"Apa maksudmu?"
Thrisca benar-benar bingung dengan jalan pikiran suaminya itu. Ia sangat menyadari semua yang dilakukan Ron untuknya tidak didasari oleh cinta.
Thrisca tidak ingin hidup bersama seseorang yang tidak menginginkannya. Gadis itu tidak ingin selamanya terpenjara di istana suaminya.
"Tuan, mungkin memang banyak yang harus kau pertimbangkan. Tapi aku juga ingin memiliki kehidupanku sendiri. Kau juga pasti ingin hidup bersama dengan gadis pujaanmu kan? Aku juga ingin hidup bersama pria pujaanku. Jadi mari jangan saling menyakiti diri sendiri dengan terus bersama orang yang tidak kau inginkan."
"Ada seseorang yang sedang kau tunggu saat ini?" tanya Ron masih dengan tatapan lurus memandangi Thrisca.
"Aku menunggumu.."
Thrisca memberanikan diri mengatakan isi hatinya.
Jantung Ron berdegup kencang saat mendengar pengakuan dari istrinya. Ini adalah pengakuan cinta pertama yang pernah ia dapat seumur hidupnya.
"Aku serius, jangan bercanda!"
Ron mencoba menyembunyikan wajah tersipunya.
"Aku bersungguh-sungguh. Aku menunggumu. Bagimu pernikahan ini mungkin tidak ada artinya. Tapi saat kau membawaku ke rumah ini, aku sudah menjadi milikmu. Aku sudah membuka hati untukmu. Tapi apa yang kudapatkan? Setelah berbulan-bulan, akhirnya kau datang mengunjungiku namun kau hadir membawa surat cerai untukku."
Thrisca berusaha keras menahan air matanya.
"Hanya ada dua pria yang kutunggu selama hidupku. Hanya kau dan ayahku. Aku sudah terbiasa menunggu kepulangan ayahku untuk satu hingga dua hari. Tapi aku harus menunggu enam bulan lamanya untuk kepulangan suamiku! Aku akui, setelah beberapa hari bersamamu, aku sempat menaruh harapan padamu. Tapi bukan berarti aku ingin bersamamu. Keinginanku untuk bersamamu sudah pupus sejak lama,"
Thrisca mengusap air matanya yang mengalir deras.
Ron menatap wajah istrinya dengan sorot mata yang lembut. Ia tidak menyangka gadis yang ia abaikan selama ini begitu tersakiti karena sikap kekanakannya. Pria itu tidak lagi memiliki muka untuk berbicara dengan istri yang telah disia-siakannya.
"Aku gerah. Maaf, aku harus berganti pakaian sekarang."
Thrisca mengambil koper besar dan hendak memindah semua pakaiannya dari lemari Ron.
"Kau mau kemana?" cegah Ron pada Thrisca yang sibuk melempar baju ke dalam koper.
"Menempatkan segala sesuatu pada tempatnya." jawab Thrisca dingin.
"Gendut, jangan seperti ini. Aku akui aku salah! Aku bodoh! Aku pria jahat dan aku tidak pantas untukmu! Maaf aku sempat menganggap remeh pernikahan kita.." sesal Ron.
"Itu hanya masa lalu. Aku pikir aku juga bisa menganggap enteng pernikahan. Tapi begitu melakukan upacara suci itu bersamamu, aku sadar seharusnya aku tidak bermain-main dengan pernikahan. Maaf aku sudah mengomel padamu. Itu perasaanku, jadi itu adalah masalahku sendiri. Tidak seharusnya aku menyalahkanmu."
Thrisca keluar dari kamar Ron seraya menyeret koper besar itu.
"Gendut, aku akan belajar menerimamu mulai saat ini. Mari kita coba bersama, Oke? Kita bisa mulai dulu dari berteman. Kita bahkan belum saling mengenal. Kau ingin menyudahinya sekarang? Aku benar-benar ingin mengulang segalanya dari awal lagi bersamamu." Ron terus membujuk istrinya.
"Kau ada maksud dan tujuan lain kan? Aku tidak ingin terlibat apapun denganmu!"
Thrisca mulai membuka pintu kamar tamu. Langkahnya terhenti saat Ron kembali berbicara padanya.
"Baik! Kau benar! Aku ada maksud dan tujuan lain! Kau bilang kau ingin aku hidup bersama dengan gadis impianku? Aku akan menjadikanmu gadis impianku. Mungkin kau benar saat ini aku hanya ingin memanfaatkanmu dan lari dari kenyataan. Aku tidak bisa mengejar gadis impianku jadi aku ingin berbalik mengejarmu! Tapi aku tidak akan menjadikanmu sekedar pelarian untukku! Aku akan belajar membuka hatiku dan menjadikanmu wanita nomor satu di hatiku!"
Brakk!!
Seluruh ucapan Ron mendapat bantingan pintu yang keras dari istrinya sebagai jawaban.
"Pria itu pintar sekali membual! Saat aku berpenampilan gendut dan aneh, dia tidak pernah datang mengunjungiku! Begitu dia tahu semua penampilan itu palsu, kenapa sekarang mau sok mengejarku?!"
"Semua pria sama saja! Saat ada gadis yang lebih cantik dariku muncul, dia pasti akan meninggalkanku dengan mudah!"
Thrisca menyobek kertas-kertas yang ada di kamarnya dengan geram.
***
Pagi-pagi sekali Thrisca sudah terbangun dari tidurnya dan berjalan keluar kamar. Gadis itu sempat terperanjat kaget ketika melihat tubuh manusia tergeletak di depan kamarnya.
"Ron! Dasar pria gila!"
Gadis itu berjongkok untuk melihat keadaan Ron yang tertidur di lantai.
"Kau pikir aku akan terharu dengan trik murahan seperti ini?!" ujar Thrisca dengan sinis pada makhluk yang masih memejamkan mata itu.
"Tuan.. tuan.."
Thrisca mengguncang-guncangkan tubuh Ron untuk membangunkan pria itu.
"Kenapa pria ini tidak bangun juga?"
Thrisca mendekatkan kepalanya dan menempelkan telinganya di dada Ron untuk memeriksa detak jantung suaminya itu.
Pria yang dikira mati oleh Thrisca itu perlahan membuka mata dan langsung terbelalak kaget ketika melihat kepala berambut hitam yang menempel di atas tubuhnya.
Aaahhh!!
Pria itu mendorong Thrisca sekuat tenaga hingga membuat istrinya itu terpental ke sisi lantai yang lain.
Aww!!
Gadis itu benar-benar kesakitan karena dorongan keras suaminya. Tangan dan punggung Thrisca terbentur dengan keras di lantai hingga membuat luka di siku tangan gadis itu.
"Gendut!!"
Ron segera menghampiri istrinya yang terkapar di lantai karena dirinya.
Thrisca meringis kesakitan dan berusaha bangun dari lantai dengan perlahan.
"Gendut, maaf aku tidak sengaja.."
Ron segera menggendong istrinya dan membaringkan tubuh mungil istrinya di ranjang kamarnya.
Mata Thrisca mulai berkaca-kaca karena perih yang dirasakannya di sekujur tubuh.
"Mana yang sakit? Lengan? Punggung?" Ron memijat-mijat tubuh istrinya dengan lembut.
"Aku.. aku ingin kembali ke kamarku." ujar Thrisca lirih.
"Sudah seperti ini kau masih memikirkan hal itu?"
Ron mendudukkan tubuh istrinya itu. Pria itu menarik baju istrinya dan hendak melepas kain yang menutupi tubuh istrinya itu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Thrisca dengan suara lemas.
"Apalagi? Tentu saja memeriksa luka-lukamu!"
Ron membuka baju atasan istrinya perlahan. Thrisca hanya menurut dan membiarkan pria itu melakukan sesukanya.
"Bagian mana yang sakit? Memar-memarnya baru akan terlihat setelah beberapa jam."
Pria itu mengusap darah yang mengucur dari lengan istrinya.
Ron bergegas mencari kotak obat dengan panik. Pria itu mendudukkan Thrisca di pangkuannya dan segera mengusap darah yang masih mengalir di tangan istrinya itu.
"Maaf, Gendut. Aku tadi benar-benar kaget. Aku kira kau hantu, rambut panjangmu itu sangat menyeramkan." ujar Ron mencari pembelaan.
"Ini juga bukan pertama kalinya aku terluka karenamu."
"Kau memang pandai menyindir,"
Ron mengusap pipi istrinya itu dengan lembut.
"Aku tahu kau masih suamiku, tapi bisakah kau tidak menyentuhku seperti ini? Hubungan kita tidak sedekat ini bukan?"
Thrisca menatap wajah suaminya dari dekat.
Wajah mereka berdua benar-benar dekat hingga membuat Ron terpesona melihat wajah cantik istrinya itu dari dekat.
"Kenapa?"
"Kenapa apanya? Kau tidak mendengar ucapanku?!"
"Kenapa aku tidak boleh menyentuh istriku sendiri?"
Setelah mengatakan hal itu, Ron tanpa sadar semakin mendekat ke wajah Thrisca dan mengecup bibir merah istrinya itu.
Thrisca segera mendorong dada bidang suaminya dengan sekuat tenaga. Gadis itu menutup bibirnya dengan kedua tangan.
"Apa yang kau lakukan?!" bentak Thrisca dengan mulut yang terbungkam tangannya sendiri.
"Kenapa? Aku juga tidak boleh mencium istriku sendiri?!" tanya Ron dengan wajah polos.
"Kau benar-benar menyebalkan!"
Thrisca mengambil kaosnya dan berlari keluar dari kamar Ron dengan setengah telanjang.
Saat membuka pintu, terlihat Han sudah berdiri di depan pintu kamar pasangan itu. Asisten Ron itu nampak terkejut mendapati pemandangan yang agak kurang pantas. Han melihat dengan jelas istri Ron yang tidak mengenakan atasan dan hanya mengenakan pakaian dalam.
"Tutup matamu itu sialan!!"
Ron melempar sandalnya tepat mengarah ke wajah Han.
"Mas Han, jangan salah paham! Ini tidak seperti yang kau kira!" ujar Thrisca seraya berlari meninggalkan kamar Ron.
"Maaf, Bos.." Han masuk ke dalam kamar seraya membawa sandal bosnya.
"Lain kali sebelum masuk ke rumahku, hubungi aku dulu! Sebelum aku mengijinkan, kau tidak boleh masuk!" omel Ron dengan garang.
"Baik, Bos."
Han hanya bisa mengangguk pasrah mengikuti aturan dari bosnya.
"Lilian sudah kembali. Kau sudah tahu kan?"
Han kembali mengangguk tanpa mengeluarkan suara.
"Bakar surat cerai baru itu! Aku akan menunjukkan pada Lilian bahwa aku bisa hidup tanpa wanita itu!"
"Baik, Bos."
"Jangan biarkan Lilian menemui ibuku. Aku tidak ingin wanita tua itu ikut mencampuri urusanku."
"Nyonya sudah tiba di kota ini, Tuan." ungkap Han.
"Wanita tua itu sama menyebalkannya dengan kakek!"
"Nyonya akan berkunjung besok." tambah Han.
"Kemana?" tanya Ron bingung.
"Ke rumah, Tuan."
"Rumah yang mana?"
"Emm.. soal itu. Mungkin bukan rumah ini yang dimaksud oleh Nyonya." jawab Han dengan hati-hati.
"Bilang aku sudah pindah! Wanita itu sangat tidak menyukai istriku, kan?! Kita lihat apa dia masih mau berkunjung di rumah yang kutinggali bersama menantu yang tidak disukainya!"
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Ufuk Timur
Ya amoun Trusca, ,masa suaminya dikira mati, ,jahat beud
2022-01-03
1
renjana biru
nyicil like kak😁
2021-12-28
1
kyara manda
sebenarnya mereka udah berpisah dr pertama kata cerai terucap dri ron jatuh talak,,yah ini kan cuma novel suka2 author lah🙏🙏
2021-12-08
1