Thrisca masih terjepit kasur besar yang jatuh menimpanya. Gadis itu mencoba merayap perlahan keluar dari terkaman benda empuk yang berat itu.
Ron yang baru saja selesai mandi, mengusap-usap rambut basahnya dengan handuk dan berjalan menuju kamarnya.
Mendengar suara seseorang meringis kesakitan, Ron segera memeriksa ruangan perabot yang pintunya terbuka.
Pria itu mengerutkan dahinya saat melihat ada sosok tubuh manusia yang terperangkap di bawah kasur.
Begitu melihat sosok Thrisca, pria itu berusaha untuk bersikap biasa dan siap untuk menertawakan tingkah bodoh sang istri. Namun badan Ron ternyata bergerak tak senada dengan keinginan Ron.
Pria yang tadinya ingin menertawakan sang istri itu langsung berlari menarik istri cantiknya dari terkaman kasur besar.
"T-tuan.."
Thrisca nampak malu memperlihatkan kebodohannya pada sang suami.
"Gendut, apa yang kau lakukan disini? Kau baru saja hampir terserang hipotermia, kenapa sekarang malah tiduran di lantai?!" omel Ron seraya memeluk istri cerobohnya itu.
"A-aku.. aku hanya ingin mengganti kasurmu. Aku ingin mengambil kasur baru untukmu karena aku sudah mengotori kasurmu.."
Thrisca menjelaskan kepada suaminya diiringi dengan tangisan untuk menutupi rasa malunya.
"Apa yang kau lakukan, bodoh?! Bisakah kau bertingkah lebih bodoh lagi?!"
Pria itu menggendong sang istri menuju kamar.
"Itu hanya kasur, kenapa kau menyakiti dirimu hanya untuk benda itu?!" omel pria tampan itu.
"Maaf, aku juga mengotori spreimu.."
Thrisca memeluk suaminya dengan isak tangis.
"Gendut, ada apa denganmu? Memangnya aku suami yang sekejam itu?! Mana mungkin kasur itu lebih penting darimu?"
Ron menepuk-nepuk punggung sang istri pelan.
Pria itu tersenyum kecil melihat tangisan istrinya yang pecah hanya karena kasur kotor.
"Kembalilah ke rumah lama. Lian pasti mencarimu," ujar Thrisca seraya mengusap air matanya.
"Aku ganti baju dulu,"
Ron mendudukkan istrinya di sofa empuk kamarnya.
Pria itu menggandeng tangan sang istri keluar dari dan menikmati sarapan sebelum kembali ke rumah mereka yang lain.
"Aku akan meminta Han mengambilkan rambut palsumu dan kain-kain tebalmu itu," ujar Ron seraya memainkan sendoknya di piring.
"Em."
Thrisca hanya menjawab singkat perkataan sang suami.
"Kenapa lagi?"
Ron menghela nafas dan menatap sang istri lurus-lurus.
"Aku.. aku merasa seperti sudah melakukan kesalahan besar. Aku malu menampakkan wajah pada kekasihmu," ujar Thrisca lirih.
Gadis itu mengingat kembali hal yang ia lakukan bersama suaminya di dalam mobil pagi tadi. Ia merasa seperti wanita murahan yang sudah merebut kekasih wanita lain.
"Gendut, sebenarnya istriku itu kau atau wanita itu?!" tanya Ron kesal.
"Tolong.. tolong jangan lakukan hal itu lagi. Aku ingin menjaga diriku untuk suamiku nanti," ujar Thrisca selirih mungkin.
Mendengar pelarangan dari sang istri, Ron langsung menggebrak meja dengan kasar hingga membuat Thrisca terkejut.
"Apa maksudmu? Apa aku bukan suamimu? Kau sudah berpikir untuk mencari suami baru disaat suamimu masih duduk dihadapanmu?!"
Ron mencengkeram tangan istrinya dengan kencang hingga membuat gadis itu kesakitan.
"Tuan, kau menyakitiku.." ujar Thrisca lirih.
"Kau pikir kau tidak menyakitiku?! Thrisca, aku tidak tahu apa yang salah dariku. Seharusnya aku mempertahankanmu hanya untuk membalasmu. Seharusnya aku menahanmu hanya untuk menghilangkan rasa bersalahku. Tapi kenapa sikap dingin dan penolakanmu kini sangat melukai hatiku?!"
Ron menatap Thrisca dengan sorot mata sendu disertai kemarahan.
"Tuan, maafkan aku. Aku tidak akan berani membuatmu marah lagi," ujar Thrisca sambil berusaha menarik tangan dari cengkeraman Ron.
Pria itu melepas tangan sang istri perlahan. Ron memalingkan wajah dari Thrisca dan berlalu meninggalkan wanita itu di meja makan.
"Wajah Ron tadi.. sangat menakutkan,"
Gadis itu terduduk lemas di kursi seraya mengusap-usap tangannya.
"Aku tidak boleh menaruh hati lebih dalam untuk Ron. Meskipun aku bisa memiliki raga Ron, tapi hati dan pikiran pria itu masih milik orang lain.."
Thrisca mengusap air matanya dan segera membereskan meja makan.
"Nyonya, tinggalkan saja pekerjaan ini untuk saya.."
Bi Inah segera menghampiri nyonya rumah yang sibuk membersihkan piring kotor.
"Aku sudah biasa dengan pekerjaan rumah. Biar aku saja yang melakukannya," tolak Thrisca.
"Jangan seperti ini, Nyonya. Nanti Tuan Muda marah," kata pelayan itu dengan wajah cemas.
"Apa Ron memang seperti itu?" tanya Thrisca.
"Begitulah. Tuan Muda memang agak buruk dalam mengendalikan emosi, tapi sebenarnya Tuan Muda adalah pribadi yang perhatian dan penyayang."
"Benarkah? Pasti pria itu banyak membawa gadis pulang kemari,"
"Nyonya, Tuan Muda bukan pria sembrono yang akan membawa pulang seorang wanita asing. Aturan ketat dari Tuan Besar membuat Tuan Muda tidak bisa berbuat sesukanya. Hanya istri Tuan Muda saja yang akan dibawa pulang ke rumah ini," ungkap pelayan itu.
Thrisca mencerna pelan-pelan perkataan si pelayan. Gadis itu tidak menyangka ternyata ia akan menjadi gadis pertama yang disambut sebagai nyonya rumah di kediaman mewah suaminya itu.
"Apa Ron menempati rumah ini sendirian?" tanya Thrisca lagi.
"Benar, Nyonya. Tuan Besar Hasan, Tuan Derry dan Tuan Muda Ron memiliki kediaman masing-masing. Tuan Muda sudah menempati kediaman ini seorang diri sejak lulus sekolah."
"Apa Ron sering pulang ke rumah ini?"
"Sudah setahun ini Tuan Muda selalu menghabiskan waktu berada di rumah. Setelah menikah, Tuan Muda juga selalu berada di rumah. Hari ini benar-benar mengejutkan Tuan Muda akhirnya membawa Nyonya pulang ke rumah," ujar pelayan itu.
"Kau tidak terkejut melihatku? Seharusnya kau tahu bagaimana wujud pengantin Ron kan?" tanya Thrisca menanyakan penampilan gendutnya di hari pernikahan.
"Benar. Tapi Tuan sendiri memanggil nona dengan sebutan nyonya. Maafkan kelancangan saya, meskipun dilihat dari penampilan nyonya sangat berbeda dengan pengantin yang kami ketahui, tapi nyonya dan pengantin itu adalah orang yang sama bukan?"
Thrisca tersenyum tipis kepada Bi Inah. Gadis itu mencoba mengumpulkan banyak pertanyaan untuk mengenal lebih dalam sang suami.
"Maaf, aku menyembunyikan penampilan asliku. Kalau boleh tahu, apa yang biasa Ron lakukan setelah marah-marah?" tanya Thrisca.
"Nyonya, tidak perlu meminta maaf. Tidak ada kebiasaan khusus jika Tuan sedang kesal. Biasanya Tuan akan pergi dari rumah dan pulang larut malam. Jika ingin mencoba meredakan amarah Tuan, Nyonya bisa mencoba membuatkan minuman atau makanan ringan untuk Tuan." saran Bi Inah.
"Makanan? Apa makanan kesukaan Ron?"
"Tuan tidak terlalu pemilih dalam hal makanan, namun Tuan lebih menyukai hidangan pedas atau sesuatu yang berkuah."
"Hidangan pedas apa yang biasa dimakan oleh Ron?"
"Tuan cukup suka dengan olahan seafood. Nyonya bisa mencoba memasak udang atau ikan untuk Tuan." saran pelayan itu lagi.
"Baiklah, aku mengerti. Terimakasih banyak atas sarannya," ujar Thrisca dengan senyuman manis.
***
Tok.. tok..
Thrisca mengetuk pintu kamar Ron perlahan. Sudah berjam-jam sejak Ron mengurung diri di dalam kamar dan mengabaikan Thrisca di rumah besar itu.
"Tuan.. boleh aku masuk?" ujar Thrisca dengan suara lembut dari luar kamar Ron.
Pria yang tengah sibuk merokok itu, segera membuang puntung rokoknya begitu mendengar suara sang istri.
Ron membuka kunci kamarnya dan membiarkan Thrisca masuk tanpa mengatakan apapun. Gadis itu nampak bingung bagaimana harus bersikap pada pria galak yang tengah merajuk itu.
Thrisca ingin sekali mengajak Ron untuk berbelanja ikan dan memasak untuk suaminya itu, namun gadis itu tidak berani bersuara di hadapan sang suami yang masih menunjukkan wajah masam padanya.
Gadis itu duduk di sofa sambil menundukkan kepala. Karena cengkeraman tangan dari Ron tadi, Thrisca agak takut berhadapan dengan sang suami.
"Kenapa diam saja? Kau tidak ingin mengatakan sesuatu? Atau melakukan sesuatu?" tanya Ron.
Suara Ron yang menyeramkan, membuat nyali Thrisca semakin menciut.
"Maaf, kukira aku bisa melakukan sesuatu untuk meredakan amarahmu. Aku ada di luar. Panggil saja jika kau ingin kembali ke rumah lama,"
Thrisca beranjak meninggalkan Ron di kamar.
"Apa yang ingin kau lakukan untuk meredakan amarahku?"
Pria itu menghadang pintu untuk mencegah istrinya pergi meninggalkan kamar.
"Itu.. aku juga tidak punya pengalaman dalam membujuk pria. Apa ada sesuatu yang bisa kulakukan untukmu?" tanya Thrisca dengan takut-takut.
"Suaramu bergetar. Apa aku begitu menakutkan?"
Ron mengubah nada bicaranya yang dingin setelah menyadari sang istri yang ketakutan berhadapan dengannya.
"B-bukan seperti itu.. aku hanya. Hanya gugup saja. Aku tidak punya cara untuk membujuk seorang pria,"
Thrisca berbicara dengan terbata-bata.
"Apa tanganmu sakit? Maaf aku sudah bersikap kasar."
Ron mengusap-usap tangan sang istri dengan lembut.
"Tidak masalah. Aku yang sudah membuatmu marah. Maafkan aku," ujar Thrisca dengan kepala tertunduk.
Mendengar permintaan maaf dari sang istri, hati Ron terasa tercabik-cabik. Selama bersama dengan sang istri, biasanya pria itu yang akan mengucapkan maaf pada istrinya. Namun kali ini ia sudah membuat gadisnya datang dengan wajah memelas dan menyampaikan kata maaf padanya.
"Gendut sayangku.. aku tidak ingin mendengar kata maaf darimu,"
Ron memeluk erat tubuh sang istri dan mengusap rambut indah gadis itu penuh kasih.
"Kapan kita akan pulang?" tanya Thrisca penuh hati-hati.
"Kau tidak betah berada disini?" tanya Ron balik.
"Bukan itu maksudku. Jika kau masih ingin menghabiskan waktu disini, maukah kau menungguku untuk memasak makan siang untukmu?" tawar Thrisca.
"Makan siang? Tentu." sambut Ron dengan antusias.
"Tapi ada bahan yang ingin kubeli. Itu.. kalau bisa, aku ingin membelinya bersamamu." ajak Thrisca dengan suara lirih.
"Tapi jika kau tidak mau, tidak masalah. Katakan saja apa yang ingin kau makan untuk makan siang. Aku akan membeli bahannya," sambung Thrisca dengan cepat.
"Sayang sekali, aku benar-benar tidak berminat menemani gadis gendut jelek berbelanja.." sindir Ron.
"Aku tidak akan memakai baju tebal itu. Tapi bagaimana dengan kursi rodamu?"
tanya Thrisca.
"Kalau begitu kita harus berbelanja ke tempat sepi yang jauh dari sini.." ujar Ron sambil tersenyum licik.
***
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Ufuk Timur
kapan makannya kalo belanjaannya di tempat jauh Ron😭😭
2022-01-12
1
Nasi Kaput
jumpa lagi thor.
2021-11-21
2
Pangeran Matahari
dududu...trischa
2021-11-19
1