Begitu sampai di rumah, Xena langsung memarkirkan mobil serampangan. Ia keluar dan langsung berlari mencari keberadaan Evan.
"Di mana tuan?" tanya Xena ke salah satu pembantunya. Ia tak bisa menyembunyikan raut kecemasan yang terukir jelas di wajahnya.
"Tu-tuan di kamar," jawab pembantu rumah Xena sedikit tergagap, karena merasa heran Xena tampak panik.
Tanpa pikir panjang, Xena langsung berlari menaiki anak tangga menuju kamar Evan. Dengan napas terengah, ia mendapati suaminya itu di kamar.
Evan terkejut ketika melihat Xena dengan wajah panik, bahkan terlihat jelas istrinya itu seperti habis lari maraton.
"Ap-apa, ap-apa kamu benar-benar sudah putus dengan Jihan?" tanya Xena memastikan, suaranya sedikit terbata karena mencoba mengatur napas.
"Ya," jawab Evan tak bersemangat, bahkan menundukkan kepala tak berani menatap Xena.
"Ada apa? Kenapa?" tanya Xena yang pura-pura tak tahu, ingin memastikan sendiri jika yang dikatakan oleh Dimitri adalah benar adanya.
Mendengar Xena bertanya, membuat Evan tiba-tiba menjatuhkan buliran kristal bening. Ia menangis seperti anak kecil, membuat Xena terkesiap dibuatnya.
"Hidupku sudah tak lama lagi, Xen. Aku mengidap kanker, karena itu aku ingin agar sisa hidupku tidak sia-sia." Evan menangis, sampai kedua pundaknya bergetar.
Xena mengepalkan kedua telapak tangan di samping tubuh. Merasa kesal, takut, dan marah karena sikap Evan.
"Jadi, apa karena itu kamu memerkosaku, hah?" Xena yang geram lantas membentak Evan. "Apa agar aku hamil?agar kamu punya keturunan, begitu!"
Evan terkesiap mendengar Xena marah, ditatapnya mata Xena yang berkaca-kaca, dia melihat sebuah kecemasan dalam pancaran mata istrinya itu.
"Bukan," sangkal Evan atas tuduhan memerkosa karena ingin punya keturunan. "Sebenarnya aku cemburu, aku cemburu kamu dekat dengan Devgan," akunya begitu lantang.
Xena kini yang terkejut, hingga bergeming menatap Evan dengan penuh tanda tanya di kepala.
"Entah sejak kapan, tapi aku mulai menyukaimu, saat melihatmu bersama Devgan, hatiku terasa terbakar," ujar Evan mencoba jujur. "Apa kamu percaya? Xen, apa kamu masih mencintaiku?" tanyanya kemudian.
Xena semakin mempererat kepalan tangan, hingga kedua pundak bergetar dan ikut menangis.
"Aku mencintaimu sejak dulu, bodoh!" umpat Xena yang kesal karena Evan malah menanyakan hal itu.
Evan yang melihat Xena menangis, langsung memeluk istrinya itu. Mendekap erat seakan enggan untuk melepaskan. Keduanya pun sama-sama menangis, layaknya anak kecil yang baru saja berbaikan setelah bertengkar.
Evan menangkup wajah Xena, mengusap buliran kristal yang luruh di wajah cantik wanita itu dengan jemari. "Xen, maafkan aku. Aku terlambat menyadari bahwa aku mencintaimu," ucapnya.
Mereka saling memandang wajah satu sama lain, hingga entah siapa yang memulai, bibir mereka sudah saling bersentuhan, Xena bahkan tak menolak saat Evan melumaat bibirnya.
Keduanya saling berciuman dengan posisi berdiri, Xena memejamkan mata, memilih mengalungkan kedua lengan di leher Evan. Evan sendiri merengkuh pinggang Xena begitu erat, takut jika wanita itu pergi lagi.
Hingga naluri menuntun langkah mereka, keduanya berjalan ke arah ranjang, sampai jatuh dengan posisi Xena di atas tubuh Evan. Bibir mereka masih saling bertautan, bahkan kegiatan mereka semakin memanas dengan liarnya ciuman yang dilakukan.
"Xen, bolehkah aku memilikimu? lagi," tanya Evan dengan suara penuh kelembutan, menginginkan keikhlasan dari gadis yang membuatnya jatuh cinta.
Xena mengangguk malu, semburat merah terlihat di pipinya.
Evan tersenyum, kemudian membalik posisi hingga Xena berada di bawahnya. Ia mengukung tubuh Xena dan kembali menyesap bibir ranum gadis itu. Tangan Evan mulai melepas kancing kemeja Xena satu persatu, sedangkan Xena menaikkan ujung kaos Evan, agar lolos dari tubuh pria itu.
Kini keduanya sudah tak berpenutup sehelai benang pun. Evan masih terus menyapu bibir Xena, hingga kemudian beralih mengecup dagu hingga leher, meninggalkan jejak merah keunguan di kulit mulus gadis itu.
Xena memejamkan mata ketika merasakan gelenyer aneh yang merayap di tubuhnya, akibat sentuhan Evan. Ini jelas beda dengan kejadian tempo hari, di mana Evan sangat kasar dan tak memedulikan kesakitannya. Kini Xena bisa merasakan kelembutan dari seorang Evan Dimitri dan secara sukarela melebarkan kedua pahanya, bersiap untuk menerima sang suami.
Evan sudah berada di antara paha Xena, menyentuh tempat yang sempat dibobol paksa olehnya kemarin. Kini rasanya benar-benar berbeda karena Xena tak melakukan perlawanan. Ia pun menuntun Titanic miliknya hingga masuk dan menenggelamkan keseluruhannya di dalam samudra Atlantik milik Xena. Ya, tenggelam dan terbenam.
Xena memejamkan mata, meremas apa pun yang bisa diraih oleh tangannya, ketika milik Evan memasuki miliknya, rasanya sesak dan aneh. Evan mulai melakukan dorongan, menumbuk dengan perlahan hingga suara ******* halus lolos dari bibir Xena. Suara Xena bagai senandung yang membuat libido Evan semakin naik dan membumbung tinggi, menuntun naluri untuk melalukan lebih, menghentak lebih dalam hingga Xena merintih kenikmatan.
Mereka hanyut dalam peleburan yang bergelora, napas mereka memburu saling bersahutan dengan dada naik turun tak karuan. Terlena akan kegiatan yang sangat didamba semua insan yang sudah terikat dalam janji suci pernikahan.
Evan seolah menjanjikan nirwana yang begitu indah untuk Xena, gadis itu melentingkan pinggang, hingga sebuah kenikmatan yang dia rasakan membuatnya mencengkeram erat punggung Evan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Sweet Girl
Fanas....
2024-01-03
0
Najwa_auliarahma
waduuhh Titanic...
jangan2 hubungan mereka nanti bakalan berakhir tragis lagi kaya kapal Titanic 🤔
2022-09-25
0
bint4ng
waduh
2022-09-13
0