Thrisca keluar dari mobil sang suami dengan wajah masam.
Gadis itu mendorong kursi roda sang suami untuk masuk menuju kediaman mereka.
"Gendut, kau tidak lapar? Jam makan siang sudah lewat. Buatkan aku makanan," perintah Ron berlagak seperti bos di depan sang istri.
"Apa yang ingin kau makan?" tanya Thrisca tak bersemangat.
Ron mengambil ponselnya dan menunjukkan gambar makanan pada sang istri.
"Masak ini," ujar Ron seraya menunjuk ke arah ponselnya.
"Tentu!"
Thrisca segera bangkit dan hendak berjalan menuju dapur.
"Aku belum selesai bicara, Gendut!" omel Ron pada gadis berbadan gempal itu.
"Apa lagi?"
"Ini juga,"
Ron menggeser layar ponselnya dan menunjukkan gambar lain.
"Baik," jawab Thrisca cuek.
"Ini juga! Ini! Aku juga mau ini, masak ini yang banyak! Masak ini yang pedas! Kau pernah makan ini? Aku juga ingin makan ini. Cari tahu sendiri cara memasaknya!"
Ron terus menggeser layar ponselnya dan menunjukkan semakin banyak gambar makanan yang sebagian besar merupakan makanan asing bagi Thrisca.
"Ron ingin makan atau ingin membuka warung?! Pria ini pasti akan membuatku memakan semua masakan ini untuk mengerjaiku!" batin Thrisca kesal.
"Aku hanya punya dua tangan, bagaimana aku bisa memasak makanan sebanyak itu sendirian?! Kita akan mati kelaparan sebelum semua makanan aneh itu siap." sindir Thrisca pada Ron sambil menahan kesal.
"Salah siapa yang seenaknya menyingkirkan pengurus rumah disini?! Aku sudah berbaik hati membiarkanmu duduk manis bagai tuan putri yang dilayani, tapi kau sendiri yang mengusir pelayan-pelayan itu kan?!"
"Baik! Berikan aku waktu lebih untuk menyiapkan jamuan besar untukmu. Aku harus pergi berbelanja bahan,"
Thrisca mencoba menahan amarahnya dan pasrah saja mengikuti perintah sang suami.
"Tentu.. aku bisa menemanimu." ujar Ron dengan senyum licik.
***
Thrisca berkeliling kesana-kemari membawa keranjang belanjaan yang penuh, sementara Ron hanya duduk manis di kursi roda dan didorong oleh sang asisten setia.
Pria jahat itu bahkan melarang Han membantu sang istri dengan alasan Han harus fokus mendorong kursi rodanya.
Thrisca yang sudah bermandikan peluh, mulai merasa sesak karena pakaian tebal yang ia kenakan. Pakaian itu sudah menguras banyak keringat Thrisca hingga gadis itu kesulitan bernapas.
Namun, meskipun merasa lelah dan gerah, Thrisca benar-benar bahagia bisa pergi ke pusat perbelanjaan setelah sekian lama. Gadis itu nampak kesal namun juga merasa senang sudah diajak oleh sang suami keluar untuk berbelanja.
"Gendut, kau tidak kepanasan?! Badan segempal itu apa tidak panas? Kenapa kau terus mengenakan baju lengan panjang? Pakai saja baju lengan pendek yang lebih sejuk." ujar Ron dengan senyum palsu.
"Mana mungkin aku memakai baju lengan pendek?! Lenganku penuh dengan sumpalan kain!!" batin Thrisca seraya mengusap peluh dan melirik Ron dengan wajah cemberut.
"Wanita tidak suka menunjukkan lemaknya. Mana mungkin aku memamerkan lengan berlemakku di tempat umum," ujar Thrisca cuek.
"Alasan basi! Wanita ini masih saja pandai mengelak," batin Ron kesal.
"Han, belikan aku camilan! Cari roti isi daging tebal untuk si gendut! Badan gentong sepertinya tidak akan puas jika hanya mengunyah daging tipis," sindir Ron dengan tawa mengejek.
"Aku tidak lapar! Silahkan makan sendiri camilanmu!"
Thrisca membawa keranjang belanjaannya dan berjalan menjauh dari Ron.
"Tidak usah malu. Aku tahu makananmu pasti porsi kuli, kan? Kalau tidak, mana mungkin badanmu bisa mengembang selebar itu."
Ron masih saja mengoceh meskipun sudah diabaikan oleh sang istri.
"Han, belikan roti isi yang banyak! Nona gendut butuh asupan lemak," perintah Ron pada Han.
Thrisca hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Ron yang begitu kekanakan. Gadis itu tidak terlalu menanggapi ejekan dan sebutan-sebutan aneh dari sang suami.
Thrisca masih berkeliling mencari bahan sementara Ron duduk manis di dekat kasir seraya memainkan ponsel. Tak berselang lama, Han datang seraya menenteng kantong makanan berisi pesanan sang bos.
Asisten Ron itu benar-benar membawa banyak roti isi ukuran jumbo dengan isian daging tebal. Ron nampak puas melihat tumpukan roti porsi besar yang tersaji di hadapannya.
"Suruh gendut kemari," perintah Ron pada Han.
Han mendekati Nona muda berkain tebal itu dan membawa sang gadis menghampiri suami tampannya.
"Gendut, istirahatlah! Biar Han yang mengantri di kasir," ujar Ron seraya memberikan kantong besar berisi roti pada Thrisca.
"Apa ini?" tanya Thrisca seraya membuka isi kantong yang diberikan padanya.
"Habiskan!" ujar Ron dengan ketus.
"Kenapa?!"
"Kenapa apanya? Aku hanya memberimu makan, memangnya harus aku jelaskan alasannya?!"
"Aku tidak lapar," tolak Thrisca.
"Aku sudah berbaik hati memberikanmu makanan! Kenapa reaksimu seperti menolak racun begitu?!" omel Ron pada Thrisca.
Gadis itu menghela nafas sejenak dan mencoba menyingkirkan semua umpatan yang terus terngiang di kepalanya.
Thrisca duduk berjongkok dengan susah payah di samping kursi roda sang suami seraya membuka salah satu bungkus roti isi dari Ron.
Gadis itu mengunyah pelan-pelan makanan jumbo dari suami tampannya itu.
"Hanya makan roti saja kenapa gayanya harus sok cantik?! Makan cepat! Han sudah hampir selesai di kasir!" bentak Ron hingga membuat Thrisca tersedak.
Gadis itu terbatuk-batuk hingga memuncratkan kunyahan roti yang ada di mulutnya.
"Jorok sekali!" omel Ron seraya mengusap bajunya yang terkena semburan roti dari sang istri.
Thrisca masih terbatuk-batuk hingga gadis itu kesulitan bernafas. Matanya sudah berair hingga ia hampir memuntahkan roti isi yang sudah ada di perutnya.
Ron yang nampak tidak tega melihat gadis dihadapannya terus batuk, segera mengambil air minum dan menepuk-nepuk punggung Thrisca.
"Hanya tersedak saja sudah mau mati?!" omel pria garang itu lagi seraya menepuk-nepuk punggung sang istri dengan lembut.
Thrisca mengusap air matanya dan mencari sapu tangan untuk membersihkan mulut dan bajunya dari semburan roti. Ron yang melihat istrinya kesulitan mencari sapu tangan, segera mengeluarkan kain kecil dari sakunya dan memberikannya pada Thrisca.
"Untuk apa mencari barang yang tidak ada?! Kalau tidak bawa sapu tangan, kenapa diam saja?! Kau bisa minta padaku, kan? Apa kau tidak punya mulut?! Cepat lap semburan rotimu itu!"
Ron melempar kain tipis itu ke tangan sang istri.
Pria itu makin mengomel pada sang istri saat Ron tahu mereka sudah menjadi pusat perhatian di pusat perbelanjaan tersebut. Beberapa orang nampak melihat pasangan suami-istri itu dengan tatapan tidak menyenangkan, dan beberapa nampak berbisik-bisik membicarakan pasangan itu.
"Sial! Si gendut benar-benar membuatku malu!" batin Ron kesal.
Pria itu menggeser kursi rodanya agak menjauh dari Thrisca dan berhenti berbicara pada gadis itu.
Sementara sang istri nampak masih sibuk mengelap mulut dan bajunya. Gadis itu mencoba untuk tidak mengedarkan pandangan ke sekelilingnya untuk menghindari tatapan orang-orang.
"Pria jahat itu bahkan tidak mau dekat-dekat denganku! Apa berada di dekatku akan membuat dia jatuh miskin?!!" omel Thrisca dalam hati.
"Seharusnya aku di rumah saja. Tempat paling aman di dunia ini memang hanya rumah." Gumam Thrisca pelan.
Meskipun sudah sering mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari orang-orang luar, namun gadis itu tidak bisa memungkiri bahwa ia merasa sakit hati dengan sikap suaminya yang memperlakukan dirinya seperti kuman yang harus dijauhi.
Thrisca sendiri sempat mengalami obesitas pada usia remaja selama masa pubertas. Gadis itu sudah terbiasa dipandang dengan tatapan remeh oleh orang-orang yang hanya mementingkan penampilan. Meskipun hanya mengalami obesitas sementara, namun perlakuan tidak menyenangkan yang ia dapat sebagai gadis gendut terus membekas hingga gadis itu beranjak dewasa.
Walaupun sejak masuk sekolah menengah atas, gadis itu sudah kembali kurus dan semakin cantik, hal itu tidak membuat Thrisca cukup percaya diri untuk menghadapi orang-orang di dunia luar.
Thrisca tetap terkurung di dunianya sendiri tanpa membiarkan seorangpun masuk ke dalam sangkarnya.
Thrisca menenteng kantong belanjaan menuju mobil tanpa dibantu oleh Han. Asisten Ron itu menatap istri sang bos dengan tatapan tidak tega, sementara Ron sibuk memainkan gadgetnya tanpa mempedulikan sang istri yang sibuk mengurus belanjaan.
"Gendut, sudah selesai belum?!" tanya Ron dengan setengah berteriak pada Thrisca.
"Sudah," jawab Thrisca dengan suara pelan seraya mengusap peluh di dahinya.
Ron masuk ke dalam mobil dibantu oleh Han. Sang istri mengikuti langkah Ron dan segera duduk manis disamping suaminya itu.
"Ini, habiskan!"
Ron kembali memberikan bungkus roti isi yang masih tersisa pada sang istri.
Thrisca menatap bungkus roti itu dengan wajah depresi. Gadis itu sudah tidak sanggup lagi memasukkan makanan porsi kuli itu ke dalam mulutnya.
"Kau baru makan sedikit tadi. Kau pasti lapar kan? Tidak usah malu. Aku bisa membelikanmu sepuluh bungkus lagi jika kau masih belum kenyang," ujar Ron dengan nada mengejek.
"Rasanya aku ingin muntah!" jerit Thrisca dalam hati.
"Ayo cepat habiskan! Setelah roti ini habis aku akan membiarkanmu tidur siang. Aku sudah tidak terlalu lapar. Masaknya nanti saja untuk makan siang," ujar Ron seraya membuka bungkus roti.
"A-aku sudah kenyang. Aku akan memakannya lagi nanti," tolak Thrisca.
"Mana mungkin kau sudah kenyang?! Bagaimana kau bisa tumbuh selebar itu hanya dengan satu bungkus roti?!" tanya Ron seraya mengerutkan keningnya.
"A-aku tidak makan sebanyak itu. Ini.. ini pasti faktor keturunan. Aku tidak gemuk karena makan banyak." jawab Thrisca dengan tergagap.
"Lalu darimana datangnya lemak-lemak itu kalau kau hanya menyerap sedikit makanan?!"
Ron mulai memojokkan Thrisca agar gadis itu mengaku kalau penampilan gemuknya itu hanyalah sandiwara.
"Sepertinya Ron sudah tahu penampilan palsuku.." batin Thrisca mulai panik.
Gadis itu mulai berkeringat dingin saat menerima pertanyaan beruntun dari sang suami.
"Ngomong-ngomong berapa bobotmu? Apa kau tidak pernah ke dokter dan berkonsultasi masalah berat badanmu? Badan selebar ini bisa membuatmu terserang banyak penyakit. Bagaimana kalau kau berkonsultasi pada dokterku? Aku akan membiayai sedot lemak untukmu.." tawar Ron dengan senyum palsu.
"Apa kau tahu membahas berat badan dengan seorang wanita itu tidak sopan?! Berapapun beratku, itu tidak ada hubungannya denganmu!"
Thrisca menjawab suaminya dengan tatapan dingin meskipun gadis itu sebenarnya gugup dan gemetar ketakutan.
"Aku akan meminta dokterku datang sore nanti. Menurunkan sepuluh hingga dua puluh kilo kurasa tidak terlalu sulit," ujar Ron.
"Tidak perlu! Terus saja abaikan aku seperti biasanya!"
Thrisca menyambar bungkus roti di tangan Ron dan memaksa memasukkan benda jumbo itu ke dalam mulutnya.
"Aku lebih suka seperti ini! Aku tidak akan bisa hidup jika harus menjalani diet yang menyiksa!"
Thrisca memakan rotinya dengan lahap dan bertingkah seolah ia benar-benar gadis gendut yang tidak bisa dipisahkan dari makanan.
"Gendut, kau benar-benar tidak pandai menipu.." ujar Ron dalam hati seraya menggeleng-gelengkan kepala melihat sang istri memakan roti darinya dengan rakus.
***
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Ryoka2
😭😭
2022-03-14
0
Ryoka2
Ntar makan heboh pasti disalahin juga😭😆
2022-03-14
0
Ryoka2
Ya ampun capek banget sama suaminya😭🤧
2022-03-14
0