DEAR, MY RON
"Aku ingin cerai.."
Kata itu meluncur dari mulut seorang pria berpakaian formal yang duduk tenang di kursi roda.
Terlihat seorang wanita berdiri mematung tak jauh dari pria itu. Wanita berambut keriting dengan tubuh penuh lemak itu hanya termenung mendengar perkataan sang suami.
"Memang itu yang kuinginkan.." batin perempuan berbadan besar itu.
Pria yang duduk di kursi roda itu melempar surat ke atas meja. Ini adalah kali kedua pasangan suami istri tersebut berjumpa. Selama enam bulan menikah, pria bernama Ron itu tidak pernah sekalipun mengunjungi istrinya yang bernama Thrisca. Pertemuan pertama mereka adalah hari saat pernikahan mereka, dan pertemuan kedua mereka adalah hari dimana akan menjadi hari perceraian mereka.
"Tandatangani ini!" perintah Ron dengan galak.
Thrisca menarik selembar kertas yang diberikan oleh Ron dan dengan cepat menandatanganinya tanpa berkomentar apapun. Setelah hari ini, hari-hari Thrisca akan berakhir di rumah bak istana yang telah menjadi tempat bernaungnya selama enam bulan.
"Sebagai kompensasi, kau boleh memiliki rumah ini! Aku akan memberikan sertifikat rumah ini atas namamu." ujar Ron.
"Benarkah? Rumah ini.. untukku?" tanya Thrisca tak percaya.
"Lagipula aromamu sudah bertebaran di tempat ini. Aku tidak berharap bisa menggunakan barang bekas darimu!" ucap Ron dengan angkuh.
"Haruskah aku mengucapkan terimakasih?! Atau melemparnya dengan vas bunga atas keangkuhannya?!" batin Thrisca geram.
"Selamat tinggal. Semoga kita tidak dipertemukan kembali di masa depan!"
Ron berlalu begitu saja meninggalkan Thrisca.
Wanita itu hanya menatap kepergian suaminya. Begitu pintu tertutup, wanita itu langsung berteriak senang seraya berguling-guling di lantai penuh sukacita.
"Hanya seperti ini? Aku hanya perlu duduk di rumah ini selama enam bulan dan rumah ini menjadi milikku?! Aku hanya perlu bermalas-malasan di rumah orang, dan aku bisa membantu perusahaan kecil ayahku?! Jika menikah begitu mudah, aku tidak perlu repot melakukan hal yang tidak perlu untuk menolak!" ujar Thrisca penuh kegirangan.
Wanita itu segera melepas pakaian besar yang menutup tubuhnya. Thrisca mengeluarkan banyak sumpalan kain yang melilit tubuhnya hingga membuat tubuh gadis itu nampak besar karena lemak.
Benar saja, wanita itu hanya membuat lemak tipuan. Tubuh gemuk yang ia perlihatkan pada suaminya hanyalah kedok yang ia gunakan agar pria itu menolak menikah dengannya.
Thrisca bahkan membeli daging tempelan dari kain yang ia lilitkan pada lehernya agar penampilan gemuknya semakin sempurna. Ia bahkan menggunakan rambut palsu keriting yang bergaya aneh untuk menutupi rambut hitam cantiknya.
Wanita itu membasuh peluh yang bercucuran di dahinya. Beruntung ia tidak perlu melakukan hal yang merepotkan ini setiap hari. Karena ia tinggal di rumah suaminya sendirian dan suaminya tidak pernah pulang ke rumah, Thrisca tidak perlu repot berpura-pura setiap saat.
Wanita itu bahkan menyingkirkan semua pegawai di rumah suaminya dan hanya menyisakan tukang kebun serta penjaga keamanan yang tidak pernah masuk ke dalam rumah. Thrisca benar-benar hidup dalam sangkar sendirian tanpa ada siapapun yang menemani. Dan tentunya tanpa ada orang lain yang mengetahui penampilan aslinya pula.
Wanita langsing itu segera menyingkirkan properti yang ia gunakan untuk menyamar dan membuang benda itu jauh-jauh.
Rambut hitam panjang, tubuh tinggi langsing dan kulit putihnya kini tidak perlu ia sembunyikan lagi dari suaminya. Setelah menahan kesepian sekian lama, Thrisca pun memutuskan untuk melihat dunia luar dan menghancurkan dinding yang selama ini mengurungnya.
***
Ron membuka pintu mobilnya dan menapakkan kakinya dengan santai menuju rumahnya. Tak jauh berbeda dari Thrisca, pria itu melakukan hal yang sama seperti istrinya. Ron mengatur sebuah kecelakaan palsu sebelum hari pernikahan dan berpura-pura lumpuh akibat dari kecelakaan tersebut.
Memiliki tujuan yang sama dengan Thrisca, pria itu ingin membuat pihak wanita yang menolak.
Bukan tanpa alasan mereka berdua sama-sama tidak bisa menolak langsung pernikahan itu. Keluarga Thrisca membutuhkan bantuan dari keluarga Ron, dan keluarga Ron pernah berhutang budi pada keluarga Thrisca.
Kakek Ron, Tuan Hasan Diez, sang pengusaha besar yang dulunya merintis perusahaan dibantu oleh kakek dari Thrisca, Dani Liu. Merasa berhutang budi bantuan banyak dari kawan lama, kakek Ron tidak bisa mengabaikan begitu saja saat temannya itu membutuhkan bantuan.
Sebagai orang tua yang paling disegani di keluarga Diez, tentu saja Ron tidak memiliki hak untuk membantah titah sang kakek. Begitu pula dengan Thrisca, ia tidak tega jika harus membiarkan ayahnya kesusahan sendiri karena dirinya menolak untuk menikah.
Akhirnya karena menggunakan trik yang sama dan terjebak tanpa bisa memberikan penolakan, mereka berdua pun terpaksa melangsungkan pernikahan hanya untuk sekedar menyenangkan keluarga mereka. Setelah waktu berlalu, Ron pun memutuskan untuk menyudahi sandiwara mereka dan membuat-buat alasan untuk bisa menceraikan Thrisca.
"Bos, sepertinya Tuan Besar akan pulang dalam waktu dekat."
Suara asisten Ron membuat pria yang tengah asyik bermain game itu terkejut bukan main.
"Bisa tidak kau muncul dengan normal seperti manusia?!! Kenapa kau selalu muncul seperti hantu dan membawa kabar buruk?! Aku sedang merayakan kemenanganku, apa kau harus menghancurkannya sekarang?!!" Ron menarik pakaian pegawainya itu dengan geram.
"Ampun, Bos!" ujar asisten yang tak berdaya itu.
"Kenapa pak tua itu cepat sekali pulangnya?! Bukankah kakek bilang kalau kakek muak melihatku dan ingin pergi beberapa tahun?!"
"Ada hal mendesak di perusahaan. Tuan Besar ingin turun tangan secara langsung."
"Hal besar apa yang terjadi hingga kakek tua itu harus mengurusnya sendiri?!" tanya Ron dengan wajah tak peduli.
"Itu.. Tuan Besar ke luar negeri mencari investor. Dan Tuan Besar akan mengembangkan grup perusahaan Diez di bidang baru.." ujar asisten Ron dengan suara lirih.
Begitu mendengar ada pekerjaan berat baru menanti, Ron langsung mengamuk dan membanting semua alat game miliknya.
"Bisakah pria itu membiarkanku beristirahat?! Bahkan aku tidak bisa menikmati cuti satu hariku selama satu tahun ini dengan nyaman!" teriak Ron penuh amarah.
"Dasar pria tua sialan!"
Cucu keluarga Diez itu memaki-maki foto kakeknya yang terpampang besar di dinding rumah itu.
"Tuan.. Tuan Besar juga menanyakan.. kabar Nona.." semakin lama suara asisten Ron itu semakin mengecil saat membahas Thrisca.
"Apa kau bilang?!"
Ron melempar tatapan membunuh pada asisten setianya itu.
"Tuan Besar.. ingin bertemu Nona,"
"Kapan kakek tua itu pulang?"
"Itu.." asisten Ron bernama Han itu semakin tergagap menjawab pertanyaan bosnya.
"Kapan?!" bentak Ron dengan kasar.
"Besok!" Han menjawab sambil menutup mata dan menutup kepalanya untuk melindungi diri dari pukulan Ron.
Amarah Ron semakin meledak. Baru saja ia bersuka cita setelah memberikan surat cerai pada Thrisca, kini ia harus menjilat ludahnya sendiri untuk kembali menemui Thrisca setelah melempar surat cerai ke wajah wanita itu.
"Kenapa aku mempekerjakan orang bodoh sepertimu?!!"
Ron menarik kerah Han hingga membuat leher pria malang itu tercekik.
***
Sementara di kediaman Ron tempat Thrisca tinggal, wanita itu nampak termenung menatap jendela. Awalnya ia sangat antusias untuk keluar rumah dan menghirup udara segar.
Namun ia kembali teringat, bahwa dirinya tidak punya tempat yang bisa dikunjungi dan tidak ada orang yang bisa ia temui.
Ayah Thrisca saat ini tengah berada di luar negeri dan sibuk mengurus perusahaan kecil keluarganya yang hampir bangkrut.
Wanita itu juga diboyong ke kota asing setelah menikah dengan cucu keluarga kaya. Tak pernah sekalipun Thrisca menapakkan kaki ke luar rumah selama enam bulan berada di kota asing itu.
Bahkan untuk membeli semua kebutuhan, Thrisca hanya bisa mengandalkan sang tukang kebun yang datang setiap hari untuk membersihkan taman rumahnya.
"Pergi kemana ya? Bagaimana jika aku tersesat?!"
Gadis rumahan berusia dua puluh dua tahun itu nampak khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk padanya jika ia meninggalkan rumah.
Selama tinggal bersama ayahnya pun, Thrisca hanya bisa berdiam diri di rumah. Selain sekolah, tidak ada tempat yang bisa Thrisca kunjungi. Setelah lulus sekolah, ayahnya terus mengurung putri cantiknya itu di dalam rumah.
"Tapi ini kesempatan bagus untuk melihat dunia luar. Ayah tidak ada disini. Aku juga sudah dewasa! Aku bebas melakukan apapun yang aku mau!" ujar wanita itu bersemangat.
"Aku juga sudah diceraikan, aku tidak bisa terus-menerus bergantung pada ayah untuk hidup. Aku harus mencari kegiatan yang menghasilkan uang!"
Wanita berparas cantik itu semakin termotivasi keluar kandang dan mencari pengalaman di luar sana.
Thrisca menatap dirinya di cermin besar yang terpampang di kamarnya. Wanita itu menatap wajahnya sendiri dengan mata sayu. Selama enam bulan ini, tidak ada hal yang bisa Thrisca lakukan selain mengurus rumah untuk menghabiskan waktu.
Wanita itu bahkan hampir lupa caranya berbicara karena tidak ada seorang pun yang bisa ia ajak berbincang.
Kesepian benar-benar sudah menjadi keseharian Thrisca. Sekuat apapun Thrisca menahan, ia tidak bisa memungkiri bahwa ia membutuhkan seseorang untuk menemaninya.
Pada saat ia sakit, juga saat ia merasa senang, ia tidak bisa meminta pertolongan dan ia tidak bisa membagi kegembiraannya dengan siapapun.
"Jika aku bilang pada ayah aku sudah bercerai, seharusnya itu tidak akan menjadi masalah kan? Lagipula bukan aku yang meminta cerai. Dan usaha ayah sudah bisa berjalan normal kembali. Aku sudah melakukan yang terbaik. Sekarang saatnya aku memberikan hadiah pada diriku sendiri.." ujar Thrisca pada dirinya sendiri melalui cermin.
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Danie a
hay! aku disini!!!! 👋👋
Ini apa yang nggantung? 😊
2022-05-01
3
Ryoka2
Yaelah, rumah bekas istrinya juga gak mau ?😆😌
2022-03-14
0
Ryoka2
Hshs, baru baca nih
2022-03-14
0