"Mil, kamu nggak mau memenuhi wasiat ibumu?" tanya ibu hati-hati
Aku menajamkan pendengaran ku ingin tahu jawaban Mila . Entah kenapa hatiku dag dig dug berharap dia tidak menolaknya.
"Mas sudah punya pacar Bu.... " jawab Mila.
"Apa Edi bukan pria yang baik?" ibu malah mencecarnya lagi
" Bu.... biar begini saja. biarkan aku menjadi adiknya dan biarkan mas bahagia dengan pilihannya" kata Mila. Dari tempatku duduk aku menoleh dan melihat Mila sedang memeluk ibu.
Gadis kecil yang dulu ku gendong di belakang punggungku itu ternyata kini sudah dewasa. Diaa bahkan sudah berfikir tentang dunia pernikahan di usia dininya.
Umurnya baru 16 tahun dan dia sudah duduk di kelas 12 atau kelas 3 SMA. Dia adalah muridku yang paling pintar. Dulu Aku sangat protektif kepadanya. Menjaganya dari anak-anak yang menjahilinya. Aku juga sering mengantar dan menjemputnya ke sekolah tanpa diminta oleh orang tuanya. Tapi itu dulu.
Setelah kuliah barulah aku punya duniaku sendiri, tidak terlalu menjaga dan memperhatikannya. Aku mulai menjalin hati dengan beberapa gadis. Dan kali ini aku merasa gadis yang menjadi pacarku saat inilah yang paling mengena di hatiku. Paling pas dihatiku paling mengerti aku dan menerimaku dengan segala kekuranganku. Dia tidak pernah meminta ini itu. Dia juga sangat cantik, sabar dan keibuan.
"sudah pulang...." Mila menyapaku dengan kata-kata pendeknya setelah dia keluar dari kamar ibu dan melihatku duduk di ruang tengah.
"Hem...." Jawabku.
Ia berlalu begitu saja meninggalkanku tanpa pamit.
Ibu yang mendengar suaraku kemudian keluar untuk melihatku.
"Sudah pulang dari tadi le?"
"Sudah bu"
Ibu duduk terdiam di depanku. Beliau terlihat lebih baik sekarang. Wajahnya sudah tak pucat lagi seperti tadi. Mata sayunya kini menatapku seolah sedang menyelidik.
" Ada apa bu?"
"Nggak ada " jawab ibu sambil memalingkan mukanya ke arah lain.
"Aku bersedia menikahi Mila bu...." kataku sambil menaruh buku yang sejak tadi ku bolak balik tanpa kubaca isinya.
"Eh apa?"
"Aku akan menikah dengan Mila" kataku lagi sambil menunggu reaksinya.
"Ta-tapi kenapa?" aku tahu ibu bahagia mendengarnya tapi masih tak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Karena ibu menyukainya" aku tak tahu harus menjawab apa sehingga kata itu yang keluar dari mulutku.
Ibu menarik nafasnya dalam-dalam. "ibu nggak akan egois,..... ibu juga ingin melihat mu bahagia. Pertanyaan ibu pada Mila tadi hanya karena penasaran saja, masak dia nggak menyukai anak ibu yang tampan ini?. Sudahlah lupakan saja!"
Ibu menjelaskan tindakannya pada Mila tadi. Terlihat sekali kalau dia sedang bersedih mendengar jawabanku. Mungkinkah ibu ingin mendengar aku menjawab bahwa aku menyukai Mila.
"Aku akan bicara pada Mila. Keluarganya sudah banyak membantu kita Bu.... Lagipula menjalankan wasiat adalah wajib hukumnya selama tidak menentang syariat. Dan aku ingin ibu selalu tersenyum dan bahagia. Seperti tadi. Aku bahagia kalau ibu juga bahagia" aku duduk bertumpu pada lutut ku dan mencium kedua tangan yang saling bertaut diatas pangkuannya.
"Tapi tadi..... Mila menolaknya"
"Aku yang akan berbicara padanya. Doain ya bu!" aku menatap matanya dan ibu mengusap rambutku dengan sayang.
"Semoga kalian selalu bahagia!" kata ibu sambil meneteskan air mata.
Aku berjalan ke rumah sebelah yang hanya butuh beberapa langkah untuk sampai Disana.
Berdiri didepan pintu yang saat ini tertutup aku menarik nafasku dan menghembuskannya dengan kasar. Dulu aku terbiasa keluar masuk rumah ini tanpa permisi untuk bermain dengan Mila dan kini aku harus minta izin dulu pada sang empunya rumah yang sudah tumbuh remaja untuk bisa masuk ke dalamnya.
tok tok tok
"La...,aku mau bicara sebentar!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
bung@ter@t@i
di sini kasian Edi tp ortu jg punya hak mengarah anaknya
2023-09-26
0