Bungkusan mahar itu didalamnya terdapat hiasan bunga-bunga di bagian pinggir-pinggir nya. Terdapat sepasang angsa yang berhadapan yang dibuat dari handuk dan salah satunya memakai kalung di lehernya dan diantara keduanya ada kotak beludru merah yang berisi cincin dan gelang.
Aku mendekat ke arah Mila dan membuka bingkisan tadi tanpa meminta pendapatnya. Kuambil cincinnya dan kupasangkan di jari manis Mila yang kiri. Tanganku bergetar saat menyentuhnya tapi aku ingin lagi dan lagi. Ia menurut saja dengan muka memerah. Tapi ternyata cincinnya kebesaran.
"harusnya aku ngajak kamu waktu beli. jadi nggak kayak gini kan?"
kucoba untuk memasangnya di jari manis yang sebelah kanan. masih kebesaran juga. kucoba di jari tengahnya dan alhamdulilah pas. Meski sedikit kurang afdhol karena biasanya cincin kawin itu di pakai di jari manis sebelah kiri tapi apa boleh dikata
Gelangnya kuambil dan hendak kupasangkan di pergelangan tangan Mila tapi dia menolak.
"nggak usah nanti kalau ke sekolah masa pakai gelang? "
"sekarang dipakai saja dulu besok kalau mau berangkat sekolah baru dilepas." kataku sambil memasangkan gelang di tangannya. Kalung pun kupasangkan di lehernya yang masih mengenakan jilbab. Sedari tadi ia belum membukanya mungkin belum siap. Aku tak tahan dan langsung memeluknya setelah pengait kalung berhasil kupasangkan.
kuhirup bau harum dari kepalanya yang masih berbalut kerudung tapi Mila diam saja tak membalas pelukanku. kami diam mematung untuk beberapa saat. Meski aku berharap Mila membalas pelukanku tapi aku cukup bahagia karena dia tidak menolak ku.
"sekarang aku suamimu jadi ku mohon, terbukalah padaku! bagilah kesedihanmu denganku dan berbahagialah bersamaku, seperti dulu! mau kan?" kubisikkan kata-kata itu berharap semoga Mila bisa kembali ceria seperti dulu.
aku menarik kepalaku dan kutatap dia yang wajahnya hanya berjarak sejengkal saja dengan wajahku. Ia mengangguk lalu menunduk tak berani menatap wajahku. Dengan segenap keberanian kucium keningnya, lama. Kami saling memejamkan mata. merasakan debaran debaran dalam dada.
setelah itu aku memeluknya lagi,"tau nggak ciuman pertamaku dengan siapa?" tanyaku masih dengan posisi kepalaku di atas pundaknya.
Mila seperti terkejut dan langsung mendorong dadaku, raut wajahnya berubah
gemas sekali melihatnya, karena tak tahan maka kucubit hidungnya dan dia langsung menepis tanganku. Nampak sekali muka cemberutnya
kuraup kedua pipinya dengan kedua tangan ku dan ia mencoba menepisnya tapi tanganku tak berpindah, ia kemudian hanya mengalihkan pandangan matanya tak mau menatapku
"kamu adalah ciuman pertamaku. Ketika kamu baru lahir aku sering sekali menciummu dan kamu sangat menyukainya" kulihat wajahnya dengan seksama
"mana ada?" wajahnya langsung memerah
"kamu senyum-senyum kalau aku nyiumin kamu"
"nggak ya...." dia masih tak mau melihatku
"beneran...."kataku meyakinkannya
"ih..... apaan sih mas...." dia menatapku sambil mencubit pinggangku
"aahh...... enak. Lagi dong....!" kataku menggodanya
"ihh.... "ia mencubitku lagi dengan muka yang merona karena bahagia sambil menahan senyumnya. Aku tak menyia-nyiakan keadaan.
kukecup bibirnya lalu aku menarik wajahku untuk melihat reaksinya. Ia mengedip-ngedipkan matanya. Lucu sekali. satu kecupan lagi kudaratkan dibibirnya lalu kukatakan padanya sambil melihat matanya, " seperti itu dulu waktu aku menciummu"
"emmuah... " satu kali lagi kucium bibirnya dengan agak menekan bibirku,"Sunnah rosul" kataku menyudahinya untuk menghilangkan deguban jantung yang semakin menggila, belum saatnya....
"makan yuk...." kuambil piring yang sedari tadi menunggu dan nasinya memanggil kami untuk dimakan tapi kami tak menghiraukan.
Mila memasukkan kalungnya ke balik jilbabnya kemudian dia melepas kerudungnya didepanku. Aku sungguh bahagia merasa bahwa dia sudah mulai menerimaku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments