Bab 13

Evan terdiam di ambang pintu rumahnya, meski saat Xena masih di sana pun tidak ada sambutan dari wanita itu setiap kali dia pulang, tapi kali ini jelas berbeda karena sosok gadis itu tidak bisa dia temui meski mencari di setiap sudut rumah.

Evan mengayunkan langkah, menuju halaman belakang, di mana Xena meninggalkan bunga-bunga kesayangannya begitu saja, bahkan kini Evan yang memberi perhatian ke bunga-bunga itu. Ia meminta pembantunya menjaga bunga-bunga milik Xena. Agar saat wanita itu kembali dia bisa menunjukkannya dan membuat Xena kagum. Tak hanya itu, semua alat lukis dan satu buah lukisan yang belum Xena selesaikan pun Evan minta untuk disimpan dengan rapi.

"Tuan, apa anda mau makan malam?" Suara pembantu menyadarkan Evan dari lamunannya. Namun, dia hanya menggeleng lantas membalikkan badan.

"Tidak, aku akan makan malam di rumah papaku, mungkin aku akan menginap di sana juga," jawab Evan lalu menepuk pundak mbak Yayuk, pembantu rumahnya sebelum pergi.

Pembantu paruh baya itu nampak heran, karena semenjak Xena pergi, Evan bersikap lebih ramah dan baik kepada para penghuni rumah.

...~~~~...

Evan benar-benar datang ke rumah Dimitri dan hal pertama yang dilakukan oleh pria itu adalah mencari Devgan. Tanpa basa-basi, Evan memalingkan tubuh Devgan yang tengah menelepon di teras samping. Perbuatannya itu membuat sang sepupu menurunkan tangannya. Evan sempat melirik layar ponsel, dia curiga Devgan sedang melakukan panggilan dengan Xena.

"Apa yang kamu lakukan?" Devgan memandang layar ponselnya dan mematikan panggilan, dia memasang muka masam ke Evan, alis matanya bahkan berkerut melihat tingkah kurang sopan sepupunya.

“Kamu pasti tahu di mana Xena ‘kan? katakan padaku!” pinta Evan sedikit memaksa.

“Bukankah kamu suaminya? Kenapa malah bertanya ke aku?”

Devgan menyenggol lengan Evan dan pergi dari sana, seperti anak kecil, Evan yang kesal pun berjalan mengekor kemudian menghardik sepupunya itu dengan suara lantang.

“Pergi kamu dari rumah ini, dasar penumpang gelap,” gerutu Evan.

Namun, baru saja bibirnya mengatup sebuah tamparan mendarat tepat di belakang kepalanya. Terang saja Evan kaget dan langsung menoleh dengan muka garang, tapi dia tidak bisa memaki atau bahkan mengumpat karena yang memukulnya adalah Dimitri.

“Hentikan mengata-ngatai Devgan, lebih baik kamu mencari cara bagaimana menemukan Xena. Hari sama sekali tidak mau memberitahu Papa, dia bahkan mengusir Papa dengan mengancam melepaskan beberapa ayam ternaknya.”

Dimitri memberi informasi kepada putra kesayangannya sambil berjalan masuk ke dalam rumah. Pria yang benar-benar sangat menyayangi Xena melebihi anaknya sendiri itu, benar-benar tidak mau kehilangan sang menantu.

“Papa tenang saja! aku tidak akan semudah itu menceraikan Xena.” Evan mengepalkan tangannya, dia harus menemukan Xena secepatnya. “Aku tidak akan membiarkan si Degan itu menemukanmu kebih dulu dan merebutmu dariku,” gumamnya.

[ Aku baik-baik saja Pa, besok aku sudah mulai kelas. Di sini suasananya juga nyaman ]

Hari membaca ulang pesan yang dikirimkan putrinya satu minggu yang lalu, dia duduk di teras sambil menikmati secangkir teh, saat melihat seorang pria berjalan tepat di belakang penjaga rumahnya. Sang penjaga rumah pun berkata bahwa pria itu mengaku sebagai pengacara Xena dan mencari keberadaan gadis itu.