~Za~
Perlahan aku membuka mata. Sisi tempat tidur di sampingku kosong. Aku menguap pelan lalu duduk. Gaun tidurku tipis sehingga tanpa selimut yang menutupi tubuhku, badanku segera menggigil. Aku meraih remote dan menaikkan suhu kamar. Jubah sutra yang ada di atas sandaran sofa, aku ambil dan kenakan. Tali pada bagian pinggangnya aku ikat dengan erat.
Sambil menguap, aku masuk ke ruang pakaian dan menyalakan lampu. Ruangan itu nyaris seluas kamar tidur. Pakaianku dan suamiku diletakkan dengan rapi di ruangan tersebut. Setelah memilih pakaian dan asesoris untuk dipakai pada hari ini, aku menuju kamar mandi.
Satu jam kemudian aku sudah rapi, lengkap dengan riasan wajah dan tataan rambut sehari-hariku. Di ruang makan, sarapan untukku telah tersaji di atas meja. Yuyun, salah satu pelayan wanita kami, membantu melayaniku. Dia mengisi piring dan gelas setiap kali kosong.
Usai sarapan, aku ke ruangan yang khusus dibuat untukku. Ada sofa mengeliling meja kayu berukir di tengah ruangan. Lemari berisi buku di sebelah kanan ruangan. Yang paling aku sukai, jendela besar di ruangan itu. Matahari pagi akan masuk menghangatkan ruangan. Pada sore hari, ruangan tersebut akan menjadi sejuk.
Bila aku sedang berada di dalam ruangan ini, tidak akan ada seorang pun yang mengganggu, termasuk suamiku. Aku menggunakan waktuku berada di sini untuk menulis. Aku secara khusus membuat sebuah blog yang berisi tren mode pakaian, kuliner, interior, juga objek-objek wisata yang sudah pernah aku kunjungi.
Saat ini aku sedang belajar menulis fiksi dan sambutan serta dukungan dari para pembaca blogku sangat positif. Ada ribuan pembaca yang setia membaca bab demi bab yang aku unggah. Aku nyaris berada pada bab terakhir buku fiksi pertama yang aku tulis.
Menjelang makan siang, aku menghentikan kegiatan itu. Aku mengambil salah satu tas dari kamar, memasukkan semua benda yang akan aku butuhkan, lalu bergegas menuju garasi. Dengan kunci di tangan, aku membuka pintu mobil Audi milikku. Pintu garasi pun terbuka dengan automatis.
Aku mengendarai mobil keluar dari garasi menuju gerbang depan yang segera terbuka sehingga aku tidak perlu menunggu. Setelah melihat keadaan lalu lintas di kanan dan kiri mobil, aku memasuki jalan raya. Satu jam kemudian, aku tiba di depan sebuah restoran.
Seorang pria membukakan pintu untukku sambil tersenyum dengan ramah. Pria lainnya mengantar aku menuju meja di mana teman-teman telah menanti. Ketiga sahabatku itu berdiri begitu melihat kedatanganku. Setelah saling mencium dan berpelukan, kami duduk dan memesan makanan masing-masing. Qiana dan Lindsey tidak banyak makan karena sedang diet ketat, sedangkan aku dan Darla memesan apa saja yang kami suka tanpa peduli dengan berat badan.
Ketiga wanita itu aku kenal pertama kali sekitar lima tahun yang lalu. Saat itu aku membayar pakaian yang aku beli dengan kartu kredit di sebuah department store. Dengan kartu yang sama, aku berniat membayar sepatu dan tas yang aku beli di butik lain. Tetapi aku baru menyadari bahwa aku memegang kartu yang berbeda.
Aku kembali ke department store tadi. Setelah dicari-cari, kartu kreditku tidak ada di kasir tersebut. Aku sangat panik. Seorang wanita yang mengantri di belakangku, menolong dan menemaniku pergi ke bagian informasi. Di sana juga tidak ada orang melaporkan keluhan tertukarnya kartu kredit.
Wanita bernama Lindsey itu menghiburku dan menyarankan agar aku menelepon bank meminta agar mereka membekukan kartu kreditku sebelum disalahgunakan oleh orang lain. Saat kami akan pergi dari tempat itu, dua orang wanita datang.
Salah satu dari mereka terlihat panik. Dia mengadukan hal yang sama kepada wanita di bagian informasi tersebut. Aku menunjukkan kartu kredit yang aku pegang dan tersenyum bahagia melihat kartu kredit yang ditunjukkan wanita tersebut kepadaku.
Itu adalah pertama kalinya kami, empat orang yang tidak saling mengenal, berkenalan. Kami makan siang bersama dan tertawa dengan kejadian yang baru saja terjadi. Kemudian kami saling bertukar nomor telepon dan sejak hari itu kami menjadi akrab dan bersahabat baik, tidak peduli dengan perbedaan usia di antara kami.
Mereka bertiga adalah sahabat yang saat ini aku miliki. Aku memutuskan hubungan dengan sahabat lama karena lelah mendengar mereka mempertanyakan keputusanku menikah dengan Hendra. Mereka juga terus berusaha membujukku agar kembali kepada Aldo dan memberinya satu kesempatan lagi. Melakukannya tidak semudah mengucapkannya.
Tidak ingin membuat malu keluarga besarku dan merusak reputasiku sendiri dengan melanggar janji pernikahan dengan calon suamiku saat itu, aku menentang ucapan semua sahabat lamaku. Semua sahabatku adalah sahabat Aldo juga, jadi aku mengerti mengapa mereka melakukannya. Dan aku terpaksa mengakhiri hubungan dengan mereka juga.
Setelah makanan pesanan kami dicatat, pelayan meninggalkan meja kami. Percakapan awal adalah tentang kabar kami masing-masing. Kemudian berlanjut pada perkembangan kegiatan sosial yang kami dukung bersama. Saat makanan datang, kami makan dalam diam atau bicara seminimal mungkin. Salah satu didikan untuk wanita kelas atas yang tidak pernah kami langgar.
Setelah kami selesai makan dan piring serta gelas kosong dibersihkan, makanan dan minuman ringan pun diantar ke meja. Percakapan seputar keluarga dimulai. Qiana mengabarkan tentang anaknya yang berhasil masuk ke perguruan tinggi favorit di Yogyakarta. Untuk ke sekian kalinya, dia memamerkan prestasi anak keduanya yang menjadi juara kelas.
Suaminya mencoba lagi untuk masuk ke jajaran legislatif pada pemilihan tahun ini. Mereka sudah menghabiskan begitu banyak uang pada pemilihan empat tahun yang lalu dan kalah telak. Tetapi sepertinya mereka tidak jera untuk mencoba lagi.
Darla memberitahukan mengenai perkembangan persiapan pernikahan putrinya dengan salah satu konglomerat muda di kota kami. Dia begitu bangga menyebut nama desainer mode pernikahan terkenal yang membuat gaun khusus untuk putrinya tersebut. Dia membawa sebuah map, kami membukanya dan berdecak kagum melihat contoh desain gaun yang dirancang desainer itu.
Resepsi pernikahan akan dilangsungkan di Bali yang membuat kami kembali memukau kagum. Pasti akan ada banyak uang yang mereka keluarkan demi pernikahan tersebut. Tetapi mereka juga kelihatannya tidak keberatan.
Lindsey bercerita tentang putranya yang bulan depan akan wisuda dari salah satu kampus bergengsi di Amerika. Dia dan suaminya akan hadir dalam acara tersebut. Sekaligus ingin berkenalan dengan calon istri anaknya yang kabarnya adalah warga negara asli di sana. Dia dan suaminya sama sekali tidak keberatan memiliki menantu seorang wanita asing.
Kami sudah pernah melihat fotonya. Wanita muda cantik dengan rambut cokelat gelap dan bermata abu-abu. Dia juga kelihatannya adalah seorang perempuan yang baik. Pernikahan mereka akan dilangsungkan pada pertengahan tahun depan. Mereka masih mendiskusikan apakah pernikahannya akan diadakan di Indonesia atau Amerika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
langit sore
wah udah nikah ya zahara hendra
2022-05-25
2
Kevin Evander
thx mel
2021-10-31
3