mencegah Xena mengemas barang-barang.

"Aku mohon, Xen. Percaya padaku," pinta Evan ketika melihat Xena mondar-mandir mengemasi baju dan perlengkapan pribadinya.

Xena tak menggubris ucapan Evan. Ia terus mengemas dan langsung menutup koper setelah selesai.

"Hubungan kita berakhir, Ev. Aku akan sesegera mungkin mengajukan gugatan cerai."

Xena langsung pergi saja dari sana, meninggalkan Evan dan memilih datang ke rumah sang papa. Mendapati putrinya begitu kacau, Hari pun dibuat bingung. Xena yang kalut menceritakan apa yang terjadi hingga membuat Hari murka.

"Dasar anak Demit, berani-beraninya menyakiti perasaan putriku!" Hari mengumpat sambil memeluk Xena, mencoba menenangkan gadis itu.

***

Setelah puas menangis, malam harinya Xena nampak duduk di tepian ranjang sambil menatap ponselnya. Rentetan pesan dan panggilan dari Evan yang menanyakan keberadaannya sama sekali tidak Xena hiraukan. Gadis itu lebih memilih membuka E-mail, matanya terlihat bergerak untuk menyapu sebuah tulisan di sana. Dua hari yang lalu dia mendapat balasan surat elektronik dari sebuah sekolah seni ternama di Inggris, yang berisi bahwa dia terpilih untuk mengikuti kelas lukis selama satu tahun.

Xena sudah memutuskan, karirnya lebih penting dari sekedar cinta semunya ke Evan. Pria itu benar-benar tidak bisa dia harapkan, dan sejatinya Xena juga tidak boleh menggantungkan hidup pada Evan.

Karena dia harus terbang ke Inggris secepatnya, Xena pun memilih untuk mengurus semua berkas-berkas yang dibutuhkan untuk perceraian. Hingga memakai seorang pengacara yang dikenalkan oleh temannya. Xena memercayakan urusan percerainnya kepada pengacara itu.

Xena benar-benar menjauh dari Evan maupun Devgan, Ia bahkan tidak berpamitan pada sang mertua. Gadis itu berpesan pada Hari agar tidak memberitahu ke mana dia pergi, dan juga melarang papanya untuk memberitahukan nomor ponselnya yang baru ke orang-orang.

“Berbahagialah dengan wanita itu dan anakmu Ev.” Xena menatap keluar jendela pesawat yang akan membawanya pergi dari Indonesia.

Sementara itu Evan berlari dengan kencang setelah turun dari dalam mobil. Dia datang ke rumah Hari untuk menanyakan keberadaan Xena. Evan pikir istrinya hanya ingin menenangkan diri sejenak. Namun, ternyata seorang pengacara datang dan malah menyodorkan surat cerai kepadanya atas nama Xena.

“Xena pergi, tidak usah mencarinya lagi,” ketus Hari.

"Tidak Pa, aku harus bicara padanya. Tolong katakan! ke mana Xena, di mana putri Papa?" dengan raut muka memelas, Evan memohon pada Hari.

_

_

_

_

Satu jam kemudian

Evan berdiri dengan sorot muka kesal, dia bahkan membanting jasnya ke tanah dengan kasar. Mertuanya tadi berkata bahwa Xena berada di peternakan, sehingga dengan tergesa-gesa dia datang ke sana. Namun, saat bertemu pekerja peternakan dan menanyakan keberadaan Xena, pekerja itu malah menunjukkan seekor sapi betina kepadanya.

"Xena, istriku. Dia manusia bukan sapi," geram Evan.

"Tapi, jika anda datang ke sini mencari Xena, ini lah Sena Pak," jawab pekerja itu dengan raut muka serius.

Sejatinya Evan mencari 'Xena' bukan 'Sena'. Pria itu mengguyar rambutnya kasar, merasa dikerjai oleh mertuanya. Evan berharap sebuah keajaiban datang dan menyelamatkan hubungannya dengan Xena.

...🌸🌸🌸🌸...

Komen

like

vote

bagi hadiah yang banyak

Reader julid nyasar : Itu nanti Xena pasti jadi hamidunwati , terus dia balik bawa anaknya. Basi ceritanya. (Nyinyir)

Reader baik nyasar : lanjut thor, semangat (singkat padat jelas)

Reader senior/Mahahiya yang ga lulus-lulus kuliahnya karena menolak lulus : (ketik panjang lebar sampai ga muat kolom komentar)

Reader cidaha : (Komennya cuma dalam hati, hanya penulis yang punya ilmu kebatinan aja yang bisa baca) 🤣

Piss cuma becanda ✌

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

Mending dinginkan Kepala dan Hati dulu deh Van...
biar bisa introspeksi diri.

2024-01-03

0

Vlink Bataragunadi 👑

Vlink Bataragunadi 👑

akuuuuuu wkwkwwk

2023-06-22

0

3ncoes'

3ncoes'

komen ah 😂😂

2023-06-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!