Bab 6 - Aku Hanya Mau Dia

Semakin dia menolak dan marah kepadaku, aku semakin tertantang untuk mendapatkan cintanya. Aku tidak pernah melewatkan peristiwa penting dalam hidupnya. Aku mengiriminya hadiah dan bunga setiap kali dia berulang tahun. Aku tidak bisa datang pada hari wisudanya karena sedang bekerja di luar kota, maka aku hanya mengirim hadiah, boneka, dan bunga untuknya.

Ketika Papa menyarankan aku untuk melanjutkan studi ke luar negeri, aku tidak menolak. Aku memang masih perlu belajar. Meskipun aku tahu bahwa gadis itu akan menolakku mentah-mentah, aku masih datang dan mencoba lagi. Jika reaksi teman-temannya senang melihat kedatanganku, dia tidak. Dia masih bersikap dingin kepadaku.

Langkahku berat saat akan meninggalkan tanah air untuk menuntut ilmu di luar negeri. Namun aku menyerahkan keyakinanku kepada waktu. Jika gadis itu untukku, dia tidak akan menikah sampai aku kembali. Jika dia memang bukan untukku, maka aku rela dia menikah dengan pria yang mencintainya.

Dan waktu masih berpihak kepadaku. Aku kembali dan dia masih berpacaran dengan pria tersebut. Mereka belum juga menikah. Kepercayaan pria itu sangat tinggi, aku harus angkat topi untuk hal itu. Aku yang memiliki segalanya dan bisa mendapatkan segalanya yang aku mau saja tidak memiliki kepercayaan diri setinggi itu.

Aku hanya tertawa kecil melihat gadis yang telah mencuri hatiku itu tumbuh menjadi seorang wanita muda yang sangat percaya diri. Dia bahkan semakin cantik dengan pakaian kerjanya. Dia menatapku tidak percaya saat aku datang kembali dan mengajaknya untuk makan malam.

Seperti biasa, rekan-rekan kerjanya terlihat senang tetapi dia bersikap dingin kepadaku. Ya, Tuhan, apa yang bisa aku lakukan untuk mendapatkannya? Aku ingin dia menjadi milikku.

Cara baik-baik tidak berhasil, maka aku menggunakan cara yang lebih ekstrem. Aku mendapatkan nomor telepon rumahnya dan menghubungi orang tuanya. Aku bersyukur ayahnya yang menjawab. Pria itu terdengar antusias saat aku menyebut nama lengkapku dan menyambut baik keinginanku untuk datang ke rumah mereka.

Papa dan Mama tidak pernah meragukan pilihanku atas apa pun. Mereka berdua bersorak senang saat aku menyatakan keinginanku untuk melamar seorang gadis menjadi istriku. Mereka bahkan tidak peduli ketika nama orang tuanya tidak mereka kenal. Aku bersyukur mereka tidak memaksaku harus menikahi gadis dari kalangan kami.

Aku tidak akan pernah melupakan indahnya mata itu ketika membulat melihatku berdiri di ambang pintu rumahnya. Aku hanya tersenyum melihat dia menatapku tidak suka saat kedua orang tua kami saling memperkenalkan diri dan menjadi akrab dengan cepat.

Usai makan malam, aku menyampaikan niatku untuk menikahi putri mereka. Orang tua gadis itu menyambut baik tetapi tentu saja gadis itu segera menolakku mentah-mentah. Aku melihat kedua orang tuanya keberatan dengan sikapnya tersebut. Papa melerai dan meminta maaf atas namaku.

Entah gadis ini dibutakan oleh cinta atau dia tidak mengetahui siapa aku yang sebenarnya, aku akui bahwa aku terkejut dengan sikapnya itu. Saat gadis lain berusaha keras untuk bisa mendapatkan perhatianku, dia menolak cintaku. Ketika wanita lain berebut untuk menjadi istriku, dia menolak lamaranku begitu saja.

“Aku tidak akan pernah percaya hal ini terjadi, jika aku tidak melihatnya dengan mata kepalaku sendiri.” Papa tertawa terbahak-bahak. Kami sedang dalam perjalanan pulang dari rumah gadis itu. Orang tuaku duduk di jok belakang sedang tertawa bersama, sedangkan aku di samping sopir pribadi Papa. “Ada gadis yang menolak menjadi istri putraku.”

“Apa yang sudah kamu lakukan kepadanya sampai dia begitu tidak menyukaimu, Nak?” tanya Mama tidak percaya. “Papa lihat, ‘kan, bagaimana ekspresinya tadi saat menyambut kita di rumahnya?”

“Iya, iya.” Papa tertawa lagi. “Baru kali ini aku melihat orang tidak suka dengan kedatangan kita. Biasanya kita disambut dengan ramah dan penuh hormat. Nak, mamamu benar. Apa yang sudah kamu lakukan kepada gadis itu?”

“Aku senang melihat Papa dan Mama begitu bahagia ketika aku sedang bersedih.” ucapku sarkas.

“Gadis yang sudah ditunangkan dengan orang kaya saja menolak untuk menikah dan lebih memilih untuk bersamamu, bagaimana bisa seorang gadis biasa menolak kesempatan untuk bisa hidup nyaman bersamamu?” Mama tertawa kecil.

“Kamu sebaiknya memilih gadis yang lain. Yang satu ini tidak akan pernah menjadi milikmu, Nak.” Papa menepuk bahuku. “Dia sangat mencintai kekasihnya.”

“Papa tahu bahwa aku tidak pernah salah memilih. Aku tidak akan berhenti sampai dia menjadi milikku. Pria itu hanya bermain-main dengannya. Jika dia serius, dia pasti sudah menikahinya.” ucapku meyakinkan mereka. Papa dan Mama akhirnya berhenti tertawa. Mereka pasti mendengar nada sangat serius pada intonasi suaraku.

“Jika kamu terus begini, dia akan semakin membencimu. Tidak ada gunanya menikah dengan seseorang yang tidak menyukai kita.” Mama memberi nasihat.

“Mama jangan khawatir. Aku tahu apa yang sedang aku lakukan.”

Gadis itu semakin membenciku tetapi aku tidak menyesali usahaku tersebut. Aku serius dengannya, jadi mengapa aku harus menahan diri untuk mencoba lagi?

Hari itu aku baru kembali dari perjalanan keluar kota. Aku sedang menaiki anak tangga ketika Abdi memberitahu bahwa ada wanita bernama Zahara yang meminta bertemu denganku. Jantungku mulai berdebar lebih cepat. Gadis itu datang ingin menemuiku?

Aku mempersilakan agar pintu gerbang dibuka dan meminta agar makanan ringan dan teh hangat disajikan untuknya. Aku harus bergegas menuju kamar dan membersihkan diri. Aku tidak mungkin menemuinya dengan keadaan kusut begini.

Setelah mandi dan berganti pakaian secepat yang aku bisa, aku segera menuju ke ruangan di mana dia berada. Aku tertegun sejenak melihat betapa cantiknya dia dengan baju berwarna putih dan rambut panjangnya dibiarkan tergerai.

Entah apa yang membuatnya begitu marah kepadaku, tetapi dia mencurigai bahwa aku pernah bertemu atau bicara dengan orang tuanya setelah malam kedatanganku dan orang tuaku ke rumah mereka. Aku tidak suka berbohong. Lagi pula aku tertarik kepadanya bukan orang tuanya.

Kami bertengkar hebat untuk kesekian kalinya. Namun baru kali itu dia menghina penampilanku habis-habisan. Aku sadar bahwa aku tidak menarik secara fisik, tetapi mendengar kata-kata itu keluar langsung dari mulut gadis yang aku cintai, menghancurkan hatiku.

Mungkin memang sudah saatnya aku mundur sejenak. Memaksakan kehendakku kepadanya hanya akan membuatnya semakin membenciku dan merusak rencanaku untuk bisa menikahinya. Aku tidak ingin menikah dengan gadis yang akan membenciku seumur hidupnya.

“Nak, apa yang sudah kamu lakukan?” tanya Papa yang tiba-tiba saja masuk ke ruang makan. Mama menyusul di belakangnya. Setahuku mereka sedang menghadiri undangan makan siang, dilanjutkan dengan menghadiri resepsi pernikahan pada sore hari. Cepat juga mereka sudah kembali.

“Apa yang sudah aku lakukan, Pa?” Aku membersihkan mulut dengan serbet. Seorang pelayan mengambil piringku yang sudah kosong dari depanku. “Terima kasih.”

“Yousef meneleponku dan mengatakan bahwa Zahara setuju untuk menikah denganmu,” ucap Papa dengan nada tidak percaya. Aku tertawa mendengarnya.

“April mop sudah lewat, Pa. Jangan bercanda.” Orang tuaku sering sekali bercanda dan aku tidak keberatan menjadi sasaran mereka.

“Aku serius. Bisakah kamu juga serius menanggapiku?” Papa kini menggunakan intonasi suara yang serius. Aku berhenti tertawa. Aku menoleh ke arah Mama yang juga sedang menatapku dengan wajah serius. “Apa yang ingin kamu lakukan sekarang? Dia sudah menolakmu, apakah kamu masih ingin menikah dengannya?”

Jika ayahnya sampai menelepon dan bicara langsung dengan Papa, maka pasti gadis itu sendiri yang menginginkan ini. Aku tidak peduli apa alasannya sehingga dia berubah pikiran. Aku juga tidak peduli dengan semua kata-katanya yang menyakitkanku tadi. Aku masih menginginkannya.

Sebelum dia menyesali keputusannya dan berubah pikiran lagi, aku meminta orang tuaku untuk segera menyiapkan pernikahan kami. Secepat yang bisa mereka lakukan. Aku tidak ingin memberi gadis itu kesempatan untuk lari lagi dariku.

Terpopuler

Comments

Rina Arlita

Rina Arlita

kak Mel.. ceritanya mkin seru
ak mkin Sukasa😘😘🌹🌹🌹

2021-11-03

4

Zahara Letto

Zahara Letto

mana lanjutan nya kak mei?

2021-10-31

3

Kevin Evander

Kevin Evander

napa belum up mel?

2021-10-31

2

lihat semua
Episodes
1 Catatan Penulis - Pendahuluan
2 Bab 1 - Bosan
3 Bab 2 - Bujukan
4 Bab 3 - Peringatan Terakhir
5 Bab 4 - Pengkhianatan
6 Bab 5 - Dialah Orangnya
7 Bab 6 - Aku Hanya Mau Dia
8 Bab 7 - Rutinitas
9 Bab 8 - Sahabat
10 Bab 9 - Mereka Bukan istriku
11 Bab 10 - Masih Marah
12 Bab 11 - Pengkhianatan Lagi
13 Bab 12 - Ulang Tahun
14 Bab 13 - Kejutan
15 Bab 14 - Tidak Bahagia
16 Bab 15 - Sebuah Janji
17 Bab 16 - Hari Istimewa
18 Bab 17 - Gurauan Mertua
19 Bab 18 - Hari Jadi Kita
20 Bab 19 - Berita Buruk
21 Bab 20 - Mencari Solusi
22 Bab 21 - Topik Itu Lagi
23 Bab 22 - Posesif
24 Bab 23 - Bertukar Pikiran
25 Bab 24 - Pujian Tulus
26 Bab 25 - Berlibur Berdua
27 Bab 26 - Di Luar Kebiasaan
28 Bab 27 - Sahabat yang Tak Kupercaya
29 Bab 28 - Terbongkarnya Rahasia
30 Bab 29 - Tak Tersentuh
31 Bab 30 - Surat Perjanjian
32 Bab 31 - Terikat Selamanya
33 Bab 32 - Ketakutan Terbesarku
34 Bab 33 - Masalah Teratasi
35 Bab 34 - Persiapan Operasi
36 Bab 35 - Kabar Bahagia
37 Bab 36 - Belum Bisa Pulang
38 Bab 37 - Praduga
39 Bab 38 - Selalu Bersama
40 Bab 39 - Mengantar Dia Pergi
41 Bab 40 - Senyum Bahagia Keluargaku
42 Bab 41 - Kehilangan Inspirasi
43 Bab 42 - Pertemuan Tak Terduga
44 Bab 43 - Konser Amal
45 Bab 44 - Ini Bukan Kebetulan
46 Bab 45 - Dia Tidak Akan Tahu
47 Bab 46 - Mimpi Jadi Nyata
48 Bab 47 - Wanita Pilihan Adikku
49 Bab 48 - Aku Gila Karenamu
50 Bab 49 - Sebuah Kesalahan
51 Bab 50 - Meredam Rasa Bersalah
52 Bab 51 - Normal Versiku
53 Bab 52 - Acara Tetap Berjalan
54 Bab 53 - Menikmati Liburan
55 Bab 54 - Putri Ayuku
56 Bab 55 - Berakhir Tidak Menyenangkan
57 Bab 56 - Kamu Berubah
58 Bab 57 - Kami Sudah Tahu
59 Bab 58 - Inikah Pembalasanmu?
60 Bab 59 - Konfrontasi
61 Bab 60 - Silakan Khianati Aku
62 Bab 61 - Pria Sejati
63 Ba 62 - Bertahan demi Reputasi
64 Bab 63 - Silakan Sakiti Aku
65 Bab 64 - Memuji Setinggi Langit
66 Bab 65 - Aku Membencimu
67 Bab 66 - Tidak Pergi Jauh
68 Bab 67 - Strategi Baru
69 Bab 68 - Masih Ada Harapan
70 Bab 69 - Kelemahannya Adalah Tanggal
71 Bab 70 - Perubahan Besar
72 Bab 71 - Sikap yang Berbeda
73 Bab 72 - Aku Terlihat Tua
74 Bab 73 - Aku Percaya
75 Bab 74 - Restu Orang Tua
76 Bab 75 - Aku Membuatmu Malu
77 Bab 76 - Tinggalkan Dia
78 Bab 77 - Rahasia Kelam
79 Bab 78 - Ini Anak Suamiku
80 Bab 79 - Alasan Sebenarnya
81 Bab 80 - Satu Kesalahan
82 Bab 81 - Kado yang Diinginkan
83 Bab 82 - Akhirnya, Kita Bertemu
84 Bab 83 - Lukamu Terlalu Dalam
85 Bab 84 - Memberi Harapan
86 Bab 85 - Putusan yang Menentukan
87 Bab 86 - Wanita di Sekitarku
88 Bab 87 - Hidupku Tanpamu
89 Bab 88 - Hargai Dia
90 Bab 89 - Sahabatku Selamanya
91 Bab 90 - Tamu Tak Diundang
92 Bab 91 - Hanya Sebuah Saran
93 Bab 92 - Wanita yang Gigih
94 Bab 93 - Pertemuan Kembali
95 Bab 94 - Rencana Tak Terduga
96 Bab 95 - Itu Namaku
97 Bab 96 - Kita Sudah Bercerai
98 Bab 97 - Pergi Berlibur
99 Bab 98 - Berkencan
100 Bab 99 - Godaan Besar
101 Bab 100 - Bukumu Jelek
102 Bab 101 - Aku Tidak Menyesal
103 Bab 102 - Berlibur Sambil Belajar
104 Bab 103 - Berkemah
105 Bab 104 - Jembatan Goyang
106 Bab 105 - Satu Sama
107 Bab 106 - Kehilangan Jejak
108 Bab 107 - Satu-satunya Harapan
109 Bab 108 - Perkelahian Sengit
110 Bab 109 - Terjadi Lagi
111 Bab 110 - Hari Terakhir
112 Bab 111 - Tinggallah Bersama Kami
113 Bab 112 - Merajuk
114 Bab 113 - Pikirkan Solusinya
115 Bab 114 - Pertanyaan Tersulit
116 Bab 115 - Saling Memaafkan
117 Bab 116 - Satu Orang Lolos
118 Bab 117 - Cinta Itu Sayang
119 Bab 118 - Belajar dari Kesalahan
120 Bab 119 - Rahasia Demi Rahasia
121 Bab 120 - Percakapan Tanpa Hasil
122 Bab 121 - Berita Bahagia
123 Bab 122 - Rahasia Terakhir
124 Bab 123 - Masih Ada Kesempatan
125 Bab 124 - Perayaan Kecil-kecilan
126 Bab 125 - Salah Memilih Lawan (Hendra)
127 Bab 126 - Pertemuan Rahasia
128 Bab 127 - Harga Cinta Kita
129 Bab 128 - Berhenti Berandai
130 Bab 129 - Berkemah di Alam Bebas
131 Bab 130 - Ini Bukan Cinta
132 Bab 131 - Ayo, Berkemah Lagi
133 132 - Menghadapi Masalah Bersama
134 Bab 133 - Biar Aku yang Tangani
135 Bab 134 - Bicara dengan Tembok
136 Bab 135 - Usahanya Boleh Juga
137 Bab 136 - Beri Aku Waktu (Hendra)
138 Bab 137 - Akui dengan Cara Terhormat (Hendra)
139 Bab 138 - Teman Baru
140 Bab 139 - Hadapi dengan Dingin
141 Bab 140 - Sekolah Baru
142 Bab 141 - Direndahkan di Depan Umum
143 Bab 142 - Opini Publik
144 Bab 143 - Anugerah
145 Bab 144 - Wanita yang Terhormat
146 Bab 145 - Bencana di Tengah Perayaan
147 Bab 146 - Berdiri Bersama
148 Bab 147 - Hadapi Kami Juga
149 Bab 148 - Hari Bahagia Sahabatku
150 Bab 149 - Cukup Sudah (Hendra)
151 Bab 150 - Jangan Ambil Anakku
152 Bab 151 - Sakitnya Kehilangan
153 Bab 152 - Cukup Tiga Puluh Menit
154 Bab 153 - Jadikan Aku Kekuatanmu
155 Bab 154 - Stadium Dua
156 Bab 155 - Liburan Panjang
157 Bab 156 - Beruntung
158 Bab 157 - Menyusun Rencana
159 Bab 158 - Liburan Berakhir
160 Bab 159 - Pembalasan
161 Bab 160 - Pertunjukan
162 Bab 161 - Persiapan
163 Bab 162 - Masih Ada Harapan
164 Bab 163 - Membujuk
165 Bab 164 - Restoran Kesukaan
166 Bab 165 - Opsi Kedua
167 Bab 166 - Bukan Rahasiaku
168 Bab 167 - Kasus Khusus
169 Bab 168 - Syarat Damai
170 Bab 169 - Wanitaku Satu-satunya
171 Bab 170 - Persiapan Terakhir
172 Bab 171 - Bertambah Usia
173 Bab 172 - Jawaban dari Masalah Kita
174 Bab 173 - Di Antara Dua Wanita
175 Bab 174 - Benci Tetapi Sayang
176 Bab 175 - Sang Pelindung
177 Bab 176 - Hari Bahagia
178 Bab 177 - Doa Mertua
179 Bab 178 - Biar Aku yang Balas
180 Bab 179 - Terpukul
181 Bab 180 - Menantu yang Kupilih (Naava)
182 Bab 181 - Makanan Kesukaan
183 Bab 182 - Pemberian Kakek
184 Bab 183 - Itu Komitmen Kamu
185 Bab 184 - Berita Bohong
186 Bab 185 - Satu Masalah Selesai
187 Bab 186 - Aku Marah
188 Bab 187 - Menang Taruhan
189 Bab 188 - Kartu As
190 Bab 189 - Harga Diri
191 Bab 190 - Hari Pertama
192 Bab 191 - Pulang
193 Bab 192 - Beri Dia Kesempatan
194 Bab 193 - Dua Tamu
195 Bab 194 - Kunjungan Terakhir
196 Bab 195 - Pergi untuk Selamanya
197 Bab 196 - Udara Kedamaian
198 Bab 197 - Mamaku Sudah Pergi
199 Bab 198 - Melanggar Perintah
200 Bab 199 - Batalnya Syarat Damai
201 Bab 200 - Hukuman
202 Bab 201 - Teguran
203 Bab 202 - Blak-blakan
204 Bab 203 - Pengganggu
205 Bab 204 - Objektif
206 Bab 205 - Galak
207 Bab 206 - Kencan Ganda
208 Bab 207 - Serasi
209 Bab 208 - Terburu-buru
210 Bab 209 - Tersinggung
211 Bab 210 - Cerita Lucu
212 Bab 211 - Hanya Sementara
213 Bab 212 - Syukuran
214 Bab 213 - Menghargai Pilihanku
215 Bab 214 - Lamaran Si Kecil
216 Bab 215 - Tidak Khawatir Lagi
217 Bab 216 - Pembicaraan yang Serius
218 Bab 217 - Dibutakan Cinta
219 Bab 218 - Wanita Aneh
220 Bab 219 - Peringatan
221 Bab 220 - Ancaman
222 Bab 221 - Menyambut Harinya
223 Bab 222 - Jaga Emosimu
224 Bab 223 - Buka Puasa
225 Bab 224 - Kabar dari Kafin
226 Bab 225 - Dia Harus Hidup
227 Bab 226 - Tetap di Sisinya
228 Bab 227 - Kepalaku Kosong
229 Bab 228 - Bukan Tebakan Asal
230 Bab 229 - Kekhawatiran Baru
231 Bab 230 - Sedikit demi Sedikit
232 Bab 231 - Terbakar Cemburu
233 Bab 232 - Di Balik Kata Cinta
234 Bab 233 - Serangan Balasan
235 Bab 234 - Salah Paham
236 Bab 235 - Sambutan di Rumah
237 Bab 236 - Aku Yakin
238 Bab 237 - Mematangkan Rencana
239 Bab 238 - Terulang Lagi
240 Bab 239 - Salah Mengenal
241 Bab 240 - Dua Kali Lipat
242 Bab 241 - Pengecut
243 Bab 242 - Laki-laki Bodoh
244 Bab 243 - Penggeledahan
245 Bab 244 - Kunjungan Tak Terduga
246 Bab 245 - Memaksa Dia Pulang
247 Bab 246 - Déjà Vu
248 Bab 247 - Musuh yang Tersudut
249 Bab 248 - Daftar Hitam
250 Bab 249 - Jatuhnya Para Musuh
251 Bab 250 - Dua Perayaan
252 Bab 251 - Hanya Penasaran
253 Bab 252 - Kita Hadapi Bersama
254 Bab 253 - Andilku
255 Bab 254 - Sesalku
256 Bab 255 - Kebanggaanku
257 Bab 256 - Kebahagiaanku
258 Catatan Penutup
259 Pemberitahuan Sekuel
260 Buku Baru
Episodes

Updated 260 Episodes

1
Catatan Penulis - Pendahuluan
2
Bab 1 - Bosan
3
Bab 2 - Bujukan
4
Bab 3 - Peringatan Terakhir
5
Bab 4 - Pengkhianatan
6
Bab 5 - Dialah Orangnya
7
Bab 6 - Aku Hanya Mau Dia
8
Bab 7 - Rutinitas
9
Bab 8 - Sahabat
10
Bab 9 - Mereka Bukan istriku
11
Bab 10 - Masih Marah
12
Bab 11 - Pengkhianatan Lagi
13
Bab 12 - Ulang Tahun
14
Bab 13 - Kejutan
15
Bab 14 - Tidak Bahagia
16
Bab 15 - Sebuah Janji
17
Bab 16 - Hari Istimewa
18
Bab 17 - Gurauan Mertua
19
Bab 18 - Hari Jadi Kita
20
Bab 19 - Berita Buruk
21
Bab 20 - Mencari Solusi
22
Bab 21 - Topik Itu Lagi
23
Bab 22 - Posesif
24
Bab 23 - Bertukar Pikiran
25
Bab 24 - Pujian Tulus
26
Bab 25 - Berlibur Berdua
27
Bab 26 - Di Luar Kebiasaan
28
Bab 27 - Sahabat yang Tak Kupercaya
29
Bab 28 - Terbongkarnya Rahasia
30
Bab 29 - Tak Tersentuh
31
Bab 30 - Surat Perjanjian
32
Bab 31 - Terikat Selamanya
33
Bab 32 - Ketakutan Terbesarku
34
Bab 33 - Masalah Teratasi
35
Bab 34 - Persiapan Operasi
36
Bab 35 - Kabar Bahagia
37
Bab 36 - Belum Bisa Pulang
38
Bab 37 - Praduga
39
Bab 38 - Selalu Bersama
40
Bab 39 - Mengantar Dia Pergi
41
Bab 40 - Senyum Bahagia Keluargaku
42
Bab 41 - Kehilangan Inspirasi
43
Bab 42 - Pertemuan Tak Terduga
44
Bab 43 - Konser Amal
45
Bab 44 - Ini Bukan Kebetulan
46
Bab 45 - Dia Tidak Akan Tahu
47
Bab 46 - Mimpi Jadi Nyata
48
Bab 47 - Wanita Pilihan Adikku
49
Bab 48 - Aku Gila Karenamu
50
Bab 49 - Sebuah Kesalahan
51
Bab 50 - Meredam Rasa Bersalah
52
Bab 51 - Normal Versiku
53
Bab 52 - Acara Tetap Berjalan
54
Bab 53 - Menikmati Liburan
55
Bab 54 - Putri Ayuku
56
Bab 55 - Berakhir Tidak Menyenangkan
57
Bab 56 - Kamu Berubah
58
Bab 57 - Kami Sudah Tahu
59
Bab 58 - Inikah Pembalasanmu?
60
Bab 59 - Konfrontasi
61
Bab 60 - Silakan Khianati Aku
62
Bab 61 - Pria Sejati
63
Ba 62 - Bertahan demi Reputasi
64
Bab 63 - Silakan Sakiti Aku
65
Bab 64 - Memuji Setinggi Langit
66
Bab 65 - Aku Membencimu
67
Bab 66 - Tidak Pergi Jauh
68
Bab 67 - Strategi Baru
69
Bab 68 - Masih Ada Harapan
70
Bab 69 - Kelemahannya Adalah Tanggal
71
Bab 70 - Perubahan Besar
72
Bab 71 - Sikap yang Berbeda
73
Bab 72 - Aku Terlihat Tua
74
Bab 73 - Aku Percaya
75
Bab 74 - Restu Orang Tua
76
Bab 75 - Aku Membuatmu Malu
77
Bab 76 - Tinggalkan Dia
78
Bab 77 - Rahasia Kelam
79
Bab 78 - Ini Anak Suamiku
80
Bab 79 - Alasan Sebenarnya
81
Bab 80 - Satu Kesalahan
82
Bab 81 - Kado yang Diinginkan
83
Bab 82 - Akhirnya, Kita Bertemu
84
Bab 83 - Lukamu Terlalu Dalam
85
Bab 84 - Memberi Harapan
86
Bab 85 - Putusan yang Menentukan
87
Bab 86 - Wanita di Sekitarku
88
Bab 87 - Hidupku Tanpamu
89
Bab 88 - Hargai Dia
90
Bab 89 - Sahabatku Selamanya
91
Bab 90 - Tamu Tak Diundang
92
Bab 91 - Hanya Sebuah Saran
93
Bab 92 - Wanita yang Gigih
94
Bab 93 - Pertemuan Kembali
95
Bab 94 - Rencana Tak Terduga
96
Bab 95 - Itu Namaku
97
Bab 96 - Kita Sudah Bercerai
98
Bab 97 - Pergi Berlibur
99
Bab 98 - Berkencan
100
Bab 99 - Godaan Besar
101
Bab 100 - Bukumu Jelek
102
Bab 101 - Aku Tidak Menyesal
103
Bab 102 - Berlibur Sambil Belajar
104
Bab 103 - Berkemah
105
Bab 104 - Jembatan Goyang
106
Bab 105 - Satu Sama
107
Bab 106 - Kehilangan Jejak
108
Bab 107 - Satu-satunya Harapan
109
Bab 108 - Perkelahian Sengit
110
Bab 109 - Terjadi Lagi
111
Bab 110 - Hari Terakhir
112
Bab 111 - Tinggallah Bersama Kami
113
Bab 112 - Merajuk
114
Bab 113 - Pikirkan Solusinya
115
Bab 114 - Pertanyaan Tersulit
116
Bab 115 - Saling Memaafkan
117
Bab 116 - Satu Orang Lolos
118
Bab 117 - Cinta Itu Sayang
119
Bab 118 - Belajar dari Kesalahan
120
Bab 119 - Rahasia Demi Rahasia
121
Bab 120 - Percakapan Tanpa Hasil
122
Bab 121 - Berita Bahagia
123
Bab 122 - Rahasia Terakhir
124
Bab 123 - Masih Ada Kesempatan
125
Bab 124 - Perayaan Kecil-kecilan
126
Bab 125 - Salah Memilih Lawan (Hendra)
127
Bab 126 - Pertemuan Rahasia
128
Bab 127 - Harga Cinta Kita
129
Bab 128 - Berhenti Berandai
130
Bab 129 - Berkemah di Alam Bebas
131
Bab 130 - Ini Bukan Cinta
132
Bab 131 - Ayo, Berkemah Lagi
133
132 - Menghadapi Masalah Bersama
134
Bab 133 - Biar Aku yang Tangani
135
Bab 134 - Bicara dengan Tembok
136
Bab 135 - Usahanya Boleh Juga
137
Bab 136 - Beri Aku Waktu (Hendra)
138
Bab 137 - Akui dengan Cara Terhormat (Hendra)
139
Bab 138 - Teman Baru
140
Bab 139 - Hadapi dengan Dingin
141
Bab 140 - Sekolah Baru
142
Bab 141 - Direndahkan di Depan Umum
143
Bab 142 - Opini Publik
144
Bab 143 - Anugerah
145
Bab 144 - Wanita yang Terhormat
146
Bab 145 - Bencana di Tengah Perayaan
147
Bab 146 - Berdiri Bersama
148
Bab 147 - Hadapi Kami Juga
149
Bab 148 - Hari Bahagia Sahabatku
150
Bab 149 - Cukup Sudah (Hendra)
151
Bab 150 - Jangan Ambil Anakku
152
Bab 151 - Sakitnya Kehilangan
153
Bab 152 - Cukup Tiga Puluh Menit
154
Bab 153 - Jadikan Aku Kekuatanmu
155
Bab 154 - Stadium Dua
156
Bab 155 - Liburan Panjang
157
Bab 156 - Beruntung
158
Bab 157 - Menyusun Rencana
159
Bab 158 - Liburan Berakhir
160
Bab 159 - Pembalasan
161
Bab 160 - Pertunjukan
162
Bab 161 - Persiapan
163
Bab 162 - Masih Ada Harapan
164
Bab 163 - Membujuk
165
Bab 164 - Restoran Kesukaan
166
Bab 165 - Opsi Kedua
167
Bab 166 - Bukan Rahasiaku
168
Bab 167 - Kasus Khusus
169
Bab 168 - Syarat Damai
170
Bab 169 - Wanitaku Satu-satunya
171
Bab 170 - Persiapan Terakhir
172
Bab 171 - Bertambah Usia
173
Bab 172 - Jawaban dari Masalah Kita
174
Bab 173 - Di Antara Dua Wanita
175
Bab 174 - Benci Tetapi Sayang
176
Bab 175 - Sang Pelindung
177
Bab 176 - Hari Bahagia
178
Bab 177 - Doa Mertua
179
Bab 178 - Biar Aku yang Balas
180
Bab 179 - Terpukul
181
Bab 180 - Menantu yang Kupilih (Naava)
182
Bab 181 - Makanan Kesukaan
183
Bab 182 - Pemberian Kakek
184
Bab 183 - Itu Komitmen Kamu
185
Bab 184 - Berita Bohong
186
Bab 185 - Satu Masalah Selesai
187
Bab 186 - Aku Marah
188
Bab 187 - Menang Taruhan
189
Bab 188 - Kartu As
190
Bab 189 - Harga Diri
191
Bab 190 - Hari Pertama
192
Bab 191 - Pulang
193
Bab 192 - Beri Dia Kesempatan
194
Bab 193 - Dua Tamu
195
Bab 194 - Kunjungan Terakhir
196
Bab 195 - Pergi untuk Selamanya
197
Bab 196 - Udara Kedamaian
198
Bab 197 - Mamaku Sudah Pergi
199
Bab 198 - Melanggar Perintah
200
Bab 199 - Batalnya Syarat Damai
201
Bab 200 - Hukuman
202
Bab 201 - Teguran
203
Bab 202 - Blak-blakan
204
Bab 203 - Pengganggu
205
Bab 204 - Objektif
206
Bab 205 - Galak
207
Bab 206 - Kencan Ganda
208
Bab 207 - Serasi
209
Bab 208 - Terburu-buru
210
Bab 209 - Tersinggung
211
Bab 210 - Cerita Lucu
212
Bab 211 - Hanya Sementara
213
Bab 212 - Syukuran
214
Bab 213 - Menghargai Pilihanku
215
Bab 214 - Lamaran Si Kecil
216
Bab 215 - Tidak Khawatir Lagi
217
Bab 216 - Pembicaraan yang Serius
218
Bab 217 - Dibutakan Cinta
219
Bab 218 - Wanita Aneh
220
Bab 219 - Peringatan
221
Bab 220 - Ancaman
222
Bab 221 - Menyambut Harinya
223
Bab 222 - Jaga Emosimu
224
Bab 223 - Buka Puasa
225
Bab 224 - Kabar dari Kafin
226
Bab 225 - Dia Harus Hidup
227
Bab 226 - Tetap di Sisinya
228
Bab 227 - Kepalaku Kosong
229
Bab 228 - Bukan Tebakan Asal
230
Bab 229 - Kekhawatiran Baru
231
Bab 230 - Sedikit demi Sedikit
232
Bab 231 - Terbakar Cemburu
233
Bab 232 - Di Balik Kata Cinta
234
Bab 233 - Serangan Balasan
235
Bab 234 - Salah Paham
236
Bab 235 - Sambutan di Rumah
237
Bab 236 - Aku Yakin
238
Bab 237 - Mematangkan Rencana
239
Bab 238 - Terulang Lagi
240
Bab 239 - Salah Mengenal
241
Bab 240 - Dua Kali Lipat
242
Bab 241 - Pengecut
243
Bab 242 - Laki-laki Bodoh
244
Bab 243 - Penggeledahan
245
Bab 244 - Kunjungan Tak Terduga
246
Bab 245 - Memaksa Dia Pulang
247
Bab 246 - Déjà Vu
248
Bab 247 - Musuh yang Tersudut
249
Bab 248 - Daftar Hitam
250
Bab 249 - Jatuhnya Para Musuh
251
Bab 250 - Dua Perayaan
252
Bab 251 - Hanya Penasaran
253
Bab 252 - Kita Hadapi Bersama
254
Bab 253 - Andilku
255
Bab 254 - Sesalku
256
Bab 255 - Kebanggaanku
257
Bab 256 - Kebahagiaanku
258
Catatan Penutup
259
Pemberitahuan Sekuel
260
Buku Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!