Setelah mengantar kepergian kedua orang tua Hendra di tempat parkir, aku menekan tombol di tangan untuk membuka kunci pintu mobilku secara automatis. Suamiku mendekat. Tangannya melingkari pinggangku lalu dia menundukkan badannya untuk mencium bibirku penuh sayang. Aku tersenyum sambil membersihkan lipstik yang membekas di bibirnya.
Dia menatapku sesaat, mulutnya terbuka ingin mengatakan sesuatu tetapi dia mengurung niatnya itu. Dia membukakan pintu mobil untukku dan membantuku untuk masuk. Hendra melambaikan tangan saat mengantar kepergianku. Apa yang ingin dia katakan tadi?
Aku mendapatkan perawatan lengkap untuk rambut dan kuku di salon. Aku menikmati saat kulit kepala dan bahuku dipijat dengan lembut. Aroma yang harum dan lembut menguar dari rambutku setelah penata rambut selesai dengan tugasnya. Kuku tangan dan kakiku terlihat bersih dan bercahaya. Aku meminta kukuku diberi warna merah muda agar tidak terlalu kontras dengan warna pakaianku malam nanti.
Sampai di rumah, aku hanya punya waktu beberapa menit sebelum suamiku pulang. Aku bergegas mandi dan berganti pakaian. Ketika Hendra pulang, aku segera menyambutnya. Dia menciumku lalu menggandeng tanganku dengan senyuman di wajahnya menuju kamar kami. Saat Hendra mandi, aku menyiapkan pakaian sesuai permintaannya.
Setengah jam kemudian, kami sudah berada di dalam mobil. Hendra menyetir sendiri mobilnya keluar dari pekarangan rumah kami, kami tidak pergi bersama Kafin. Perjalanan menuju restoran cukup lengang. Kami bisa melewati lalu lintas tanpa menemui kemacetan panjang.
Memasuki kawasan pusat kota, kami terpaksa bergerak lambat. Hampir dua puluh menit waktu yang kami habiskan untuk mencari tempat parkir yang kosong di dalam mal. Setelah memarkirkan mobil, Hendra mematikan mesin dan keluar lebih dahulu. Dia memutar dan membukakan pintu mobil untukku. Aku menerima uluran tangannya.
Di dalam elevator, kami tidak perlu berdesakan karena tidak banyak orang yang menggunakannya. Tiba di lantai tujuan, kami berjalan melewati toko demi toko hingga sampai di restoran tujuan. Begitu mendengar nama Hendra, seorang pelayan mengantar kami ke meja yang telah dipesan. Aku tersenyum ke arah suamiku.
Kami mendapat meja di depan panggung. Aku memesan makanan kesukaanku. Satu potong besar daging dengan tiga bumbu berbeda dan satu gelas besar bir. Hendra tersenyum dan memesan hal yang sama. Ketika pelayan meninggalkan kami, aku melihat ke sekelilingku dengan antusias. Mataku membulat saat beberapa orang naik ke atas panggung. Aku melihat ke arah suamiku. Dia hanya tersenyum penuh arti.
Penasaran, aku melihat kelima pria dan seorang wanita mempersiapkan peralatan musik dan sound system. Minuman pesanan kami yang pertama diantar. Dia menyesap birnya dan menggumam pelan memuji kelezatannya. Bir khusus buatan restoran ini sangat nikmat dan tidak mengandung banyak alkohol. Satu-satunya bir yang tidak membuatku mual saat mencium aromanya. Musik pembuka lagu mulai mengalun. Aku membulatkan mata begitu mengenali alunan musik tersebut.
“Hendra, ini lagu kesukaanku,” ucapku pelan.
“Aku tahu.” Dia tersenyum kepadaku.
Setelah dua lagu pertama dimainkan, makanan kami diantar. Aku tersenyum senang melihat daging yang ada di hadapanku, disertai dengan kentang halus dan selada. Kami makan dalam diam sambil menikmati lagu-lagu yang dimainkan band di panggung.
“Ah, lagu ini!” pekikku senang. Hendra tertawa kecil.
Aku menatap suamiku dengan saksama. Sudah lima lagu dimainkan dan semuanya lagu kesukaanku. Itu bukan kebetulan atau tidak disengaja. Pasti Hendra telah memesan semuanya secara khusus. Setiap kali kami makan di restoran ini, band yang tampil selalu memainkan lagu-lagu yang berbeda. Jarang sekali lagu kesukaanku yang berkumandang.
“Kamu yang memesan semua lagu itu?” tanyaku tidak percaya. Dia tersenyum saat mengiyakan. “Tapi, mengapa tidak satu pun lagu kesukaanmu? Ini ‘kan hari pernikahan kita, bukan hanya hari ulang tahunku.”
“Aku yang memesan, maka aku yang memilih lagunya,” jawabnya penuh arti.
“Terima kasih, Hendra. Ini kejutan yang sangat menyenangkan,” ucapku tulus. Dia meraih tanganku yang ada di atas meja.
“Apa saja untuk membuatmu bahagia, sayang.”
Kami menikmati makanan kami masing-masing sambil mendengarkan lagu yang menambah selera makan kami. Saat makanan di atas piringku hampir habis, Hendra menawarkan untuk memesan lagi jika aku masih lapar. Aku menolaknya. Satu porsi makanan itu sangat besar, aku tidak akan sanggup menghabiskan satu porsi lagi.
Merasakan dia menyentuh tanganku, aku menoleh ke arahnya. Dia ingin mengatakan sesuatu tetapi terlihat ragu. Dia menarik napas sesaat. “Aku tahu bahwa aku tidak pernah membahas ini denganmu dan langsung menjanjikan akan memberikan apa yang Mama minta.” Hendra melihat ke arahku dengan serius. “Sayang, apakah kamu keberatan jika kita mempunyai anak?”
Aku menelan ludah dengan berat. Aku benar-benar tidak siap membahas hal itu sekarang. Tetapi dia memilih saat yang tepat. Kami sedang merayakan enam tahun pernikahan kami. Itu bukan waktu yang singkat dan bukan hanya orang-orang yang ada di sekitar kami, aku yakin bahwa dia pun mulai merindukan kehadiran seorang anak.
Bagaimana aku harus menjawab pertanyaan itu tanpa membuatku semakin merasa bersalah? Aku tidak akan mundur sekarang, jadi aku tidak akan berhenti mengonsumsi obat itu. Tetapi entah mengapa aku merasa tidak nyaman jika aku harus berbohong kepadanya.
“Aku tidak keberatan,” jawabku akhirnya. Perlahan wajahnya berubah ceria, dia mendesah lega.
“Aku tidak ingin memaksamu melakukan sesuatu yang tidak kamu inginkan. Kamu akan berperan sangat besar dalam kehidupan anak kita. Kamulah yang akan mengandungnya dalam rahimmu. Jadi, akan sangat membahagiakan bila kamu juga menginginkannya,” ucapnya bahagia.
“Apakah kamu menginginkannya?” tanyaku pelan.
“Iya! Akan sangat menyenangkan melihat seorang Za kecil berlarian di rumah, merasakannya bermanja dalam pelukanku, aku ingin memiliki anak bersamamu, Za.” Matanya berbinar-binar bahagia. “Aku senang kamu menginginkannya juga.”
Para pelayan datang mengambil piring kami yang sudah kosong. Kemudian mereka membawakan sebuah piring berisi dua potong kue black forest dengan tulisan Happy Anniversary di tepi piring menggunakan saus arbei. Band menyanyikan lagu pernikahan untuk kami. Aku tersenyum bahagia. Di akhir lagu, orang-orang yang ada di restoran itu bertepuk tangan sambil melihat ke arah kami.
Ketika suasana tenang kembali, aku berdiri dan naik ke atas panggung. Aku membisikkan sesuatu ke arah penyanyi dan tersenyum menerima mikrofon yang disodorkannya kepadaku. Hendra hanya menatapku dengan bingung. Musik pembuka dimainkan dan suamiku menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku menyanyikan salah satu lagu kesukaannya. Lagu yang dinyanyikannya untukku pada hari pernikahan kami.
Penyanyi band tersebut menarik tangan Hendra dan mengajaknya naik ke atas panggung. Lagu itu adalah lagu duet, jadi menyanyikannya seorang diri tidaklah mudah. Dengan bujukan wanita tersebut, suamiku bersedia naik ke panggung dan ikut bernyanyi bersamaku.
Tepuk tangan memenuhi restoran ketika kami mengakhiri duet tersebut. Setelah berterima kasih, kami turun dari panggung. Hendra menolongku duduk sebelum dia duduk di kursinya kembali. Kami menikmati potongan black forest kami masing-masing.
“Bagaimana kalau akhir pekan ini kita pergi berlibur?” tanya Hendra.
“Setuju!” ucapku senang. Berlibur ke tempat baru adalah hal yang sangat menyenangkan bagiku. Selain bisa menikmati pemandangan dan fasilitas yang ditawarkan, aku bisa membuat artikel mengenai tempat wisata tersebut.
“Ada ide kita sebaiknya ke mana?” tanyanya. Aku berpikir sejenak, masih ada banyak tempat bagus yang belum kami kunjungi, sebaiknya kali ini kami pergi ke mana, ya? Suamiku tertawa kecil. “Tidak usah buru-buru. Kamu bisa memberitahuku paling lama Jumat pagi. Memesan tiket dan hotel tidak akan sulit walaupun pada detik-detik terakhir.”
“Baik,” ucapku senang. Dia memang sangat mengerti aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Anna Margarety
ya ampun pantang menyerah si hendra lebih pantang lagi menyerahnya si zahara wkwkwkwk...boleh banget ini cerita kak👍
2022-02-14
2
Doersdey Silalahi
sosok Mahendra ini nyata kah kak Mei???😁😁😁😁😁
2021-11-05
3
Zahara Letto
darah jomblo ku bergetar kak mei
2021-11-03
3