Semakin dia menolak dan marah kepadaku, aku semakin tertantang untuk mendapatkan cintanya. Aku tidak pernah melewatkan peristiwa penting dalam hidupnya. Aku mengiriminya hadiah dan bunga setiap kali dia berulang tahun. Aku tidak bisa datang pada hari wisudanya karena sedang bekerja di luar kota, maka aku hanya mengirim hadiah, boneka, dan bunga untuknya.
Ketika Papa menyarankan aku untuk melanjutkan studi ke luar negeri, aku tidak menolak. Aku memang masih perlu belajar. Meskipun aku tahu bahwa gadis itu akan menolakku mentah-mentah, aku masih datang dan mencoba lagi. Jika reaksi teman-temannya senang melihat kedatanganku, dia tidak. Dia masih bersikap dingin kepadaku.
Langkahku berat saat akan meninggalkan tanah air untuk menuntut ilmu di luar negeri. Namun aku menyerahkan keyakinanku kepada waktu. Jika gadis itu untukku, dia tidak akan menikah sampai aku kembali. Jika dia memang bukan untukku, maka aku rela dia menikah dengan pria yang mencintainya.
Dan waktu masih berpihak kepadaku. Aku kembali dan dia masih berpacaran dengan pria tersebut. Mereka belum juga menikah. Kepercayaan pria itu sangat tinggi, aku harus angkat topi untuk hal itu. Aku yang memiliki segalanya dan bisa mendapatkan segalanya yang aku mau saja tidak memiliki kepercayaan diri setinggi itu.
Aku hanya tertawa kecil melihat gadis yang telah mencuri hatiku itu tumbuh menjadi seorang wanita muda yang sangat percaya diri. Dia bahkan semakin cantik dengan pakaian kerjanya. Dia menatapku tidak percaya saat aku datang kembali dan mengajaknya untuk makan malam.
Seperti biasa, rekan-rekan kerjanya terlihat senang tetapi dia bersikap dingin kepadaku. Ya, Tuhan, apa yang bisa aku lakukan untuk mendapatkannya? Aku ingin dia menjadi milikku.
Cara baik-baik tidak berhasil, maka aku menggunakan cara yang lebih ekstrem. Aku mendapatkan nomor telepon rumahnya dan menghubungi orang tuanya. Aku bersyukur ayahnya yang menjawab. Pria itu terdengar antusias saat aku menyebut nama lengkapku dan menyambut baik keinginanku untuk datang ke rumah mereka.
Papa dan Mama tidak pernah meragukan pilihanku atas apa pun. Mereka berdua bersorak senang saat aku menyatakan keinginanku untuk melamar seorang gadis menjadi istriku. Mereka bahkan tidak peduli ketika nama orang tuanya tidak mereka kenal. Aku bersyukur mereka tidak memaksaku harus menikahi gadis dari kalangan kami.
Aku tidak akan pernah melupakan indahnya mata itu ketika membulat melihatku berdiri di ambang pintu rumahnya. Aku hanya tersenyum melihat dia menatapku tidak suka saat kedua orang tua kami saling memperkenalkan diri dan menjadi akrab dengan cepat.
Usai makan malam, aku menyampaikan niatku untuk menikahi putri mereka. Orang tua gadis itu menyambut baik tetapi tentu saja gadis itu segera menolakku mentah-mentah. Aku melihat kedua orang tuanya keberatan dengan sikapnya tersebut. Papa melerai dan meminta maaf atas namaku.
Entah gadis ini dibutakan oleh cinta atau dia tidak mengetahui siapa aku yang sebenarnya, aku akui bahwa aku terkejut dengan sikapnya itu. Saat gadis lain berusaha keras untuk bisa mendapatkan perhatianku, dia menolak cintaku. Ketika wanita lain berebut untuk menjadi istriku, dia menolak lamaranku begitu saja.
“Aku tidak akan pernah percaya hal ini terjadi, jika aku tidak melihatnya dengan mata kepalaku sendiri.” Papa tertawa terbahak-bahak. Kami sedang dalam perjalanan pulang dari rumah gadis itu. Orang tuaku duduk di jok belakang sedang tertawa bersama, sedangkan aku di samping sopir pribadi Papa. “Ada gadis yang menolak menjadi istri putraku.”
“Apa yang sudah kamu lakukan kepadanya sampai dia begitu tidak menyukaimu, Nak?” tanya Mama tidak percaya. “Papa lihat, ‘kan, bagaimana ekspresinya tadi saat menyambut kita di rumahnya?”
“Iya, iya.” Papa tertawa lagi. “Baru kali ini aku melihat orang tidak suka dengan kedatangan kita. Biasanya kita disambut dengan ramah dan penuh hormat. Nak, mamamu benar. Apa yang sudah kamu lakukan kepada gadis itu?”
“Aku senang melihat Papa dan Mama begitu bahagia ketika aku sedang bersedih.” ucapku sarkas.
“Gadis yang sudah ditunangkan dengan orang kaya saja menolak untuk menikah dan lebih memilih untuk bersamamu, bagaimana bisa seorang gadis biasa menolak kesempatan untuk bisa hidup nyaman bersamamu?” Mama tertawa kecil.
“Kamu sebaiknya memilih gadis yang lain. Yang satu ini tidak akan pernah menjadi milikmu, Nak.” Papa menepuk bahuku. “Dia sangat mencintai kekasihnya.”
“Papa tahu bahwa aku tidak pernah salah memilih. Aku tidak akan berhenti sampai dia menjadi milikku. Pria itu hanya bermain-main dengannya. Jika dia serius, dia pasti sudah menikahinya.” ucapku meyakinkan mereka. Papa dan Mama akhirnya berhenti tertawa. Mereka pasti mendengar nada sangat serius pada intonasi suaraku.
“Jika kamu terus begini, dia akan semakin membencimu. Tidak ada gunanya menikah dengan seseorang yang tidak menyukai kita.” Mama memberi nasihat.
“Mama jangan khawatir. Aku tahu apa yang sedang aku lakukan.”
Gadis itu semakin membenciku tetapi aku tidak menyesali usahaku tersebut. Aku serius dengannya, jadi mengapa aku harus menahan diri untuk mencoba lagi?
Hari itu aku baru kembali dari perjalanan keluar kota. Aku sedang menaiki anak tangga ketika Abdi memberitahu bahwa ada wanita bernama Zahara yang meminta bertemu denganku. Jantungku mulai berdebar lebih cepat. Gadis itu datang ingin menemuiku?
Aku mempersilakan agar pintu gerbang dibuka dan meminta agar makanan ringan dan teh hangat disajikan untuknya. Aku harus bergegas menuju kamar dan membersihkan diri. Aku tidak mungkin menemuinya dengan keadaan kusut begini.
Setelah mandi dan berganti pakaian secepat yang aku bisa, aku segera menuju ke ruangan di mana dia berada. Aku tertegun sejenak melihat betapa cantiknya dia dengan baju berwarna putih dan rambut panjangnya dibiarkan tergerai.
Entah apa yang membuatnya begitu marah kepadaku, tetapi dia mencurigai bahwa aku pernah bertemu atau bicara dengan orang tuanya setelah malam kedatanganku dan orang tuaku ke rumah mereka. Aku tidak suka berbohong. Lagi pula aku tertarik kepadanya bukan orang tuanya.
Kami bertengkar hebat untuk kesekian kalinya. Namun baru kali itu dia menghina penampilanku habis-habisan. Aku sadar bahwa aku tidak menarik secara fisik, tetapi mendengar kata-kata itu keluar langsung dari mulut gadis yang aku cintai, menghancurkan hatiku.
Mungkin memang sudah saatnya aku mundur sejenak. Memaksakan kehendakku kepadanya hanya akan membuatnya semakin membenciku dan merusak rencanaku untuk bisa menikahinya. Aku tidak ingin menikah dengan gadis yang akan membenciku seumur hidupnya.
“Nak, apa yang sudah kamu lakukan?” tanya Papa yang tiba-tiba saja masuk ke ruang makan. Mama menyusul di belakangnya. Setahuku mereka sedang menghadiri undangan makan siang, dilanjutkan dengan menghadiri resepsi pernikahan pada sore hari. Cepat juga mereka sudah kembali.
“Apa yang sudah aku lakukan, Pa?” Aku membersihkan mulut dengan serbet. Seorang pelayan mengambil piringku yang sudah kosong dari depanku. “Terima kasih.”
“Yousef meneleponku dan mengatakan bahwa Zahara setuju untuk menikah denganmu,” ucap Papa dengan nada tidak percaya. Aku tertawa mendengarnya.
“April mop sudah lewat, Pa. Jangan bercanda.” Orang tuaku sering sekali bercanda dan aku tidak keberatan menjadi sasaran mereka.
“Aku serius. Bisakah kamu juga serius menanggapiku?” Papa kini menggunakan intonasi suara yang serius. Aku berhenti tertawa. Aku menoleh ke arah Mama yang juga sedang menatapku dengan wajah serius. “Apa yang ingin kamu lakukan sekarang? Dia sudah menolakmu, apakah kamu masih ingin menikah dengannya?”
Jika ayahnya sampai menelepon dan bicara langsung dengan Papa, maka pasti gadis itu sendiri yang menginginkan ini. Aku tidak peduli apa alasannya sehingga dia berubah pikiran. Aku juga tidak peduli dengan semua kata-katanya yang menyakitkanku tadi. Aku masih menginginkannya.
Sebelum dia menyesali keputusannya dan berubah pikiran lagi, aku meminta orang tuaku untuk segera menyiapkan pernikahan kami. Secepat yang bisa mereka lakukan. Aku tidak ingin memberi gadis itu kesempatan untuk lari lagi dariku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Rina Arlita
kak Mel.. ceritanya mkin seru
ak mkin Sukasa😘😘🌹🌹🌹
2021-11-03
4
Zahara Letto
mana lanjutan nya kak mei?
2021-10-31
3
Kevin Evander
napa belum up mel?
2021-10-31
2