Thrisca melangkah dengan lesu menuju rumah impiannya. Kebahagiaan Thrisca sirna seketika saat Ron mengatakan pria itu ingin menginap.
"Kapan aku bisa lepas dari penderitaan ini?!" gumam gadis itu dengan lesu.
"Gendut!"
Belum sempat gadis itu mendudukkan tubuhnya di ranjang kesayangannya, Ron sudah berteriak memanggil dirinya.
Thrisca segera berlari menghampiri Ron yang tengah bersantai di kamarnya yang besar.
"Apa yang bisa kulakukan?!" tanya Thrisca.
"Apa yang kau lakukan?!"
"Apa? Aku sedang menghampirimu sekarang." jawab Thrisca dengan wajah datar.
"Kau ingin beristirahat kan? Istirahat disini saja!" perintah Ron.
"Kalau aku istirahat disini, bagaimana aku bisa melepas sumpalan kain sialan ini?!!" batin Thrisca mulai geram.
"Tidak perlu. Ini kamar Tuan. Aku ingin istirahat di kamar tamu saja.." tolak Thrisca halus.
"Jangan begitu! Bukankah kau istriku? Istirahat disini saja. Aku tidak akan mengganggumu," ujar Ron dengan senyum palsu.
"Aku akan memanggangmu hidup-hidup cacing kecil!" batin Ron dengan tawa jahat.
"Tidak perlu. Aku takut akan mengganggumu."
"Aku bilang istirahat disini! Aku hanya menyuruhmu beristirahat, kenapa kau membuatnya seolah aku menyuruhmu untuk mencangkul di sawah?! Aku sudah berbaik hati, tapi begini caramu mempermalukan niat baik orang lain?!"
"Baiklah. Aku akan duduk disini.."
Thrisca akhirnya mengalah.
"Tidur saja disini. Aku akan memberikan tempat yang luas untukmu." ejek Ron.
"Baik! Aku memang membutuhkan tempat yang luas!"
Thrisca menghampiri Ron yang tengah duduk di ranjang. Gadis itu langsung melempar badannya ke kasur dengan tangan dan kaki terlentang.
Ron benar-benar terusir dari ranjangnya sendiri. Tangan dan kaki gadis itu terus bergerak ke segala arah hingga membuat Ron tidak mendapat tempat di kasurnya sendiri.
"Kenapa malah jadi senjata makan tuan begini?!" gumam Ron kesal.
Pria itu segera mematikan AC untuk memberikan pelajaran pada istrinya.
"Kau tidak biasa memakai AC, kan?" tanya Ron dengan senyum jahat.
"Pria ini sengaja ingin membuatku kepanasan lagi?!" batin Thrisca tak percaya.
"Ron pasti sudah tahu semuanya dan dia hanya ingin mengerjaiku!" ucap gadis itu dalam hati seraya mengepalkan tangannya kuat-kuat.
"Cuaca hari ini cukup panas, ya?!"
Ron membuka kaos tipisnya. Pria itu bertelanjang dada dan berbaring dengan tangan terlentang memenuhi ranjang.
Pria itu bahkan dengan sengaja menimpa wajah istrinya dengan lengan kekarnya.
Thrisca hampir saja kehilangan nyawa karena kepanasan. Peluhnya kembali bercucuran dengan deras. Gadis itu sudah tidak sanggup lagi menatap Ron yang terbaring disampingnya. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah bagaimana caranya bernafas.
Melihat Thrisca yang begitu pucat, Ron kembali menghentikan aksi jahilnya.
"Gendut, temani aku berenang!"
Pria itu menarik tangan istrinya.
Thrisca bangun dengan lemas dan nafas berat. Terlihat sekali gadis itu sudah mengalami sesak nafas berat.
"Kau tunggu di kolam renang saja!" dorong Ron pelan.
"Gadis itu sudah hampir mati, tapi masih tidak mau mengaku?! Dia hanya perlu melepas baju tebalnya, apa susahnya?!"
Thrisca duduk di pinggir kolam dengan lemas. Gadis itu benar-benar kesulitan bergerak dan bernafas mengenakan pakaian tebal itu.
Biasanya Thrisca hanya memakai pakaian itu tidak lebih dari dua jam. Rekor terlama adalah saat hari pernikahannya. Gadis itu mau tidak mau harus mengenakan baju tebal itu selama seharian. Namun ia mengenakan baju tebal di ruangan yang sejuk, sehingga hal itu tidak menjadi banyak masalah baginya.
Namun hari ini, baru beberapa jam memakainya saja, ia sudah harus mengalami sesak nafas selama dua kali dan hampir mati.
"Aku menyerah! Akan kukatakan yang sebenarnya. Terserah kalau dia marah dan ingin menuntutku," ujar Thrisca pasrah.
"Gendut!"
Ron muncul bersama Han yang mendorong kursi rodanya.
"Apa otak pria lumpuh itu sudah tidak berfungsi?! Dia bahkan tidak bisa menggerakkan kakinya, bagaimana dia bisa berenang?!" batin Thrisca.
"Cepat masuk ke kolam! Aku ingin melihatmu berenang!"
Perintah Ron.
Thrisca menoleh ke arah Ron dengan pandangan menolak. Dengan pakaian sebanyak itu, Thrisca akan tenggelam dengan sukses. Ditambah lagi, entah memakai pakaian tebal atau tidak, Thrisca akan tetap tenggelam karena ia tidak bisa berenang.
"Aku tidak bisa berenang!" tolak Thrisca.
Ron mengira penolakan Thrisca hanya alasan agar ia tak ketahuan.
"Cepat masuk sebelum aku menceburkanmu!"
Ron semakin geram mendengar penolakan Thrisca.
"Aku sudah bilang, aku tidak bisa berenang!"
Thrisca bersikeras untuk menolak.
"Dasar gadis keras kepala!" batin Ron kesal.
"Ambilkan aku minum!" perintah Ron dengan nada galak.
Thrisca berjalan dengan lemas menuju dapur. Melihat istrinya yang sudah menghilang, pria itu masuk ke dalam air dan berlagak seperti orang tenggelam.
Saat Thrisca kembali ke kolam, gadis itu langsung menerjunkan gelas kaca dari tangannya. Entah apa yang dipikirkan Thrisca saat itu, ia hanya tidak ingin menyesal karena tidak bisa berbuat apa-apa saat terjadi hal genting di hadapannya.
Gadis itu berlari menuju kolam dengan panik dan menginjak pecahan gelas. Ia tak lagi mempedulikan kakinya yang berdarah. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah bagaimana cara menarik suaminya yang lumpuh itu keluar dari kolam.
Thrisca ikut menceburkan diri ke dalam kolam. Gadis berbaju tebal itu mencoba meraih tangan Ron, namun istri Ron itu sudah tenggelam sebelum berhasil mencapai tangan suaminya.
"Aku tidak tahan lagi! Aku tidak bisa bernafas.." Thrisca sudah tidak sanggup lagi bertahan.
Kepalanya benar-benar pening karena kekurangan oksigen. Gadis itu menutup mata perlahan dan melayang di tengah kolam.
"GENDUT! GENDUT!!"
Melihat Thrisca yang langsung tenggelam seperti batu, Ron segera menghampiri istrinya dengan panik.
"Gendut!"
Ron menarik tangan istrinya dan membawa gadis itu ke permukaan.
"Gendut! Buka matamu! Buka matamu, gendut!"
Ron semakin panik saat melihat istrinya sudah tak sadarkan diri.
Pria itu membawa sang istri ke pinggir kolam. Ron menekan dada Thrisca berkali-kali dan memberikan nafas buatan untuk sang istri.
"Bangun! Bangun Thrisca! Jangan menakutiku! Maafkan aku! Maafkan aku, gendut!"
Ron benar-benar menyesal sudah bercanda hingga kelewat batas dengan istrinya. Ron hanya ingin Thrisca berhenti berpura-pura di hadapannya. Ron hanya ingin melihat wajah malu istrinya karena ketahuan menyamar.
Akhirnya Thrisca mengeluarkan air dari dalam tubuhnya. Gadis itu mulai tersadar namun karena badannya masih lemas, istri Ron itu kembali tak sadarkan diri.
"Gendut! Syukurlah kau kembali!"
Ron segera menggendong istrinya menuju kamar. Pria itu menidurkan gadis kecil itu di ranjang kamarnya dengan pakaian basah.
"Han!"
Ron memanggil-manggil asistennya itu untuk membantunya.
"Cepat gantikan baju si gendut!" tutur Ron dengan ringan.
"Apa?!" Han menatap wajah bosnya dengan tatapan tak percaya.
"Tunggu apa lagi?! Gendut bisa mati karena kedinginan! Gadis ini sudah hampir mati karena kepanasan! Aku tidak ingin gendut mati karena hipotermia!" omel Ron.
"Tapi Tuan.. Nona adalah istri Tuan. Mana berani asisten sepertiku melihat tubuh dari istri bosku sendiri?!!"
"Istri siapa?! Si gendut ini hanyalah si gendut. Dia hanya gadis asing! Cepat buka bajunya sebelum gendut mati!"
Ron berjalan keluar kamar dan menutup pintu dengan kasar.
"Bagaimana bisa aku melucuti pakaian istri bosku sendiri?!" gumam Han penuh rasa bersalah.
Han membuka pakaian Thrisca satu persatu. Pria itu nampak terkejut bukan main saat mengeluarkan banyak kain dari tubuh Thrisca.
"Apa-apan ini? Apa tubuh nona tersusun dari kain?! Kenapa banyak sekali sumpalan kain ditubuhnya?!"
Han mengeluarkan banyak kain dari tubuh Thrisca hingga tersisa kaos polos pendek dan celana pendek. Saat akan membuka kaos tersebut, Han cukup terkejut karena yang ia lihat bukan lagi kain, melainkan kulit tubuh dari istri bosnya.
Pria itu juga menarik rambut palsu yang bertengger di kepala Thrisca. Asisten Ron itu bahkan menyadari tempelan kain berwarna kulit yang bertengger di leher istri bosnya.
"Apa-apan ini? Istri gendut bos ternyata adalah wanita langsing? Dan wanita yang begitu cantik.." puji Han.
Pria itu semakin tak berani membuka pakaian Thrisca saat tersisa satu lapis pakaian. Sementara Ron menunggu kedatangan dokter dengan cemas.
"Gendut, kenapa kau bodoh sekali! Kau tinggal bilang kalau kau mempermainkanku! Membodohiku! Kenapa kau malah membahayakan nyawamu sendiri karena aku?!" amuk Ron di depan kamarnya.
"Apa yang ditakutkan gadis itu? Dia pikir aku akan menembaknya hanya karena hal sepele seperti ini?!"
Ron membuka pintu dan mengintip dari luar kamar. Han masih sibuk membuka pakaian Thrisca yang belum terlucuti sepenuhnya. Gadis itu terbaring di ranjangnya hanya dengan mengenakan pakaian dalam, bersama dengan pria lain.
"Apa-apaan ini?! Siapa suami si gendut sebenarnya?! Aku saja belum pernah melihat tubuh si gendut! Kenapa aku membiarkan pria lajang pemalas itu mengambil keuntungan dari istriku?!"
batin Ron berkecamuk.
Pria itu segera masuk saat melihat Han berani menarik pakaian dalam istrinya.
"Apa yang kau lakukan?!! Berani sekali kau melihat tubuh istriku?!"
Ron muncul tiba-tiba dan mencolok mata Han dengan jarinya. Pria itu segera menendang Han keluar dari kamarnya.
Ron menatap wajah Thrisca sejenak. Pria itu mengamati setiap jengkal tubuh istrinya itu.
"Jadi ini penampilanmu yang sebenarnya?" Ron duduk di tepi ranjang dan mengusap kepala istrinya.
Matanya terpaku pada luka yang muncul di kaki wanita berambut panjang itu.
"Luka apa ini?"
Ron segera mengambil kotak obat dan mengobati luka Thrisca yang terkena pecahan gelas kaca.
Ron mengambil selimut dan menutupi tubuh istrinya sebelum pria itu mulai membuka pakaian dalam istrinya. Pria itu membungkus tubuh polos Thrisca rapat-rapat dalam balutan selimut kemudian menggendong tubuh langsing istrinya itu untuk menidurkannya di sofa.
Ron segera memanggil tukang kebunnya untuk mengganti kasur yang basah dengan kasur baru.
Ron memindahkan istrinya ke ranjang begitu ia memastikan semua tempat sudah hangat. Pria itu bahkan mengeringkan rambut istrinya dengan sabar.
"Bos, dokter sudah datang."
Han muncul di balik pintu bersama dokter pria.
"Kenapa dokter pria yang datang?!! Panggil dokter wanita sekarang!"
Ron kembali mengomel dan melempari Han dengan sandal.
"Gendut, kenapa kau belum sadar juga?! Kau masih bernafas kan?! Cepat bangun! Jangan membuatku takut!"
Ron menatap Thrisca dengan wajah cemas.
Tak lama kemudian seorang dokter wanita datang dan memeriksa keadaan Thrisca. Dokter itu meninggalkan beberapa obat untuk istri Ron sebelum pergi.
Ron terbaring lemas disamping Thrisca. Pria itu membungkus istrinya seperti kepompong menggunakan selimut yang tebal.
"Gendut tidak akan mati kepanasan kan?"
Ron nampak cemas Thrisca akan kedinginan namun ia juga khawatir Thrisca akan sesak nafas dan kepanasan karena bungkusan selimut hasil karyanya.
Pria itu mengusap-usap kepala istrinya hingga terlelap disamping Thrisca.
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Ryoka2
Ahahahh
2022-03-14
0
Ryoka2
Baru sadar😭🤧
2022-03-14
0
Ryoka2
Tau nih si Ron
2022-03-14
0