Tengah malam Thrisca terbangun karena rasa sesak dari selimut yang melilitnya. Gadis itu membuka mata perlahan dan mendapati Ron tengah terbaring disampingnya.
"Kenapa aku tidak bisa bergerak?!" batin Thrisca.
"Sial! Siapa yang membungkusku seperti lontong begini?!" gerutu Thrisca.
Karena masih lemas dan sudah sesak nafas, Thrisca pun menyerah dan memberanikan diri membangunkan suaminya.
"T-tuan.. tuan.." panggil Thrisca dengan lembut.
Gadis itu menggeliat mendekat ke arah suaminya.
"Tuan,"
Thrisca masih berusaha memanggil-manggil Ron, namun pria itu sama sekali tak bergerak.
"Bagaimana ini? Aku tidak bisa menggunakan tangan dan kakiku untuk menendangnya!" ujar Thrisca kesal.
"Mas.. mas,"
Thrisca menaikkan volume suaranya namun masih dengan nada yang lembut.
Ron mulai bergerak dan membuka matanya perlahan. Pria itu nampak terkejut, ada wajah cantik yang terpampang jelas di hadapannya.
"Mimpi apa ini?! Kenapa ada dewi di depanku?" batin Ron.
Wajah pria itu mulai merah merona.
"Tuan.."
Thrisca memanggil Ron dengan lembut saat melihat pria itu sudah membuka mata.
"Tuan, tolong aku tidak bisa bergerak," pinta Thrisca dengan lembut.
Ron hanya diam menatap wajah cantik istrinya itu.
"Tuan, tolong lepaskan selimutnya.."
Thrisca masih memohon pertolongan pada Ron namun pria itu sama sekali tidak menghiraukan rengekan istrinya.
"Ron!!"
Thrisca mengayunkan kepalanya dan mendaratkan kepala kerasnya pada dahi suaminya.
Awww!!
Ron bangkit dari ranjang sambil memegangi dahinya. Pria itu meringis kesakitan seraya mengusap-usap kepalanya yang benjol.
"Ada apa denganmu?!" omel Ron.
"Kau yang kenapa?! Apa kau sudah tuli? Aku mengajakmu bicara sejak tadi tapi kau mengabaikanku!"
Thrisca tak kalah kesal dan balik berteriak pada suaminya.
"Aku pasti sudah gila memimpikanmu sebagai dewi! Kau hanya si gendut yang menyebalkan!"
Thrisca mengalihkan pandangannya dari Ron. Gadis itu merasa malu dan bersalah sudah membodohi Ron dengan penampilannya.
"Kenapa?! Tidak berteriak lagi?!"
"Aku.. aku sesak nafas. Tolong buka selimutnya," ujar Thrisca lirih.
Mendengar kata sesak nafas, Ron mulai panik dan segera mengendorkan selimut yang membungkus tubuh istrinya.
Thrisca mulai bernafas lega, tubuhnya sudah terbebas dari lilitan kain itu. Thrisca masih belum menyadari tubuhnya tidak memakai apapun. Dengan lemas gadis itu hendak membuka selimut dan berjalan bangkit dari ranjang.
Ron dengan sigap segera memegang selimut Thrisca sebelum gadis itu mengekspos tubuhnya yang tidak berpakaian.
"Kenapa denganmu?" tanya Thrisca dengan lemas.
"Kau yang kenapa?! Aku tahu aku suamimu, tapi aku sama sekali tidak berminat padamu!" cibir Ron.
Thrisca menyingkirkan tangan Ron dari tubuhnya. Gadis itu membuka mata lebar-lebar dan menyadari bahwa ia terbaring di ranjang tanpa mengenakan pakaian.
Thrisca menutup wajahnya dengan selimut karena malu.
"Itu.. aku akan kembali ke kamarku."
ujar Thrisca dari dalam selimut.
"Aku akan ambilkan pakaianmu--"
"Tidak perlu!" tolak Thrisca cepat.
"Kenapa? Kau masih mau memakai banyak sumpalan kain? Atau kau masih mau mengenakan rambut palsu anehmu itu?!" sindir Ron.
"Aku akan beristirahat di kamar tamu."
Thrisca melilitkan selimut rapat-rapat pada tubuhnya.
"Istirahatlah disini!"
Perkataan Ron menghentikan Thrisca yang hendak beranjak dari ranjang.
"Tidak perlu, aku--"
"Jangan membantah! Kali ini aku menyuruhmu tinggal bukan untuk mengerjaimu. Akan aku ambilkan pakaianmu."
"Kau masih berhutang penjelasan padaku." sambung Ron.
Kata-kata Ron membuat Thrisca cukup terharu. Sebelumnya ia selalu sendirian saat sakit. Tidak ada orang yang memperhatikan. Tidak ada orang yang merawat. Namun kali ini, ada suara seseorang yang memenuhi istananya yang sepi.
Tanpa sadar air mata mengucur deras membasahi pipi gadis itu. Thrisca segera menyembunyikan wajahnya yang tengah menangis itu.
Ron bangkit dari ranjang dan berjongkok di depan Thrisca.
"Kau memang berhutang satu penjelasan padaku. Tapi aku berhutang seribu maaf padamu. Maafkan aku untuk kesialanmu hari ini." ujar Ron dengan tulus.
Pria itu mengusap air mata yang membasahi pipi istrinya.
"Kau juga berhutang satu penjelasan padaku." ujar Thrisca dengan suara serak.
"Apa?"
"Untuk apa kau membutuhkan kursi roda jika kau bisa berjalan dengan normal?!" sindir Thrisca.
Pria itu benar-benar tidak ingat dengan sandiwara lumpuhnya. Pada akhirnya dua makhluk itu masih satu tipe dan sama bodohnya.
"Akan aku ambilkan bajumu,"
Ron segera kabur sebelum wajah malunya terlihat oleh istrinya.
Tak berselang lama Ron kembali dengan pakaian penuh di tangannya.
Pria itu mengemasi seluruh pakaian istrinya dan membawa koper besar masuk ke dalam kamarnya.
"Apa kau akan mengusirku? Kau bilang rumah ini akan menjadi kompensasi perceraian kita?" tanya Thrisca cemas.
"Siapa yang akan mengusirmu! Aku meletakkan pakaian istriku di kamarku. Ada yang salah dengan itu?!" ujar Ron dengan kesal.
"Aku.. bukan istrimu." ujar Thrisca lirih.
"Bukan? Lalu kau siapa? Kenapa kau di rumahku? Untuk apa aku membiarkan orang asing tidur di ranjangku?!"
"Kita.. kita sudah bercerai bukan?"
"Cerai? Sepertinya kau bersemangat sekali ingin bercerai dariku." sindir Ron.
"Bukan begitu. Kita--"
"Kita bahas besok saja! Sekarang pakai bajumu!" perintah Ron.
Thrisca mengambil beberapa pakaian dari koper. Sementara sang suami tengah sibuk menata baju sang istri ke dalam lemari besar di kamar tersebut.
Gadis itu bangkit dari ranjang hendak menuju kamar mandi. Saat tengah melangkahkan kaki, Thrisca merasakan nyeri luar biasa pada kakinya. Gadis itu melirik ke arah kakinya dan mendapati tempelan perban melilit kakinya.
"Kenapa? Ada yang sakit?"
Mendengar rintihan kesakitan dari sang istri, Ron mengabaikan pakaian Thrisca dan beralih mendekati gadis itu.
"Tidak. Aku tidak ingat kalau kakiku terluka."
"Apa yang kau lakukan pada kakimu?! Aku melihat ada bekas kaca tertempel di kakimu." tanya Ron dengan galak.
"Oh, itu mungkin karena gelas minuman." jawab Thrisca datar.
"Gelas minuman?"
"Aku pergi mengambilkan minuman untukmu. Saat aku melihatmu tenggelam, sepertinya gelas itu lepas dari genggaman tanganku dan pecah di lantai. Mungkin aku tidak sadar sudah menginjaknya," jelas Thrisca.
Ron semakin merasa bersalah sudah membuat gadis itu terluka. Niat Ron hanya ingin mengerjai gadis itu, namun ia justru hampir membunuh istri yang belum sempat ia ceraikan itu.
"Kau mau kemana? Biar aku gendong,"
Ron mendudukkan istrinya di tepi ranjang.
"Aku hanya ingin ke kamar mandi. Aku bisa berjalan sendiri," tolak Thrisca dengan senyuman lembut.
"Kau hanya ingin memakai baju? Pakai disini saja. Tidak perlu ke kamar mandi."
"Itu.. tidak bisakah kau keluar sebentar?" pinta Thrisca dengan takut-takut.
"Kau pikir aku tertarik padamu?! Pakai saja bajumu disini. Aku tidak akan melirik sedikitpun!" ujar Ron dengan angkuh.
"Benar juga. Kau tidak melihatku sebagai wanita. Apa yang perlu kucemaskan?!"
Thrisca membuka selimutnya dengan santai di hadapan Ron.
Wanita itu memakai pakaiannya satu persatu disaksikan oleh suaminya yang masih berdiri tegak disampingnya.
"Aku sudah melihat banyak wanita yang lebih cantik dan lebih seksi darimu, gendut! Kau pikir kau bisa menggodaku?" ejek Ron.
Pria itu kembali mengurus pakaian Thrisca dan menyembunyikan wajah kesalnya.
"Padahal dia sudah menyerahkan dirinya secara sukarela padaku, kenapa aku malah menyia-nyiakan kesempatan emas ini?!"
Ron hanya bisa menggigit jari menyesali perbuatannya sendiri yang sok tidak peduli dan tidak tertarik pada istrinya.
"Istirahatlah. Aku akan membereskan pakaianku besok pagi,"
Thrisca kembali membaringkan tubuhnya di ranjang.
Ron melirik ke arah Thrisca dengan wajah depresi.
"Seharusnya aku tidak membiarkan makhluk itu memasuki kamarku!" gerutu pria tampan berusia dua puluh delapan tahun itu.
"Kau tidak mau makan dulu? Dokter meninggalkan obat untukmu.."
Ron kembali menghampiri sang istri.
"Obat apa? Aku baik-baik saja.."
"Baik-baik saja apanya?! Kau pingsan sejak tadi dan kau hampir mati!" bentak Ron.
"Apa hubungan kita sedekat ini? Itu urusanku jika aku hampir mati. Tidak ada hubungannya denganmu. Kenapa kau harus marah padaku?!"
"Tidak ada hubungannya denganku?! Sejak enam bulan yang lalu, sampai detik ini kau masih istriku!"
Ron berkata seolah mereka memang benar pasangan suami-istri.
Kenyataannya mereka bahkan tidak pernah saling berjumpa setelah hari pernikahan mereka. Dan sampai detik ini, selain nama, tidak ada hal lain yang mereka ketahui mengenai pasangan mereka.
"Baik! Terimakasih karena sudah menjadi suami yang baik untukku."
Thrisca bangkit dari ranjang dan duduk disamping suaminya.
"Mana saja obatnya?" tanya Thrisca.
"Aku ambilkan makanan dulu untukmu. Kau mau bubur?" tawar Ron.
"Siapa yang memasak? Kau akan memasak selarut ini?" tanya Thrisca penasaran.
"Tunggu disini,"
"Biar kubantu.."
Thrisca mengikuti langkah suaminya menuju dapur.
"Duduk saja di meja makan. Aku tidak mau kau sesak nafas lagi,"
"Aku sudah baik-baik saja. Biarkan aku membantu. Kau tahu caranya memasak?" tanya Thrisca.
"Tentu saja tahu! Kau pikir aku bodoh?! Hanya memasak bubur, memangnya butuh ijazah?!"
Ron kembali mengomel tidak jelas.
"Baiklah.. bagaimana biasanya kau membuatnya? Aku bantu siapkan bahannya."
Ron mengambil ponsel disakunya dengan sembunyi-sembunyi dan mencari resep bubur di internet. Thrisca menatap Ron sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"Dasar! Pria sok hebat ini benar-benar membuatku gemas,"
Thrisca memandangi Ron seraya tersenyum kecil.
"Karena ini untukku, bolehkah memasaknya menggunakan caraku sendiri?" tanya Thrisca.
Ron segera menyembunyikan ponselnya dan menatap Thrisca dengan tingkah sok keren.
"Tentu. Terserah,"
"Tuan.. sudah makan? Aku bisa membuat dua porsi untuk kita," tawar Thrisca.
"Menjaga pasien yang tenggelam tentu saja membuatku lapar," ujar Ron dengan wajah cemberut.
Pasangan suami-istri itu membuat keributan di tengah malam demi semangkok bubur. Ron terus saja mengacau dan menghambat pekerjaan istrinya dalam menyiapkan makanan.
"Tuan, bagaimana kalau duduk saja dan menunggu? Jika kau terus berada disini, kau hanya akan menggangguku," ujar Thrisca dengan senyuman manis. Meskipun mengucapkan kata-kata yang menyakitkan, melihat senyuman manis istrinya, Ron pun luluh dan menurut.
"Silahkan,"
Thrisca membawa dua mangkok bubur ke meja makan tempat Ron menunggu.
Ini adalah santapan pertama yang mereka makan bersama setelah berbulan-bulan menikah. Pertama kalinya makan bersama sang istri, Ron merasakan suasana hangat yang aneh di rumahnya sendiri. Rumah yang sebelumnya tak pernah dikunjungi wanita itu, mendadak menjadi terang dan hangat karena kehadiran Thrisca.
"Ini, pertama kalinya kita makan bersama bukan?"
Ron membuka perbincangan disela-sela acara makan mereka.
Tidak hanya Ron yang merasa senang karena kehadiran Thrisca, gadis yang selalu kesepian itu nampak terharu dan bahagia ada seseorang yang menemaninya menyantap makanan di rumah besar itu.
"Kenapa kau terus menangis sejak tadi? Aku membuatmu kesal?"
Ron kembali memergoki istrinya berlinang air mata.
"Tidak, aku hanya terlalu senang.." ujar Thrisca seraya mengusap air matanya.
"Apa?"
"Aku.. aku benar-benar kesepian berada di rumah ini sendirian. Tidak ada yang menemaniku saat aku makan, dan tidak ada yang memperhatikanku saat aku sakit. Aku benar-benar senang hari ini kau datang berkunjung dan menemaniku," ujar Thrisca dengan tangis sesenggukan.
"Apa yang diucapkan gadis ini? Aku hanya mengajaknya makan, tapi dia sudah sesenang ini hingga menangis sesenggukan," batin Ron.
Pria itu menatap wajah istrinya dengan iba. Tiba-tiba terbersit rasa bersalah yang cukup mengusik hatinya. Ia sedikit menyesal tidak datang lebih awal untuk menemani istrinya itu.
"Seandainya kita mencoba saling mengenal sejak awal, mungkin rumah ini tidak akan sesepi ini.." ujar Ron seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling bangunan besar itu.
"Benar. Rumah ini terlalu besar untuk diriku sendiri. Setelah kau memberikan rumah ini padaku, bolehkah aku menjualnya?" gurau Thrisca.
"Menjual apa? Siapa yang akan memberikan rumah ini padamu?!"
"Kau akan mengusirku tanpa apapun setelah kita bercerai?"
"Siapa yang akan bercerai?!" tanya Ron dengan wajah datar.
"Apa maksudmu?!"
Mata Thrisca membulat seketika.
"Aku tidak akan menceraikanmu! Tidak, dalam waktu dekat.."
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Ufuk Timur
🙄jatuh cinta sma laki modelan Ron
2021-12-29
1
auliasiamatir
dasar.. Ron udah ngasih gak boleh minta lagi... rumah nya.
2021-12-17
1
Sanjani
aku baca sampai sini dulu KK, semangat
2021-12-13
1