Xena terlihat duduk di ranjang bersama Evan, menggunakan bahu pria itu untuk tempatnya bersandar. Xena merasa cemas dan takut, kenapa Evan harus memiliki kanker.
"Ev, benarkah penyakit itu tidak bisa disembuhkan?" tanya Xena, dia tak rela jika kebersamaan yang baru saja terjalin dengan suaminya itu hanya berlangsung sekejap.
"Kata dokter aku bisa melakukan kemo, tapi kamu pasti tahu kalau kanker memang susah untuk disembuhkan. Mau bagaimana lagi? mungkin lebih baik pasrah, aku akan menerima segala sesuatu yang mungkin terjadi. Karena itu aku ingin menghabiskan hari-hari bersamamu, takkan aku biarkan setiap detik kebahagiaan terlewat begitu saja," jawab Evan panjang lebar.
Mendengar Evan yang pasrah, malah membuat Xena kembali menangis. Ia meraung hingga membuat Evan terkejut.
"Kok kamu tega, sih. Ninggalin aku pas lagi sayang-sayangnya gini, kamu harus sembuh, aku nggak mau jadi janda."
Xena menangis begitu kencang, membuat Evan langsung mendekap tubuh Xena untuk menenangkan.
"Sudah, jangan menangis! Ini semua sudah takdir, kita juga tidak bisa apa-apa," ucap Evan mencoba menenangkan.
Xena langsung bangun dan duduk dengan benar, dia tatap Evan penuh rasa iba. "Ayo kitta ke dokter! Kita pastikan penyakit yang kamu idap, siapa tahu masih bisa disembuhkan," ajak Xena, berniat tak akan membiarkan Evan meninggal begitu saja.
"Jangan sekarang," tolak Evan.
"Kenapa?"
"Hari ini aku ingin menemui Jihan, untuk mengakhiri hubungan kami. Sebenarnya aku sudah melakukannya lewat panggilan telepon, tapi Jihan tidak mau. Karena itu aku perlu menemuinya langsung, agar semuanya jelas," ujar Evan panjang lebar.
"Apa aku perlu ikut?" tanya Xena.
"Tidak usah, akan aku selesaikan sendiri dan langsung pulang setelah itu," tolak Evan, hanya tak ingin jika Jihan yang marah tiba-tiba memaki serta menyalahkan Xena.
_
_
_
Evan benar-benar menemui Jihan di sebuah kafe. Ia langsung mengutarakan niatnya begitu gadis itu datang.
"Aku nggak mau putus sama kamu!" tolak Jihan setelah mendengar Evan meminta putus secara langsung padanya.
"Tapi kita harus putus, aku ingin menjalani rumah tanggaku dengan baik. Aku harap kamu mengerti dan bisa mendapatkan pria yang lebih baik dariku," ujar Evan menjelaskan, mencoba membujuk Jihan agar bisa menerima.
"Nggak! Aku bilang nggak ya nggak! Kenapa kamu tega sama aku? aku sudah menemanimu selama ini, bahkan kamu yang bilang tidak akan berpaling, lalu kenapa sekarang ingin meninggalkanku?" Jihan terlihat begitu emosi, amarahnya membuncah tak terkendali.
Evan menarik napas dalam-dalam, lantas menghela perlahan dan langsung berdiri. "Terserah bagaimana penilaianmu. Tapi yang jelas aku tetap akan mengakhiri hubungan kita."
Evan meninggalkan Jihan begitu saja, bahkan tak memedulikan saat gadis itu terus memanggil namanya
***
Di rumah, Xena membuka beberapa artikel tentang penyakit kanker, mencoba mencari tahu cara menangani, kalau perlu cara menyembuhkan. Hingga ia ingat pada temannya yang menjadi seorang dokter Onkologi, Xena pun mencoba menghubungi temannya itu.
"Kamu mengidap kanker?" Suara teman Xena terdengar meledak karena panik, sesaat setelah Xena bertanya tentang penyakit itu.
"Bu-bukan, bukan aku." Xena yang terkejut sampai bicara dengan tergagap.
"Kalau bukan kamu, kenapa kamu tanya soal penyakit itu?" tanya teman Xena dari seberang panggilan.
"Sebenarnya suamiku yang divonis kanker, apa menurutmu ada kemungkinan untuknya bisa sembuh?" Xena terlihat lesu dengan wajah tertekuk, memikirkan nasib suaminya.
"Begini saja, kirim hasil pemeriksaan kesehatan suamimu padaku. Akan aku coba lihat, apakah masih ada kesempatan sembuh serta menganalisa metode pengobatan yang sesuai untuknya."
Mendengar masih ada harapan untuk kesembuhan Evan, membuat Xena sedikit bersemangat.
Dan saat Evan baru saja menginjakkan kaki di rumah, Xena langsung meminta hasil pemeriksaan pria itu.
"Untuk apa?" tanya Evan heran.
"Aku punya teman, dia seorang dokter spesialis kanker. Dia ingin melihat hasil pemeriksaan kesehatanmu," jawab Xena.
"Itu, sudah aku buang karena kesal," kata Evan seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Xena terlihat berpikir, hingga kembali menghubungi temannya. Teman Xena meminta mereka datang langsung ke rumah sakit untuk melakukan tes ulang karena hasil pemeriksaan sebelumnya dibuang. Evan pun ikut saja apa yang ingin dilakukan oleh Xena, mereka memutuskan pergi ke rumah sakit besok.
Karena tak ingin berita tentang penyakit Evan tersebar, Xena dan Evan berencana pergi ke rumah sakit diam-diam tanpa diketahui orang lain, termasuk Dimitri yang sebenarnya memalsukan penyakit putranya sendiri.
Dimitri merasa senang, pria itu menganggap putra dan menantunya akan rukun setelah kebohongan yang dia buat. Apa lagi dia sudah meminta bantuan temannya yang seorang dokter. Namun, sepandai-pandainya tupai melompat pasti pernah jatuh juga. Tanpa Dimitri tahu, teman sekaligus dokter yang membantunya memalsukan hasil pemeriksaan Evan, kini tengah berada di luar negeri karena ikut seminar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Sweet Girl
Tapi hasil dr sandiwara pak Dimitri sudah ada hasilnya.
semoga aja setelah tau hasil sebenarnya mereka tetap dg rencana untuk memperbaiki pernikahan nya.
2024-01-03
0
Najwa_auliarahma
wkwkwk berakhir lah sudah permainan mu papa dimit
2022-09-25
0
bint4ng
😆😆😆😆
2022-09-13
0