"Han!"
Pagi-pagi sekali Ron berteriak memanggil bawahannya.
Semenjak ia mengatur kecelakaan palsu dan berpura-pura lumpuh, Ron memutuskan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaannya dari rumah. Hanya orang-orang tertentu yang mengetahui kondisinya yang sebenarnya.
Tadinya setelah menggugat cerai istrinya, Ron berniat menyudahi sandiwaranya dan kembali bekerja ke kantor.
Namun kejutan yang diberikan oleh istrinya, membuatnya berubah pikiran dan ingin mempertahankan pernikahannya dengan Thrisca untuk memberikan pelajaran pada gadis yang telah membodohinya itu.
"Mana surat cerai yang sudah ditandatangani si gendut itu?!"
"Ada di mejamu, Bos."
"Ambil! Sobek! Bakar! Dan buang abunya ke rumah si gendut itu! Aku tidak akan memberikan apa yang diinginkan oleh gadis itu! Gadis itu berharap aku menolaknya? Gadis itu berharap aku akan menceraikannya?! Mimpi saja kau, gendut!!"
Di pagi yang cerah ini, omelan Ron sudah menjadi sarapan nikmat bagi asisten malang seperti Han.
"Cepat pergi ambil mobil! Kita jemput si gendut itu sekarang!"
Mobil Ron melaju dengan cepat menuju kediaman lain Ron yang ditempati oleh Thrisca.
Pagi ini Ron dan Thrisca akan berangkat ke bandara untuk menjemput Tuan Besar Hasan. Begitu Ron tiba, Thrisca sudah bersiap dengan sumpalan kainnya. Penampilannya kali ini bahkan lebih norak dari biasanya.
"Si gendut itu ingin mempermalukanku di depan umum?!"
Ron menatap Thrisca dengan wajah masam.
Ron dan Thrisca saling diam selama berada di mobil. Ron tak henti-hentinya melirik ke arah istrinya dengan tatapan sinis.
"Ingin sekali aku tarik rambut palsu kampungan itu!! Berani sekali dia berpenampilan seperti ini untuk membuatku diejek dan dipermalukan!"
Ron terus mengomel di dalam hati seraya menatap istrinya dengan intens.
Thrisca yang merasakan tatapan dingin dari suaminya, hanya bisa menunduk dan menyembunyikan wajahnya.
"Kenapa dia melihatku seperti itu? Rasanya ingin kucolok saja matanya!" gerutu Thrisca dalam hati.
Setelah lama berkendara, akhirnya pasangan suami-istri itu tiba di bandara. Ron menunggu kedatangan kakeknya dengan wajah malas.
"Han, belikan kopi!" perintah Ron.
"Nona, ingin minum sesuatu?" tawar Han pada Thrisca.
"Aku tidak perlu--"
"Mana mungkin tidak haus? Gendut sepertimu pasti minumnya banyak kan?!"
Ron sengaja ingin mengerjai Thrisca.
"Han, belikan jus, kopi, susu, es teh, es kelapa, dan minuman manis lainnya. Hanya satu gelas tentu tidak cukup untuk si gendut ini." ujar Ron dengan senyum mengejek.
"Dasar pria tidak waras!" batin Thrisca seraya menoleh ke arah Ron dengan wajah kesal.
"Kalau begitu air mineral saja, Mas Han. Terimakasih," ujar Thrisca.
"Air mineral saja mana mungkin cukup?! Han, belikan satu liter air mineral!" perintah Ron.
Thrisca menatap Ron dengan tatapan dingin dan tidak suka. Gadis itu hanya bisa memasang tampang cemberut di depan suami yang tengah mengerjainya itu.
Han benar-benar membelikan air mineral sebotol besar untuk Thrisca dan satu gelas kopi untuk bosnya.
"Ayo minum! Kalau makan dan minummu hanya sedikit, mana mungkin kau bisa berkembang sampai selebar ini?!" ejek Ron lagi.
"Baik! Aku memang benar-benar haus!"
Thrisca menenggak minuman berbotol besar itu dengan rakus. Amarah yang melandanya mampu membuatnya menelan begitu banyak air untuk memadamkan api dalam hatinya.
Ron dan Han nampak tercengang melihat Thrisca yang meminum air itu dengan rakus. Gadis kecil itu dapat menenggak lebih dari setengah botol besar air mineral dalam sekali teguk.
"Badan kecilnya benar-benar kuat," batin Ron tak percaya.
"Rasanya perutku ingin meledak karena air.." batin Thrisca seraya menepuk-nepuk perut kembungnya.
Ron dan Thrisca sibuk dengan minuman mereka masing-masing tanpa saling bicara. Dari awal mereka memang tidak mengenal satu sama lain dan tidak ingin saling mengenal.
Sepuluh menit berlalu. Hingga satu jam tepat pun sudah berlalu, sang kakek yang ditunggu tak kunjung hadir di bandara tempat mereka menjemput.
"Kemana pak tua sialan itu?!" gerutu Ron seraya mencengkeram cup kopi yang ada di tangannya.
"Han, cepat cari tahu kapan pesawat sial itu akan mendarat!"
Han segera berlari mencari informasi. Tinggallah Ron dan Thrisca di bandara yang ramai itu. Orang-orang nampak menunjuk ke arah Thrisca dan dirinya. Penampilan Thrisca yang mencolok memang terlalu menarik perhatian orang.
Ron pun menggeser kursi rodanya menjauh dari Thrisca agar ia tidak menjadi bahan pembicaraan. Sementara si gadis yang tengah menjadi bahan gosip, hanya bisa menunduk tanpa berani menatap mata penuh ejek yang terarah padanya.
"Siapa suruh memakai pakaian aneh seperti ini?! Sudah diberi wajah cantik, kenapa malah ditutupi dengan dandanan kampungan begini?!" batin Ron kesal.
"Tunggu! Cantik apanya?! Wajahnya biasa saja. Bahkan tanpa perlu dijelek-jelekkan, wajahnya sudah jelek!" Ron mengomel pada dirinya sendiri yang memuji istrinya sebagai gadis cantik.
"Hei, kemari!"
Lama-lama Ron menjadi tidak tega istrinya dicibir oleh orang-orang tidak dikenal.
"Apa yang bisa aku lakukan?"
Thrisca bertanya dengan lembut. Hampir saja Ron terpengaruh kata-kata manis dari istrinya itu.
"Dorong aku! Cepat! Aku tidak mau menunggu disini!"
Thrisca mendorong kursi roda Ron dengan susah payah. Sumpalan kain yang ia lilitkan pada tubuhnya benar-benar membuatnya gerah dan sulit bergerak. Ia tidak tahan lagi jika harus berlama-lama memakai tampilan gendut itu untuk membodohi Ron.
Ron memilih masuk ke salah satu cafe yang kosong. Pria itu juga menyuruh istrinya untuk duduk di bangku yang berbeda.
Ron sengaja memesankan banyak makanan manis untuk mengerjai istri gendutnya itu. Pria jahat itu bahkan meminta pegawai cafe untuk menaikkan suhu pada AC.
Keringat Thrisca mengucur makin deras. Gadis itu semakin gerah hingga sesak nafas karena pakaian tebal yang ia kenakan.
"Ron pasti sengaja! Pria jahat itu ingin membunuhku!" gerutu Thrisca dalam hati.
"Ayo cepat habiskan kuemu! Kita akan pergi setelah kau menghabiskan semua makanannya.." ujar Ron dengan senyum jahat.
"Itu tidak sulit kan gendut?! Kau sudah biasa makan banyak, kan?!" sambung Ron.
Thrisca sudah siap memuntahkan seluruh isi perutnya. Rasa gerah dan paksaan Ron untuk menghabiskan banyak makanan benar-benar menyiksanya.
"Tuan, boleh aku ke toilet sebentar?" tanya Thrisca dengan senyum paksa.
"Dua menit!"
"Terimakasih.."
Thrisca segera berlari menuju toilet untuk memuntahkan kue manis di mulutnya. Suaminya memaksanya menghabiskan 10 potong kue yang benar-benar manis dan membuat giginya ngilu.
Gadis itu juga segera melepas seluruh pakaiannya untuk menghilangkan rasa gerah dan sesak yang sudah ia tahan sejak tadi.
"Apa Ron sengaja mengerjaiku?! Dia tidak mungkin tahu kan kalau aku hanya membuat penampilan palsu?" gumam Thrisca.
Thrisca mengusap seluruh peluh yang mengucur di tubuhnya.
"Pakaianku jadi bau masam.." rengek gadis itu. Thrisca duduk sejenak di toilet untuk menghilangkan seluruh peluh dari tubuhnya.
"Lama sekali! Anak itu tidak mati karena kepanasan kan?!"
Ron mulai cemas mengetahui Thrisca yang tak kunjung kembali.
"Biar sajalah! Dia sendiri yang mencari masalah! Kalau dia berpenampilan normal, hal ini tidak akan terjadi kan?!"
Ron berusaha menenangkan diri.
"Tapi, apa aku periksa saja ya? Bagaimana kalau benar terjadi hal buruk padanya?!"
Ron memutar kursi rodanya dengan susah payah dan merayap menuju toilet untuk mencari Thrisca.
"Gendut! Gendut, kau di dalam?"
Ron berteriak di luar toilet wanita.
Thrisca yang tengah rehat, segera memakai pakaiannya dengan panik saat mendengar suara Ron.
"Bukankah itu suara, Ron?! Untuk apa pria itu menghampiriku sampai kesini?!"
"Gendut! Kau tidak mati kan?!"
Ron mulai menggedor-gedor pintu toilet.
Thrisca semakin kalang kabut dan berpakaian dengan super cepat saat mendengar Ron yang semakin liar menggedor pintu.
"Gendut! Kalau kau tidak menjawab, aku akan menerobos masuk!"
Ron semakin cemas saat tidak mendapat jawaban apapun dari Thrisca.
Tak berselang lama, Thrisca segera keluar dengan pakaian semrawut dan berantakan.
"Maaf, aku tadi jatuh dan kesulitan berdiri. Pakaianku sedikit basah,"
Thrisca mencoba membuat-buat alasan.
Ron mengamati Thrisca dengan seksama. Dilihatnya peluh-peluh yang masih bercucuran di dahi istrinya itu.
Ron mulai merasa bersalah sudah membuat Thrisca berpeluh dan tersiksa karena gerah.
"Ayo, kita cari kakek."
Ron bergegas mengajak Thrisca keluar dari tempat panas itu.
"Aku.. aku ingin jus di cafe itu. Cepat belikan!" suruh Ron pada Thrisca setelah mereka berdua keluar dari cafe panas.
Thrisca melangkah dengan kesal menuju cafe yang ditunjuk oleh Ron. Saat gadis itu masuk, hawa dingin yang menusuk benar-benar bagai angin segar bagi gadis berlapis kain itu. Berada di tempat itu selama beberapa menit saja sudah berhasil membuat baju berkeringatnya mengering dan mengusir seluruh peluh di dahinya.
Thrisca keluar dari cafe itu dengan sumringah. Rasa sesak nafas yang ia rasakan sebelumnya sudah benar-benar hilang. Gadis itu memberikan jus pesanan Ron sambil tersenyum manis pada pria tampan itu.
"Untukmu saja, aku sudah tidak haus!" ujar Ron sok tak peduli. Pria itu tersenyum tipis setelah melihat kondisi istri gendutnya nampak lebih baik.
"Dia pikir aku apa?! Wadah untuk menampung makanan?!!" gumam Thrisca pelan.
Gadis itu menyeruput sedikit demi sedikit jus yang ia belikan untuk Ron. Sementara pria itu tengah sibuk menghubungi Han untuk menanyakan keberadaan kakeknya.
"Bos, pesawatnya baru akan lepas landas.." ujar Han.
"Kakek sial! Awas saja kalau nanti aku bertemu denganmu! Aku tidak mau menunggu pria tua itu lagi!!"
Amarah Ron semakin meledak-ledak.
Wajah masam Ron membuat suasana mobil Ron semakin mencekam. Thrisca bahkan tidak berani bergerak sedikitpun saat duduk di samping Ron.
"Akhirnya sampai rumah juga! Aku sudah tidak sabar melepas baju panas ini.." batin Thrisca penuh suka cita.
"Terimakasih sudah mengantarku, Tuan." pamit Thrisca dengan senyum sumringah.
"Terimakasih apa?! Aku tidak mengantarmu! Aku sedang pulang ke rumahku!"
Ron ikut turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah terlebih dulu. Sementara Thrisca masih mematung di halaman rumah mencoba mencerna perkataan suaminya.
"Apa?! Apa maksud perkataan orang gila itu?!"
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Ryoka2
😭😌
2022-03-14
0
Ryoka2
Ahahah, capek 😭🙏🏻
2022-03-14
0
Ryoka2
Padahal sebelumnya dia yang mau cerai wkwk🤧
2022-03-14
0