Aku menendang kaleng bekas yang kebetulan ada di bawah kakiku.
Klontang......
Mata orang-orang itu pasti semakin tak bisa lepas dari memandangku. Masa bodoh kenapa juga mereka harus kepo dengan kehidupan orang lain.
Tiba-tiba aku melihat sosok yang sangat ku benci. Orang yang membuatku hadir di dunia ini tapi dia mencampakkan aku begitu saja. Tanpa pesan dan kata apalagi nafkah.
Berbeda dengan seorang anak yang bahagia atau hanya sekedar menyapa ketika bertemu dengan ayahnya, aku malah muak melihat mukanya. Kenapa tidak pergi jauh saja dari sini sehingga aku dan ibuku tidak perlu melihatnya lagi. Bukankah selingkuhannya tinggalnya juga jauh dari sini tapi kenapa masih saja berkeliaran di daerah sekitar kami.
Dia mungkin sedang menertawakanku sekarang. Mungkin juga dia melihatku dengan Nurul tadi.
Mungkin dia menertawakanku dan mengatakan kalau kita sama.
Bodo amat!! Apa pedulimu, urus saja wanitamu dan menjauhlah dari kehidupan kami!!! Aku berteriak dan mencaci makinya hanya dalam hati.
Segera aku menaiki sepeda motorku dan buru-buru meninggalkan tempat ini agar tak ketularan penyakitnya. Meninggalkan anak dan istrinya begitu saja. Dasar pria tak beradab. Kalau mau berpisah dengan setidaknya beri penjelasan. Dasar manusia tak bertanggungjawab.
Aku masih saja belum puas memaki-maki lelaki yang sudah memporak-porandakan hidupku dan ibuku. Awas saja kalau berani datang lagi pada ibuku dan mengemis-ngemis cintanya. Akan kupatahkan lehernya.
"Aaaaaaaaaaaaaaaa..................!!!!!"
Aku berteriak sekencang-kencangnya di atas sepeda motorku. Para pengguna jalan melihatku dengan tatapan heran. Aku tak menghiraukan mereka. Terserah saja. Aku berharap semoga saja tidak ada anak didikku diantara mereka.
Itu adalah salah satu keburukan ku yang belum bisa ku atasi. Saat melihat lelaki itu atau jika ada tetangga yang menyebutkan kebaikannya aku akan langsung marah dan tak bisa mengendalikannya. Di manapun itu aku sudah tak perduli lagi aku pasti hilang kendali. Aku pasti akan mengeluarkan kejengkelanku dengan marah-marah, berteriak atau menendang dan memukul sesuatu.
Apa bedanya aku dan dia sekarang. Aku sudah punya istri tapi masih berhubungan dengan pacarku?
Aku memang bodoh!! Kenapa mengulangi kesalahan orang yang kubenci.
Tidak ini tidak sama. Aku menikahi Mila karena ingin menyenangkan hati ibu dan menjalankan amanat ibu mertuaku sekaligus sebagai balas budi pada keluarga Mila karena telah menolong kami dengan ikhlas selama bertahun-tahun.
Aku mencoba menarik benang pembatas dan tidak mau disamakan dengan orang itu. Aku mencari pembenaran untuk diriku sendiri.
" Aaaaaaaaaaaaaaaa.........!!!"
Aku menjerit sekuat tenaga sekali lagi karena justru tak bisa mengeluarkan pikiranku tentang orang itu.
Aku benci pada diriku sendiri saat seperti ini. Aku adalah seorang guru. Tindak tandukku harusnya bisa digugu dan ditiru. Menjadi panutan yang sabar dan bijaksana. Tapi lihatlah aku yang hina ini.
Bahkan tadi aku memarahi anak-anak agar menggunakan sepeda ontel jika mau kemana-mana tapi lihatlah , aku sendiri memakai sepeda motor saat ke sekolah. Padahal jarak rumah ke sekolah tidak terlalu jauh. Mila saja naik sepeda.
Baiklah besok aku akan mengayuh sepedaku ketika ke sekolah.
Sampai di rumah aku langsung menaruh sepeda motorku di gang sebelah rumah. Aku masuk ke rumah Mila dengan terburu-buru dan menaruh sepatu dan tasku sembarangan, melemparkannya begitu saja.
Mila sepertinya kaget mendengar suara-suara yang kutimbulkan dan buru-buru keluar dengan kerudung yang hanya disampirkannya begitu saja. Ia memandangku heran tapi aku tak perduli. Aku langsung memeluknya dengan erat. Dia tak membalasnya tapi tak apa. Aku sedang butuh Mila.
"Biarkan begini sebentar....!"
Mila sepertinya faham jika hatiku sedang tidak baik-baik saja. Ia kemudian membalas pelukanku dan mengusap-usap punggungku
Nyamannya.... Aku terbuai dengan suasana. Aku melepaskan pelukanku dan memandang wajahnya. Kerudungnya sudah jatuh di atas lehernya. Aku menyelipkan beberapa helai rambutnya yang berantakan ke belakang telinganya. Ia tak menolak jadi aku melanjutkan aksiku.
Aku memegang kedua pipinya dengan tanganku dan menundukkan kepalaku agar dapat menjangkau bibirnya dan menciumnya sekilas. Mila malah memejamkan matanya dan itu membuatku gelap mata. Aku ******* bibirnya cukup lama sampai dia memukul lengan ku berkali-kali barulah aku berhenti.
" Maaf.... maaf Mil...."Aku memeluknya lagi aku tidak mau dia shock dan takut padaku. Aku akan bersabar dan menunggu. Dia masih terlalu kecil saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
bung@ter@t@i
makanya jadi laki harus tegas ed
2023-09-26
0