Bab 15

“Saya tidak tahu di mana ibu Xena.”

Baru saja sebelah kaki Evan melangkah masuk ke dalam ruangan Rudi, pengacara itu sudah berusaha menebak maksud kedatangannya ke sana. Evan hanya tersenyum manis menanggapi ucapan Rudi, dan malah membuat pria itu seketika merinding.

“Aku ke sini bukan untuk menanyakan keberadaan Xen.” Evan menarik sisi jasnya sambil berjalan menghampiri Rudi, seolah merapikan penampilan.

“Aku hanya ingin memberikanmu ini.” Evan mengeluarkan sebuah kotak dan menyodorkannya ke Rudi.

“A-a-apa ini?” tanya pengacara itu terbata.

“Racun,” jawab Evan kemudian terbahak. “Bukan lah! coba saja dibuka.”

Tangan Rudi nampak gemetaran meraih kotak itu, hingga matanya melebar melihat kunci mobil di dalamnya.

“Berhenti mencari Xena, biarkan saja status pernikahan kami seperti ini sampai dia kembali ke Indonesia. Saat dia kembali, aku akan mengurusnya sendiri.” Setelah menyelesaikan kalimatnya, tanpa pamit Evan berbalik dan melenggang pergi dari sana. “Tidak usah berterima kasih, hanya lakukan saja seperti yang aku minta,” ucapnya setengah berteriak dengan gaya sesuka hati.

...~~~~...

Evan sedang berusaha merelakan untuk tidak menemukan Xena, sedangkan gadis itu sendiri sedang berusaha menikmati hidupnya di Inggris, selain melukis dia juga berlajar menjadi seorang kurator dan berkesempatan magang di sebuah museum ternama. Meskipun terkadang dia masih bersedih saat sosok Evan terbayang di ingatannya.

Jika sudah seperti itu Xena pasti akan menguatkan dirinya sendiri dengan sebuah kalimat ‘bukankah memang tidak mudah melupakan seseorang yang pernah masuk ke dalam hidup kita?’ Dia masih melamun sore itu, hingga salah seorang temannya berkata bahwa ada seorang wanita dari Indonesia yang mengunjungi museum, dan membutuhkan penjelasan tentang lukisan di galeri utama.

“Dia tidak bisa berbahasa Inggris, tapi sangat tertarik dengan lukisan itu, bisakah membantuku aku masih bingung meskipun sudah menggunakan alat penerjemah,” ucap teman Xena dengan menggunakan bahasa Inggris tentunya.

“Oke, aku akan membantumu.”

Xena berdiri dan merapikan bagian depan dan belakang roknya, dia bahkan bertanya kepada temannya bagaimana penampilannya. Tidak ingin memukul rata semua orang, tapi kebanyakan orang-orang yang menyukai karya seni adalah orang-orang kelas atas. Mereka bahkan tidak sungkan membeli sebuah lukisan berharga miliaran. Itu lah mengapa cita-cita Xena ingin menjadi seorang pelukis terkenal, dia ingin karyanya menjadi rebutan para kolektor seni, setelah itu dia akan mendonasikan uang hasil penjualan karyanya ke sektor pendidikan. Xena ingin membuka sekolah gratis untuk anak-anak kurang mampu, dan sebuah sekolah yang mengajarkan tentang karya seni ke anak-anak.

“Permisi,” sapa Xena dengan ramah.

Wanita tua dengan rambut digelung dan menenteng sebuah tas mewah itu pun menoleh. Keningnya yang sudah nampak sedikit berkeriput semakin mengkerut, seolah heran karena Xena menyapanya menggunakan bahasa Indonesia.

“Selamat sore, apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Xena dengan sopan, telapak tangannya bahkan menyilang di depan dan punggungnya sedikit membungkuk.

“Ah … apa kamu orang Indonesia?”

“Benar, saya sedang magang di sini,” jawab Xena. “Teman saya bilang Anda sangat tertarik dengan lukisan ini, apa mungkin Anda ingin menanyakan sesuatu?” tanyanya kemudian.

“Ya, tentu saja. Aku ingin tahu kenapa lukisan ini berbentuk setengah wajah wanita yang menangis dan setengahnya lagi tersenyum?” tanya wanita itu.

Xena memilih mendekat, kini dia berdiri bersisian dengan wanita itu dan menjelaskan perspektif lukisan itu. “Di dalam hidup, baik itu perasaan sedih dan bahagia, keduanya tidak akan pernah bisa hilang dari diri manusia sampai manusia itu mati. Itu lah yang ingin digambarkan oleh sang pelukis, saat kita sedih kita harus mengingat kebahagiaan yang pernah terjadi dalam hidup kita, begitu juga sebaliknya. Saat kita bahagia, ingatlah kesedihan agar tidak menjadi jumawa.”

Penjelasan Xena yang mudah dimengerti itu membuat wanita tua itu mengangguk dan tersenyum. Namun, melihat Xena yang tiba-tiba terdiam dia menjadi heran. Ada sorot kesedihan yang bisa dia baca di mata gadis itu.

“Apa kamu sedang merindukan seseorang? Sudah berapa lama kamu tinggal di Inggris.”

“Ah … itu.” Xena menyematkan helaian rambutnya ke belakang telinga.” Sudah hampir tiga bulan ini.”

“Apa kamu juga seorang pelukis?”

Xena tersentak kaget, “Dari mana Anda tahu?”

Wanita itu tersenyum dan meraih tangan kanan Xena. “Masih ada bekas cat yang menempel di tanganmu.”

Mereka pun tertawa. Hari itu menjadi awal pertemanan Xena dan Hana- seorang wanita yang tidak dia sangka merupakan istri dari orang terkaya nomor tiga di Indonesia.

-

-

Like

Komen

Terpopuler

Comments

Najwa_auliarahma

Najwa_auliarahma

Bu Hana si kakek gak diajak ke Inggris... gimana kabarnya sekarang,..

2022-09-25

0

bint4ng

bint4ng

🥰

2022-09-13

0

sowlekahh

sowlekahh

terkaya no 3..?? no 1 om ska,, no 2 om nick gitu ya🤭

2022-09-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!