Ron dan Thrisca duduk di ranjang dengan saling berjauhan. Setiap kali Ron menggeser badannya untuk mendekat ke arah sang istri, Thrisca ikut menggeser tubuh mungilnya menjauh dari sang suami.
"Gendut, aku akan mengusir wanita itu jika dia berani masuk ke kamar kita lagi. Aku akan menjauh darinya jika aku hanya berdua di ruangan yang sama dengannya. Tolong jangan begini padaku, gendut.."
Ron memohon pada istrinya dengan wajah memelas.
"Tidak perlu seperti itu. Aku hanya tidak ingin terlalu dekat denganmu. Nanti aroma tubuhku menempel di badanmu. Kekasihmu itu akan mencurigaimu," ujar Thrisca tanpa melihat ke arah suaminya.
"Kau sedang menyindirku?!"
Ron mengendus aroma pakaiannya. Aroma parfum Lilian memang sedikit menempel padanya. Terlebih lagi lipstik wanita itu juga menempel sedikit di bibir Ron.
"Ada lipstik di bibirmu," ujar Thrisca dengan wajah cemberut.
Ron segera mengelap bibirnya dengan panik. Pria itu terus mengusap-usap bibirnya dengan kasar untuk memastikan tidak ada lagi cap lipstik di wajahnya.
"Bisa bantu aku menghilangkannya?"
Ron berdiri dan mendekat ke arah istrinya.
Thrisca segera bangkit dan menjauh secepat mungkin dari suaminya itu. Namun Ron dengan sigap menangkap gadis berbadan mungil yang tengah merajuk itu.
"Jangan seperti ini, nanti parfumku menempel padamu!"
Thrisca meronta dan berusaha melepaskan diri dari Ron.
"Bisakah kau berhenti merengek?! Kau membuat kepalaku bertambah pusing!" omel suami Thrisca itu.
"Biarkan aku keluar jika tidak ada hal penting yang ingin kau bicarakan,"
Thrisca menghindari pandangan suaminya.
"Gendut, jangan pergi.." ujar Ron lirih.
Wajah pria itu nampak lesu dan tidak bersemangat.
Thrisca berhenti berulah dan menenggelamkan kepalanya dalam dekapan suaminya. Gadis itu memeluk suaminya dan menepuk-nepuk punggung pria tampan itu untuk menghiburnya.
"Tuan, wanita itu adalah kekasihmu. Benar, kan? Kenapa harus bersikap ketus padanya jika memang masih mencintainya? Itu hanya akan melukai dirimu sendiri,"
"Kau tidak marah? Aku membawa kekasihku menginap di rumahmu. Bahkan wanita asing itu mengambil kamarmu. Kau tidak ingin mengusirnya?" tanya Ron dengan senyum pahit.
"Ini rumahmu, Tuan. Aku akan mengusirnya jika aku adalah istrimu yang sebenarnya. Tapi aku hanyalah wanita jahat yang sudah merebut posisi kekasihmu. Kembalilah padanya jika kau memang masih mencintainya," ujar Thrisca seraya melepaskan tangannya yang mendekap Ron.
"Aku tidak tahu apakah ini cinta atau hanya kemarahan. Aku tidak yakin apakah aku masih ingin mengejar wanita asing yang sudah menyakitiku, atau mempertahankan istri yang telah setia menungguku.."
Ron mendekatkan wajahnya perlahan ke arah istrinya dan bersiap untuk mengecup bibir mungil itu. Namun Thrisca segera memalingkan wajah dan menolak mentah-mentah ciuman dari suaminya.
"Gendut, kau terang-terangan menolakku sekarang?!" protes Ron dengan wajah masam.
"Tuan, kau sudah memiliki wanita idaman lain. Jangan memaksakan diri untuk bersamaku. Ikutilah kata hatimu.."
Thrisca berdiri dan menepuk pundak Ron dengan keras.
"Tuan, jangan sampai kau menyesal nantinya. Jika kau memang masih menaruh hati padanya, akui saja. Kenapa kau sama saja sepertiku? Sulit mengakui sesuatu.."
"Jangan paksa aku, Gendut! Aku masih ingin mencoba bersamamu. Aku akan mencoba melupakan wanita itu untukmu!" bujuk Ron.
"Kenapa? Karena kau merasa bersalah padaku?! Kau merasa bersalah telah membuatku lama menunggu? Kau merasa bersalah karena tidak pernah memperlakukanku sebagai istri? Kau merasa bersalah karena hampir membuatku mati?! Karena rasa bersalahmu itu, kau benar-benar akan mengorbankan kebahagiaanmu?"
Ron terdiam sejenak setelah mendengar omelan sang istri. Pria itu tidak bisa menyangkal bahwa salah satu alasannya mempertahankan sang istri adalah untuk menebus rasa bersalahnya. Pria itu tidak bisa menyangkal bahwa Thrisca belum sepenuhnya tersimpan di dalam hatinya.
"Maafkan aku, gendut.."
Pria itu meminta maaf dengan kepala tertunduk.
"Aku sudah bosan dengan permintaan maafmu. Kau tidak bahagia bersamaku kan? Kejarlah kebahagiaanmu, Tuan. Aku juga sudah cukup banyak menerima bantuan darimu. Kali ini aku yang akan mendukungmu.."
Thrisca menggenggam erat tangan suaminya. Meskipun hatinya semakin hancur tercerai-berai, namun ia tidak berhak menghalangi kebahagiaan sang suami.
"Lihat! Kau menangis lagi! Bagaimana bisa aku meninggalkan makhluk rapuh sepertimu?"
Ron mengusap pipi istrinya dengan lembut.
Thrisca menangis sesenggukan diselingi dengan tawa kecil.
"Kau tidak perlu merasa bersalah mengenai perasaanku. Bagaimanapun perasaanku padamu, itu adalah masalahku sendiri. Tidak ada hubungannya denganmu," ujar Thrisca seraya mengusap air matanya dengan kasar.
"Gendut, carilah pria baik yang tidak membuatmu menunggu sepertiku. Kau masih muda, cantik dan pandai mengurus suami. Kau juga wanita idamanku.."
Ron memeluk istrinya itu dengan erat.
"Aku akan membantumu berbicara pada kakek. Mari berpisah secara baik-baik.."
Thrisca memeluk erat suaminya seolah itu adalah pelukan pertama sekaligus pelukan terakhir bagi pasangan suami-istri itu.
***
Ron dan Thrisca berbaring di ranjang kamar tamu dengan saling membelakangi. Dua orang yang terbaring di ranjang yang sama itu tenggelam dalam pikiran masing-masing tanpa saling menghiraukan.
"Besok aku harus memberitahu ayah.. lebih baik aku pulang saja." ujar Thrisca dalam hati.
"Kenapa aku jadi tidak rela begini menceraikan si gendut? Si gendut benar-benar gadis yang baik. Apa aku tidak bisa menceraikan gendut hanya karena aku merasa bersalah padanya? Apa aku benar-benar tidak ada perasaan lain pada si gendut?" ujar pria galak itu dalam hati.
Ron membalikkan badan dan menatap istrinya yang terbaring jauh darinya.
"Gendut.. kenapa aku masih harus memilih saat aku sudah memilikimu?" batin Ron berkecamuk.
Tokk.. tok..
Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Thrisca.
"Thrisca.. kau sudah tidur?"
Lian nampak memanggil-manggil nama istri Ron dari luar kamar.
Begitu mendengar suara Lilian, Thrisca bergegas bangun dan mencari baju tebal untuk ia pakai. Sementara Ron langsung berpura-pura memejamkan mata begitu sang istri terbangun dari ranjang.
"Ron sudah tidur, bagaimana kalau wanita itu melihat pria ini tidur di ranjangku?!" ujar Thrisca panik.
Gadis itu segera melipat kursi roda Ron dan menyembunyikannya di bawah ranjang. Kemudian istri Ron itu mengambil selimut yang besar nan lebar untuk menutupi tubuh tinggi kekar suaminya.
"Apa-apaan si gendut itu?! Aku adalah suaminya, kenapa dia memperlakukanku seperti selingkuhan?!" batin Ron gemas.
Tak lama kemudian, Thrisca segera membuka pintu kamarnya. Gadis itu membuka pintu selebar tubuhnya dan bergegas menutupnya sebelum membuat Lian curiga.
"Kau sudah tidur? Maaf mengganggu istirahatmu," ujar Lian.
"Ada yang bisa aku bantu?"
"Apa.. Ron tidur di dalam bersamamu?" tanya Lian dengan hati-hati.
"Aku tidak tahu kemana pria itu pergi, mungkin dia ada urusan dengan Han. Aku ketiduran sejak sore dan baru saja bangun.."
Thrisca mencoba membuat-buat alasan.
"Aku tidak bisa tidur, bisakah kau menemaniku sebentar? Akan aku buatkan susu hangat." tawar Lian.
"Tentu.."
Kedua wanita itu membawa segelas susu dan berbincang di taman rumah Ron. Angin malam berhembus lembut ditemani cuaca yang nampak cerah. Bintang-bintang dan bulan berukuran besar terlihat jelas menghiasi langit malam.
"Ada banyak sekali hal yang ingin kutanyakan. Tapi aku bingung harus memulai dari mana.."
Lian membuka perbincangan.
"Tanyakan saja semua hal tentang Ron. Aku akan menjawabnya jika aku tahu,"
Thrisca langsung menuju inti pembicaraan.
"Kuharap kau tidak salah paham mengartikan hubunganku dengan Ron--"
"Kau pacar Ron. Benar?"
"Hmm.. jangan dengarkan perkataan Bibi Daisy,"
"Ron sudah mengakuinya.." ujar Thrisca dengan wajah datar. Gadis itu berusaha keras menyembunyikan wajah sedihnya.
"Apa? Ron mengatakan sesuatu tentangku?!" tanya Lian dengan wajah berseri.
"Aku hanya bertanya apa kau benar kekasih Ron. Dan pria itu tidak menyangkal,"
"Thrisca, maaf sudah melibatkanmu ke dalam hubunganku yang rumit dengan Ron." sesal Lian.
"Aku sangat tahu tempatku. Mana mungkin gadis gemuk sepertiku bisa bersaing denganmu?" ujar Thrisca dengan senyum getir.
"Kenapa kau berbicara seperti itu--"
"Tidak perlu menghiburku dengan kata-kata manis. Aku tahu kau memandang remeh diriku. Semua orang melakukan hal yang sama. Kau tidak perlu berpura-pura di depanku,"
"Maaf aku memang sempat memandang remeh dirimu.." ujar Lian merasa bersalah.
"Aku akan berpisah dengan Ron. Aku hanya bisa membantu sampai disini. Untuk selanjutnya, kalian selesaikan sendiri masalah kalian.."
"Thrisca, aku benar-benar minta maaf sudah memandang rendah dirimu. Aku tidak menyangka kau sangat baik dan pengertian. Pantas saja Ron sangat membelamu,"
Lian menggenggam tangan Thrisca.
"Aku juga akan kembali ke kota asalku. Kuharap kita tidak pernah saling terlibat lagi di masa depan."
"Apa Ron yang menyuruhmu pergi? Kau tidak perlu sampai sejauh itu. Teruslah berhubungan baik dengan kami di masa depan. Aku akan mencarikan pria yang baik untukmu," tawar Lian penuh semangat.
Kali ini sorot kebencian di mata Lilian perlahan berubah menjadi tatapan senang dan bahagia di hadapan Thrisca.
Thrisca tidak menyangka pernikahannya akan berakhir menjadi acara perjodohan yang disukseskan oleh dirinya sendiri. Gadis itu tidak menyangka ia akan mencari wanita yang lebih menawan darinya untuk menggantikan posisinya sebagai nyonya di rumah suaminya sendiri.
***
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Ufuk Timur
pen nabok Trisca ama Lian 🤧🤧 pen nabok Ron juga, , ruwet mereka bertiga tuh, ,dahlah emnag ga salah kalo aku ngestan Babang Han
2022-01-08
1
MAY.s
Aaaahh....... kalian jgn pisah dong😭
2022-01-05
1
Xianlun Ghifa
semangat
2021-11-19
3