BAB 15

Thrisca hampir sesak nafas saat mendengar kata ibu mertua meluncur dari mulut suaminya.

"A-aku tidak pernah benar-benar menjadi menantu keluargamu, aku tidak perlu menyapa ibumu kan? Aku bisa keluar saat ibumu berkunjung! Benar, aku akan mencari restoran di sekitar sini dan menunggu disana sampai ibumu pulang,"

Thrisca berdiri dengan panik dan segera mengobrak-abrik isi kopernya untuk mencari jaket.

"Gendut, kau tega mempermalukanku di depan ibuku? Aku pindah kesini dan aku berkata pada ibuku bahwa aku tinggal bersama istriku. Apa yang harus kukatakan pada ibuku nanti kalau kau tidak terlihat di rumah ini?"

"Ibumu tidak mungkin mengakuiku sebagai menantu kan? Kau saja tidak mengakuiku sebagai istri. Ibumu juga tidak hadir saat pernikahan kita. Aku tidak mau muncul di depan ibumu hanya untuk menerima kebencian dari wanita yang melahirkanmu itu," ujar Thrisca dengan suara lirih dan wajah tertunduk.

"Gendut, untuk apa kau memelukku tadi jika kau masih bersikap dingin padaku seperti ini? Kupikir kau sudah memaafkanku, tapi kenapa kau masih saja membahas kesalahanku? Harus berapa kali aku meminta maaf padamu agar kau mau mengampuni kesalahanku?" ujar Ron dengan wajah memelas.

"Maaf, Tuan. Aku tidak bermaksud mengungkit kesalahanmu,"

Thrisca menarik kaos suaminya dengan manja dan mencoba meminta maaf.

"Tolong temui ibuku untukku. Kali ini saja, Gendut. Kau mau kan?" pinta Ron seraya menggenggam kedua tangan istrinya.

Thrisca tidak mempunyai pilihan lain. Mau tidak mau, cepat atau lambat Thrisca memang harus berhadapan dengan keluarga suaminya jika ia ingin mempertahankan rumah tangganya bersama Ron.

"Tuan, aku harus berpenampilan seperti apa saat menemui ibumu nanti?" tanya Thrisca.

"Ibuku sudah melihat fotomu sebagai Thrisca gendut. Tolong pakai kain tebalmu itu lagi. Ibuku juga tidak tahu kalau aku berpura-pura lumpuh. Aku juga harus menyiapkan kursi roda." jelas Ron.

"Tuan, aku tidak perlu menyenangkan ibumu kan? Entah ibumu akan menyukaiku atau membenciku, itu tidak akan jadi masalah bukan?" tanya Thrisca cemas.

"Tentu saja kau harus menyenangkan ibuku! Wanita itu adalah ibu mertuamu. Bagaimana kita bisa mendapatkan restu dari ibuku jika kau tidak berusaha membuat wanita itu menyukaimu?"

"Siapa yang akan menyukai Thrisca gendut?! Kau saja mengabaikanku, apalagi ibumu?!" sindir Thrisca.

"Kenapa kau senang sekali menyiksaku dengan perasaan bersalah?!"

Ron mulai kesal mendengar sindiran demi sindiran yang dilontarkan istrinya.

"Sekalipun kau Thrisca gendut, aku akan tetap memperjuangkanmu! Kau juga tetap menungguku meskipun saat itu kau tahu aku hanya pria lumpuh bukan?"

Ron memeluk erat istrinya yang kembali bersikap sinis padanya.

"Aku tidak yakin bisa membuat ibumu menyukaiku. Menjadi Thrisca gendut atau Thrisca yang sekarang, sepertinya aku tidak akan bisa menjadi menantu idaman yang diinginkan keluargamu. Jadi, kumohon jangan berharap lebih padaku."

Thrisca melepas pelukan suaminya dan segera bersiap dengan sumpalan kainnya.

***

Thrisca mengusap peluh yang bercucuran di dahinya. Wanita itu berdiri dengan tegang menunggu kedatangan ibu mertuanya. Sementara sang suami, sibuk duduk di kursi roda seraya memotong kuku kakinya dengan santai.

"Tuan, bisakah kau tidak mengotori lantainya? Aku baru saja membersihkannya!" ujar Thrisca seraya mencengkeram pundak suaminya.

"Oh, ini? Ini hanya kuku kecil. Aku akan menyapunya nanti," jawab Ron tak peduli.

Dengan banyak sumpalan kain, Thrisca berjalan bak robot untuk mengambil sapu. Gadis itu membersihkan kuku suaminya yang mengotori lantai mengkilap istana mereka.

"Sudah kubilang, aku yang akan membersihkannya!"

Ron merebut sapu dari tangan istrinya dan membersihkan kekacauan yang ia buat sendiri.

Thrisca tidak menyangka pria galak nan sombong itu mau memegang sapu untuk membersihkan rumah.

"Tuan, kau pasti kelelahan dikejar oleh banyak gadis. Kau pria mapan yang sangat perhatian pada istri. Gadis yang akan menjadi istrimu kelak sangatlah beruntung," puji Thrisca pada suaminya.

"Apa otakmu tersumbat air? Kau gadis yang beruntung itu, Gendut! Kau memuji dirimu sendiri beruntung?!"

Perkataan kasar dari Ron seketika menghancurkan seluruh pujian tulus yang Thrisca lontarkan untuk suaminya itu.

"Aku menyesal sudah memujimu!" gumam Thrisca jengkel.

Beberapa menit kemudian, pintu gerbang istana mereka terbuka dengan lebar. Satu unit mobil berjalan perlahan memasuki halaman rumah.

Thrisca bergegas mengembalikan sapu dan Ron ikut bersiap duduk manis di atas kursi roda. Thrisca mendorong kursi roda suaminya untuk menyambut tamu yang berkunjung ke kediaman mereka.

Saat pintu kendaraan roda empat itu terbuka, muncullah sesosok wanita paruh baya yang terlihat masih sangat segar dan cantik. Namun tidak hanya satu wanita, ternyata ada satu lagi wanita yang muncul dari dalam mobil ibu mertua Thrisca itu. Wanita itu tidak lain ialah Lilian.

Ron tidak bisa menyembunyikan wajah kesal sekaligus senangnya saat melihat sang kekasih yang masih dicintainya muncul di halaman rumahnya.

"Anak nakal, apa yang kau lakukan di rumah ini?!"

Ibu Ron bernama Daisy itu berjalan dengan elegan menghampiri anaknya dan mencubit lengan putranya yang terduduk di kursi roda itu.

"Kenapa ada tamu tak diundang disini?!" sindir Ron pada Lilian. Pria itu mencoba bersikap sedingin mungkin pada wanita pujaannya itu.

"Bagaimana kabarmu, Ron?" tanya Lilian dengan senyuman anggun.

"Wanita ini.. cantik sekali." puji Thrisca dalam hati saat melihat Lilian.

Sang ibu mertua langsung berlenggang memasuki rumah dan mengabaikan menantu yang sejak tadi berdiri di pintu bersama putranya. Ibu dari Ron itu menatap sekilas ke arah Thrisca dengan tatapan meremehkan.

Sama seperti Daisy, Lilian ikut mengekor Ibu dari kekasihnya itu tanpa menunjukkan rasa hormat sedikitpun pada nyonya rumah.

Thrisca mengepalkan tangannya kuat-kuat saat menerima perlakuan tidak menyenangkan dari ibu mertua sekaligus wanita asing yang belum pernah dilihatnya itu.

"Sayang, perkenalkan itu ibuku."

Ron berteriak kencang agar ibunya menghentikan langkah untuk memasuki rumah. Pria itu mencoba memperkenalkan sang istri kepada ibunda yang telah melahirkannya.

"Selamat siang, Nyonya." sapa Thrisca dengan ramah.

Daisy berbalik dan menoleh ke arah Thrisca. Wanita itu mengamati istri Ron dari atas kepala hingga ujung kaki. Rambut palsu Thrisca dan sumpalan kain yang membuat gadis itu terlihat gemuk, benar-benar mengganggu pemandangan ibu satu anak itu.

"Ibu, ini istriku.. Thrisca."

Ron masih mencoba memperkenalkan sang istri meskipun ibunya terlihat tidak peduli.

"Oh, ya." jawab Ibu Ron itu singkat.

"Thrisca.. ini Lilian. Kekasih Ron."

Daisy mengenalkan Lilian pada menantunya itu.

Thrisca nampak terkejut dan mencoba mencerna maksud dari perkataan mertuanya.

"S-suamiku, itu--"

Thrisca berusaha meminta penjelasan dari Ron namun pria itu segera meluruskan ucapan ibunya sebelum Thrisca menyelesaikan kalimatnya.

"Sayang, ibuku hanya asal bicara. Wanita itu hanyalah orang asing!" ujar Ron seraya menggenggam jemari istrinya.

"Ibu, jangan berbicara omong kosong di depan istriku! Aku sudah menjadi pria beristri!" omel Ron pada ibunya.

"Kenapa? Apa ada yang salah dari perkataanku? Kau seharusnya bersyukur Lilian masih mau menerima pria cacat sepertimu. Kau benar-benar ingin hidup bersama gadis yang.. berpenampilan aneh itu?" tanya Daisy dengan senyum mengejek ke arah Thrisca.

"Bibi, sudahlah. Aku sudah berbulan-bulan tidak bertemu dengan Ron. Mungkin dia masih marah padaku," ujar Lilian dengan senyum getir.

"Marah? Cih, untuk apa aku harus repot menyimpan perasaan marah pada wanita asing sepertimu?!"

"Ron, ibu datang bukan untuk mendengar omelanmu. Ibu datang untuk menjemputmu! Kau harus secepatnya melakukan operasi agar kau bisa berjalan kembali." pinta Ibu Ron.

"Operasi apa? Istriku sudah setia menemaniku meskipun aku hanya pria cacat. Bukankah kau bilang wanita disampingmu itu mau menerima pria cacat ini?! Kenapa tiba-tiba membahas operasi?!" sindir Ron.

"Operasi ini juga demi kebaikanmu. Aku sudah mencarikan dokter terbaik untukmu selama beberapa bulan ini." bujuk Daisy.

"Jika tidak ada hal lain yang ingin ibu sampaikan, silahkan bawa wanita asing itu pergi dari rumahku!" usir Ron halus.

"Ron! Ibu baru saja datang, tega sekali kau mengusir ibumu sendiri?!" protes Daisy.

Wanita itu masuk lebih dalam ke rumah putranya. Daisy duduk bersama dengan Lilian di ruang tamu rumah putra semata wayangnya itu.

"Thrisca, apa kau tidak tahu cara menjamu tamu?" sindir Daisy.

"M-maaf. Aku akan segera buatkan minuman,"

Thrisca mendorong kursi roda Ron dan menempatkan kursi suaminya itu tak jauh dari sang ibu.

"Apa yang ibu lakukan?! Ibu sudah menyakiti hati istriku!" ujar Ron dengan wajah kesal.

"Istri apa? Memangnya kau benar-benar menyukai gadis itu?! Kau belum lama pindah kesini bukan? Bukankah kau sangat menentang pernikahan ini?!" tanya Daisy beruntun.

"Itu dulu. Aku menyesal sudah mengabaikan istriku. Tolong perlakukan istriku dengan baik!"

"Apa kakek tua itu mengancammu?! Kau sudah menuruti permintaannya untuk menikahi gadis itu. Kau bisa menceraikan gadis itu sekarang!"

"Ibu, ibu juga seorang wanita kan? Bagaimana perasaan ibu kalau ibu berada di posisi Thrisca?! Apa ibu akan terima begitu saja jika ayah akan menceraikan ibu?!"

"Ron! Jangan kelewatan!"

"Ibu juga sudah kelewatan!" bentak Ron.

Thrisca datang membawa nampan berisi minuman dan menyuguhkannya pada para tamu di ruangan besar itu. Gadis itu mengambil cangkir teh dan memberikannya pada suaminya.

"Terimakasih, Sayang.."

Ron menyambut cangkir teh dari Thrisca dengan senyuman manis.

Melihat senyuman manis kekasihnya diberikan pada wanita lain, Lilian tidak bisa menyembunyikan perasaan cemburunya.

"Bibi, lebih baik aku mencari tempat lain. Ron akan terganggu jika aku terlalu lama berada disini."

Lilian berdiri dan berusaha melarikan diri dari ruangan itu.

"Lian, jangan seperti itu. Ron sengaja ingin membuatmu kesal! Bagaimana mungkin gadis itu bisa menyaingimu?" bisik Daisy mencoba mencegah Lilian pergi.

"Ron, keluarga Lian sedang berada di luar negeri. Ibu Lian menitipkan Lian padaku, tapi aku harus mengurus beberapa pekerjaan di luar kota. Bisakah kau menjaga Lian disini untuk beberapa hari?!" pinta Daisy.

"Ibu kira rumahku ini tempat pengungsian?!" ujar Ron dengan sinis.

"Hanya untuk beberapa hari. Lian tidak mungkin menginap di hotel sendirian. Harus ada yang mengawasi Lian. Lian baru saja selesai menjalani pengobatan, tubuhnya masih lemah." ungkap Daisy.

"Berikan saja pada kerabatnya, kenapa malah berlari padaku?!!"

"Lian tidak mempunyai kerabat di kota ini. Apa kau lupa Lian bukan orang asli kota ini? Rumahmu ini dekat dengan rumah sakit. Lian masih harus menjalani beberapa pemeriksaan di rumah sakit. Rumahmu sangat pas menjadi tempat menginap untuk Lian," desak Daisy.

Sebenarnya Ron sangat senang menerima kekasihnya itu untuk tinggal. Tapi ia sudah menetapkan hati untuk mempertahankan Thrisca. Baru saja pria itu berhasil mengambil langkah awal bersama istrinya, Ron tidak ingin lagi terlena dengan wanita yang selalu mempermainkan perasaannya itu.

Thrisca menatap wajah Ron yang terlihat bingung. Gadis itu mencoba untuk mempercayai ucapan Ron mengenai Lilian, tapi ia tetap tidak bisa menghilangkan kekhawatirannya mengenai posisi Lilian di hati suaminya.

"Inikah gadis impian yang tidak bisa dikejar oleh Ron itu?" batin Thrisca.

***

Bersambung..

Terpopuler

Comments

Ufuk Timur

Ufuk Timur

kk author otaknya Trischa bentuknya kek saluran air gitu ya?? kok bisa kesumbat🙄🙄🙄🤣🤣🤣🤣

2022-01-08

1

Instagram @AlanaNourah

Instagram @AlanaNourah

halooo Thor, Alana mampir bawa boom like 🌺🌸🌺🌸 salam kenal yaa

2021-11-26

1

Pangeran Matahari

Pangeran Matahari

kuatkan iman ron

2021-11-19

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BAB 123
124 BAB 124
125 BAB 125
126 BAB 126
127 BAB 127
128 BAB 128
129 BAB 129
130 BAB 130
131 BAB 131
132 BAB 132
133 BAB 133
134 BAB 134
135 BAB 135
136 BAB 136
137 BAB 137
138 BAB 138
139 BAB 139
140 BAB 140
141 BAB 141
142 BAB 142
143 BAB 143
144 BAB 144
145 BAB 145
146 BAB 146
147 BAB 147
148 BAB 148
149 BAB 149
150 BAB 150
151 BAB 151
152 BAB 152
153 BAB 153
154 BAB 154
155 BAB 155
156 BAB 156
157 BAB 157
158 BAB 158
159 BAB 159
160 BAB 160
161 BAB 161
162 BAB 162
163 BAB 163
164 BAB 164
165 BAB 165
166 BAB 166
167 BAB 167
168 BAB 168
Episodes

Updated 168 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BAB 123
124
BAB 124
125
BAB 125
126
BAB 126
127
BAB 127
128
BAB 128
129
BAB 129
130
BAB 130
131
BAB 131
132
BAB 132
133
BAB 133
134
BAB 134
135
BAB 135
136
BAB 136
137
BAB 137
138
BAB 138
139
BAB 139
140
BAB 140
141
BAB 141
142
BAB 142
143
BAB 143
144
BAB 144
145
BAB 145
146
BAB 146
147
BAB 147
148
BAB 148
149
BAB 149
150
BAB 150
151
BAB 151
152
BAB 152
153
BAB 153
154
BAB 154
155
BAB 155
156
BAB 156
157
BAB 157
158
BAB 158
159
BAB 159
160
BAB 160
161
BAB 161
162
BAB 162
163
BAB 163
164
BAB 164
165
BAB 165
166
BAB 166
167
BAB 167
168
BAB 168

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!