Lalu aku harus bagaimana? Menerima dengan rela suamiku menceraikanku dan menikah dengan wanita lain? Setelah itu ke mana aku akan melangkah? Selama kami menikah, aku telah menyerahkan segala kebutuhanku kepadanya. Aku tidak bekerja, aku tidak perlu melakukan apa pun selain di rumah mengurus kebutuhan rumah tangga dan melayaninya. Kini suamiku sudah tidak menginginkan aku lagi.
“Sayang,” Hendra berlutut di hadapanku dan meraih tanganku. Aku segera menarik tanganku menjauh dari jangkauannya.
“Jangan sentuh aku! Kamu telah menyentuh wanita lain dengan tangan itu,” semprotku. Aku menghapus air mata di kedua pipiku dengan kedua punggung tanganku.
“Tidak. Sayang, dengarkan aku.”
“Aku tidak mau dengar!”
“Hanya aku dan dia yang ada di dalam kamar itu. Kalau kamu tidak mau mendengar penjelasanku, dari mana lagi kamu akan mendapatkan penjelasan?” ucapnya. Aku pun terdiam. Dia menerimanya sebagai tanda bahwa aku mempersilakannya untuk meneruskan ucapannya.
“Aku minta maaf. Seharusnya kamu mendengar tentang hotel itu dariku, bukan dari Kafin. Aku tidak siap melihatmu terluka dan berniat membicarakan ini denganmu besok. Bukan malam ini,” sesalnya.
“Aku sangat marah kepadamu. A, aku seharusnya tidak marah. Tentu saja kamu berhak untuk mencintaiku atau tidak. Hatimu bukan milikku. Semalam aku kalap dan mencoba melampiaskan amarahku dengan cara yang salah.
“Tapi, sayang, aku tidak melakukan apa pun kepada wanita itu. Kami hanya berciuman. Aku tidak bisa melanjutkannya karena kamu tidak pantas diperlakukan sejahat itu. Aku sama sekali tidak mengkhianatimu, sayang. Sungguh, aku tidak mengkhianatimu.”
“Kamu menciumnya,” ucapku dengan suara bergetar. Hendra menundukkan kepalanya, tidak sanggup melihat mataku. Dia tidak pernah mencium tanpa perasaan.
“Iya. Aku minta maaf. Aku sungguh-sungguh minta maaf.”
Itu bukan terakhir kalinya suamiku minta maaf. Setiap kali dia melihatku sedih atau melakukan sesuatu yang menunjukkan aku sedang marah, dia selalu meminta maaf. Dan aku berubah sejak malam itu. Aku tidak bisa menahan diriku untuk berubah.
Aku pikir kejadian itu akan bisa menjadi tiketku untuk keluar dari pernikahan kami. Tetapi menuntut cerai dari seorang pria yang nyaris tidur dengan wanita lain sama sekali tidak bisa dijadikan alasan. Apalagi suamiku sangat baik dan bersikap hormat kepadaku. Semua orang pasti akan berpihak kepadanya. Papa dan mama kami, keluarga besar, sahabat, akan memilih berada di pihaknya.
“Aku janji, aku akan mendapatkan maaf darimu,” ucap Hendra membuyarkan lamunanku. Dia berdiri, menundukkan badan untuk mencium bibirku, lalu melepaskan pelukannya. “Aku mandi.”
Aku duduk di tepi tempat tidur, melihatnya masuk ke dalam kamar mandi. Pria itu tersenyum kepadaku sambil menutup pintu. Begitu pintu tertutup, aku mendesah pelan. Aku menyentuh bibir lalu dadaku. Suamiku tahu benar bagaimana membuatku bahagia. Dia tahu di mana dia bisa menyentuh hatiku hanya dengan menyentuh bagian tubuhku yang sensitif.
Akan lebih mudah bagiku mengutuki pernikahan kami bila Hendra adalah suami yang jahat dan suka memukul. Tetapi tidak, hidup tidak menjadikan segalanya mudah bagiku. Aku menikahi pria yang tidak aku cintai, namun aku tidak pernah kekurangan perhatian dan kasih sayang. Hendra tahu betul bagaimana menunjukkan cintanya.
Bila kami berjalan ke pusat perbelanjaan, apa yang menarik perhatian mataku pasti sudah menunggu di rumah ketika kami pulang. Bila aku sedang bosan dan tidak bergairah, akhir pekan itu kami akan berlibur ke tempat-tempat yang indah. Bila aku sedang sedih, suamiku akan menemaniku di rumah dan kami menonton film suspense sepanjang hari.
Bahkan saat aku rindu keluarga, malam itu juga kedua orang tuaku dan Zach makan malam bersama kami. Saat aku ingin bertemu teman-teman, mereka akan datang menjemputku ke rumah dan kami menghabiskan waktu di mal atau salon.
Sejak kami menikah, segala yang aku butuhkan, aku dapatkan. Hendra tidak pernah membiarkan aku merasa kekurangan atau kurang beruntung bila dibandingkan dengan wanita lain. Aku mendapatkan apa pun baju yang aku inginkan, memiliki perhiasan yang mahal, perawatan kulit dan rambut terbaik, pelayanan di rumah, bahkan makanan apa pun yang ingin aku coba akan aku dapatkan.
Dengan semua itu, banyak wanita lain yang cemburu dan iri kepadaku. Aku tidak hanya memiliki suami yang mencintaiku tetapi juga segala hal yang diinginkan banyak wanita. Hal itu membuat banyak wanita mencoba untuk merebutnya dariku. Sayangnya, belum ada satu orang pun yang berhasil melakukannya.
Hendra tidaklah tampan. Matanya terlalu kecil, hidungnya terlalu besar, dan bibir yang terlalu tebal pada wajah yang berbentuk persegi. Yang bisa menarik perhatian wanita hanyalah tinggi tubuh dan kulitnya yang putih pucat. Bila dia tersenyum, dia terlihat begitu tulus dan bahagia dengan gigi putih rapinya dan lesung pipi di kedua pipinya.
Dan tentu saja status dan kekayaan yang dimilikinya akan membuat wanita mana pun mengabaikan kekurangan fisiknya tersebut demi kehidupan yang nyaman dan berkecukupan.
Tetapi semua itu tidak pernah menarik perhatianku. Tidak dahulu, tidak juga setelah kami menikah selama enam tahun. Apa yang dikatakan orang mengenai cinta akan tumbuh dengan berjalannya waktu, tidak aku alami. Enam tahun bersama, hanya cinta Hendra yang tumbuh semakin dalam. Aku tetap tidak punya perasaan apa pun kepadanya.
Mendengar bunyi air pancuran sudah berhenti, aku mendesah pelan. Setelah menyikat gigi dan merapikan rambutnya, Hendra akan keluar dari kamar mandi. Kami telah berpisah selama seminggu, walaupun aku yakin suamiku pasti sangat lelah, aku perlu bersiap-siap andai dia mengajakku berhubungan intim.
Aku memasuki ruang pakaian dan mengganti baju dengan salah satu gaun tidurku. Setelah menarik napas panjang, aku berjalan menuju tempat tidur. Bertepatan dengan itu, Hendra keluar dari kamar mandi dan segera memelukku dari belakang.
“Hm. Dengan istri sepertimu, seorang suami pasti tidak sabar untuk segera pulang dari perjalanan bisnisnya.” Dia mencium leherku. Aku menelengkan kepala untuk memberinya kemudahan menciumku. “Apa kamu akan marah kalau kita tidak melakukannya malam ini? Aku lelah sekali.”
“Tidak. Aku juga sangat lelah,” jawabku pelan. Hendra mencium rahangku kemudian melonggarkan pelukannya, perlahan dia memutar tubuhku dan mencium pipiku sebelum berakhir di bibirku.
Dia menciumku dengan perlahan menungguku mengizinkannya untuk masuk. Aku membuka mulutku dan mempersilakannya melakukan apa pun yang dia inginkan. Dia menciumku hingga kakiku terasa lemah tidak sanggup menahan berat tubuhku sendiri. Aku melingkarkan kedua tanganku di lehernya, bersandar kepadanya.
Salah satu tangan Hendra yang semula berada di pinggangku, naik perlahan hingga menopang kepalaku dan dia memperdalam ciumannya. Aku terus mengingatkan diriku sendiri agar bernapas. Aku sudah mengenal tubuhnya, seperti halnya dia mengenalku, tetapi aku masih sering terkejut mengetahui betapa mudahnya dia mengajakku terbang bersamanya.
Bagaimana aku bisa meyakinkannya bahwa aku tidak menginginkannya, ketika tubuhku bereaksi seperti ini terhadap sentuhannya? Mulut dan hatiku selalu berkata tidak, tetapi tubuhku tidak berhenti mendambakannya.
Aku segera merasa kehilangan saat dia mencium pipiku, “Tidak malam ini, sayang.” Dia mencium leherku, pundakku lalu melepaskan pelukannya. Dia berjalan menuju sisi tempat tidur di mana biasanya dia berbaring.
Mengingat bahwa aku belum membersihkan diri, aku menuju kamar mandi. Aku menyikat gigi, membersihkan semua sisa riasan pada wajah, kemudian mengolesi krim malam pada wajahku. Setelah memadamkan lampu kamar mandi, aku berbaring di sisi suamiku.
Hendra membuka matanya. Dengan alat pengontrol di tangannya, dia memadamkan lampu dan hanya menyalakan satu lampu meja yang cahayanya redup. Dia beringsut mendekatiku. Sambil memelukku, dia memejamkan matanya.
“Selamat malam, sayang. Aku mencintaimu.” Dia mencium rambutku.
“Selamat malam.” Perlahan aku mendesah napas lega. Syukurlah, aku tidak harus melayaninya di tempat tidur malam ini. Aku bisa tidur dengan pulas. Tetapi ada bagian kecil di hatiku yang merasa kecewa Hendra tidak mengakhiri apa yang telah dia mulai tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
langit sore
ayo za belajar cintai suamimu
2022-05-25
2
Gio Booklover
kak mei ini happy ending toh?
2021-11-01
4
Doersdey Silalahi
penasaran dengan wajahnya Hendra😁😁😁apakah karena itu Zahara tidak bisa jatuh cinta🤭🤭🤭
2021-11-01
4