BAB 7

Tengah malam Thrisca terbangun karena rasa sesak dari selimut yang melilitnya. Gadis itu membuka mata perlahan dan mendapati Ron tengah terbaring disampingnya.

"Kenapa aku tidak bisa bergerak?!" batin Thrisca.

"Sial! Siapa yang membungkusku seperti lontong begini?!" gerutu Thrisca.

Karena masih lemas dan sudah sesak nafas, Thrisca pun menyerah dan memberanikan diri membangunkan suaminya.

"T-tuan.. tuan.." panggil Thrisca dengan lembut.

Gadis itu menggeliat mendekat ke arah suaminya.

"Tuan,"

Thrisca masih berusaha memanggil-manggil Ron, namun pria itu sama sekali tak bergerak.

"Bagaimana ini? Aku tidak bisa menggunakan tangan dan kakiku untuk menendangnya!" ujar Thrisca kesal.

"Mas.. mas,"

Thrisca menaikkan volume suaranya namun masih dengan nada yang lembut.

Ron mulai bergerak dan membuka matanya perlahan. Pria itu nampak terkejut, ada wajah cantik yang terpampang jelas di hadapannya.

"Mimpi apa ini?! Kenapa ada dewi di depanku?" batin Ron.

Wajah pria itu mulai merah merona.

"Tuan.."

Thrisca memanggil Ron dengan lembut saat melihat pria itu sudah membuka mata.

"Tuan, tolong aku tidak bisa bergerak," pinta Thrisca dengan lembut.

Ron hanya diam menatap wajah cantik istrinya itu.

"Tuan, tolong lepaskan selimutnya.."

Thrisca masih memohon pertolongan pada Ron namun pria itu sama sekali tidak menghiraukan rengekan istrinya.

"Ron!!"

Thrisca mengayunkan kepalanya dan mendaratkan kepala kerasnya pada dahi suaminya.

Awww!!

Ron bangkit dari ranjang sambil memegangi dahinya. Pria itu meringis kesakitan seraya mengusap-usap kepalanya yang benjol.

"Ada apa denganmu?!" omel Ron.

"Kau yang kenapa?! Apa kau sudah tuli? Aku mengajakmu bicara sejak tadi tapi kau mengabaikanku!"

Thrisca tak kalah kesal dan balik berteriak pada suaminya.

"Aku pasti sudah gila memimpikanmu sebagai dewi! Kau hanya si gendut yang menyebalkan!"

Thrisca mengalihkan pandangannya dari Ron. Gadis itu merasa malu dan bersalah sudah membodohi Ron dengan penampilannya.

"Kenapa?! Tidak berteriak lagi?!"

"Aku.. aku sesak nafas. Tolong buka selimutnya," ujar Thrisca lirih.

Mendengar kata sesak nafas, Ron mulai panik dan segera mengendorkan selimut yang membungkus tubuh istrinya.

Thrisca mulai bernafas lega, tubuhnya sudah terbebas dari lilitan kain itu. Thrisca masih belum menyadari tubuhnya tidak memakai apapun. Dengan lemas gadis itu hendak membuka selimut dan berjalan bangkit dari ranjang.

Ron dengan sigap segera memegang selimut Thrisca sebelum gadis itu mengekspos tubuhnya yang tidak berpakaian.

"Kenapa denganmu?" tanya Thrisca dengan lemas.

"Kau yang kenapa?! Aku tahu aku suamimu, tapi aku sama sekali tidak berminat padamu!" cibir Ron.

Thrisca menyingkirkan tangan Ron dari tubuhnya. Gadis itu membuka mata lebar-lebar dan menyadari bahwa ia terbaring di ranjang tanpa mengenakan pakaian.

Thrisca menutup wajahnya dengan selimut karena malu.

"Itu.. aku akan kembali ke kamarku."

ujar Thrisca dari dalam selimut.

"Aku akan ambilkan pakaianmu--"

"Tidak perlu!" tolak Thrisca cepat.

"Kenapa? Kau masih mau memakai banyak sumpalan kain? Atau kau masih mau mengenakan rambut palsu anehmu itu?!" sindir Ron.

"Aku akan beristirahat di kamar tamu."

Thrisca melilitkan selimut rapat-rapat pada tubuhnya.

"Istirahatlah disini!"

Perkataan Ron menghentikan Thrisca yang hendak beranjak dari ranjang.

"Tidak perlu, aku--"

"Jangan membantah! Kali ini aku menyuruhmu tinggal bukan untuk mengerjaimu. Akan aku ambilkan pakaianmu."

"Kau masih berhutang penjelasan padaku." sambung Ron.

Kata-kata Ron membuat Thrisca cukup terharu. Sebelumnya ia selalu sendirian saat sakit. Tidak ada orang yang memperhatikan. Tidak ada orang yang merawat. Namun kali ini, ada suara seseorang yang memenuhi istananya yang sepi.

Tanpa sadar air mata mengucur deras membasahi pipi gadis itu. Thrisca segera menyembunyikan wajahnya yang tengah menangis itu.

Ron bangkit dari ranjang dan berjongkok di depan Thrisca.

"Kau memang berhutang satu penjelasan padaku. Tapi aku berhutang seribu maaf padamu. Maafkan aku untuk kesialanmu hari ini." ujar Ron dengan tulus.

Pria itu mengusap air mata yang membasahi pipi istrinya.

"Kau juga berhutang satu penjelasan padaku." ujar Thrisca dengan suara serak.

"Apa?"

"Untuk apa kau membutuhkan kursi roda jika kau bisa berjalan dengan normal?!" sindir Thrisca.

Pria itu benar-benar tidak ingat dengan sandiwara lumpuhnya. Pada akhirnya dua makhluk itu masih satu tipe dan sama bodohnya.

"Akan aku ambilkan bajumu,"

Ron segera kabur sebelum wajah malunya terlihat oleh istrinya.

Tak berselang lama Ron kembali dengan pakaian penuh di tangannya.

Pria itu mengemasi seluruh pakaian istrinya dan membawa koper besar masuk ke dalam kamarnya.

"Apa kau akan mengusirku? Kau bilang rumah ini akan menjadi kompensasi perceraian kita?" tanya Thrisca cemas.

"Siapa yang akan mengusirmu! Aku meletakkan pakaian istriku di kamarku. Ada yang salah dengan itu?!" ujar Ron dengan kesal.

"Aku.. bukan istrimu." ujar Thrisca lirih.

"Bukan? Lalu kau siapa? Kenapa kau di rumahku? Untuk apa aku membiarkan orang asing tidur di ranjangku?!"

"Kita.. kita sudah bercerai bukan?"

"Cerai? Sepertinya kau bersemangat sekali ingin bercerai dariku." sindir Ron.

"Bukan begitu. Kita--"

"Kita bahas besok saja! Sekarang pakai bajumu!" perintah Ron.

Thrisca mengambil beberapa pakaian dari koper. Sementara sang suami tengah sibuk menata baju sang istri ke dalam lemari besar di kamar tersebut.

Gadis itu bangkit dari ranjang hendak menuju kamar mandi. Saat tengah melangkahkan kaki, Thrisca merasakan nyeri luar biasa pada kakinya. Gadis itu melirik ke arah kakinya dan mendapati tempelan perban melilit kakinya.

"Kenapa? Ada yang sakit?"

Mendengar rintihan kesakitan dari sang istri, Ron mengabaikan pakaian Thrisca dan beralih mendekati gadis itu.

"Tidak. Aku tidak ingat kalau kakiku terluka."

"Apa yang kau lakukan pada kakimu?! Aku melihat ada bekas kaca tertempel di kakimu." tanya Ron dengan galak.

"Oh, itu mungkin karena gelas minuman." jawab Thrisca datar.

"Gelas minuman?"

"Aku pergi mengambilkan minuman untukmu. Saat aku melihatmu tenggelam, sepertinya gelas itu lepas dari genggaman tanganku dan pecah di lantai. Mungkin aku tidak sadar sudah menginjaknya," jelas Thrisca.

Ron semakin merasa bersalah sudah membuat gadis itu terluka. Niat Ron hanya ingin mengerjai gadis itu, namun ia justru hampir membunuh istri yang belum sempat ia ceraikan itu.

"Kau mau kemana? Biar aku gendong,"

Ron mendudukkan istrinya di tepi ranjang.

"Aku hanya ingin ke kamar mandi. Aku bisa berjalan sendiri," tolak Thrisca dengan senyuman lembut.

"Kau hanya ingin memakai baju? Pakai disini saja. Tidak perlu ke kamar mandi."

"Itu.. tidak bisakah kau keluar sebentar?" pinta Thrisca dengan takut-takut.

"Kau pikir aku tertarik padamu?! Pakai saja bajumu disini. Aku tidak akan melirik sedikitpun!" ujar Ron dengan angkuh.

"Benar juga. Kau tidak melihatku sebagai wanita. Apa yang perlu kucemaskan?!"

Thrisca membuka selimutnya dengan santai di hadapan Ron.

Wanita itu memakai pakaiannya satu persatu disaksikan oleh suaminya yang masih berdiri tegak disampingnya.

"Aku sudah melihat banyak wanita yang lebih cantik dan lebih seksi darimu, gendut! Kau pikir kau bisa menggodaku?" ejek Ron.

Pria itu kembali mengurus pakaian Thrisca dan menyembunyikan wajah kesalnya.

"Padahal dia sudah menyerahkan dirinya secara sukarela padaku, kenapa aku malah menyia-nyiakan kesempatan emas ini?!"

Ron hanya bisa menggigit jari menyesali perbuatannya sendiri yang sok tidak peduli dan tidak tertarik pada istrinya.

"Istirahatlah. Aku akan membereskan pakaianku besok pagi,"

Thrisca kembali membaringkan tubuhnya di ranjang.

Ron melirik ke arah Thrisca dengan wajah depresi.

"Seharusnya aku tidak membiarkan makhluk itu memasuki kamarku!" gerutu pria tampan berusia dua puluh delapan tahun itu.

"Kau tidak mau makan dulu? Dokter meninggalkan obat untukmu.."

Ron kembali menghampiri sang istri.

"Obat apa? Aku baik-baik saja.."

"Baik-baik saja apanya?! Kau pingsan sejak tadi dan kau hampir mati!" bentak Ron.

"Apa hubungan kita sedekat ini? Itu urusanku jika aku hampir mati. Tidak ada hubungannya denganmu. Kenapa kau harus marah padaku?!"

"Tidak ada hubungannya denganku?! Sejak enam bulan yang lalu, sampai detik ini kau masih istriku!"

Ron berkata seolah mereka memang benar pasangan suami-istri.

Kenyataannya mereka bahkan tidak pernah saling berjumpa setelah hari pernikahan mereka. Dan sampai detik ini, selain nama, tidak ada hal lain yang mereka ketahui mengenai pasangan mereka.

"Baik! Terimakasih karena sudah menjadi suami yang baik untukku."

Thrisca bangkit dari ranjang dan duduk disamping suaminya.

"Mana saja obatnya?" tanya Thrisca.

"Aku ambilkan makanan dulu untukmu. Kau mau bubur?" tawar Ron.

"Siapa yang memasak? Kau akan memasak selarut ini?" tanya Thrisca penasaran.

"Tunggu disini,"

"Biar kubantu.."

Thrisca mengikuti langkah suaminya menuju dapur.

"Duduk saja di meja makan. Aku tidak mau kau sesak nafas lagi,"

"Aku sudah baik-baik saja. Biarkan aku membantu. Kau tahu caranya memasak?" tanya Thrisca.

"Tentu saja tahu! Kau pikir aku bodoh?! Hanya memasak bubur, memangnya butuh ijazah?!"

Ron kembali mengomel tidak jelas.

"Baiklah.. bagaimana biasanya kau membuatnya? Aku bantu siapkan bahannya."

Ron mengambil ponsel disakunya dengan sembunyi-sembunyi dan mencari resep bubur di internet. Thrisca menatap Ron sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Dasar! Pria sok hebat ini benar-benar membuatku gemas,"

Thrisca memandangi Ron seraya tersenyum kecil.

"Karena ini untukku, bolehkah memasaknya menggunakan caraku sendiri?" tanya Thrisca.

Ron segera menyembunyikan ponselnya dan menatap Thrisca dengan tingkah sok keren.

"Tentu. Terserah,"

"Tuan.. sudah makan? Aku bisa membuat dua porsi untuk kita," tawar Thrisca.

"Menjaga pasien yang tenggelam tentu saja membuatku lapar," ujar Ron dengan wajah cemberut.

Pasangan suami-istri itu membuat keributan di tengah malam demi semangkok bubur. Ron terus saja mengacau dan menghambat pekerjaan istrinya dalam menyiapkan makanan.

"Tuan, bagaimana kalau duduk saja dan menunggu? Jika kau terus berada disini, kau hanya akan menggangguku," ujar Thrisca dengan senyuman manis. Meskipun mengucapkan kata-kata yang menyakitkan, melihat senyuman manis istrinya, Ron pun luluh dan menurut.

"Silahkan,"

Thrisca membawa dua mangkok bubur ke meja makan tempat Ron menunggu.

Ini adalah santapan pertama yang mereka makan bersama setelah berbulan-bulan menikah. Pertama kalinya makan bersama sang istri, Ron merasakan suasana hangat yang aneh di rumahnya sendiri. Rumah yang sebelumnya tak pernah dikunjungi wanita itu, mendadak menjadi terang dan hangat karena kehadiran Thrisca.

"Ini, pertama kalinya kita makan bersama bukan?"

Ron membuka perbincangan disela-sela acara makan mereka.

Tidak hanya Ron yang merasa senang karena kehadiran Thrisca, gadis yang selalu kesepian itu nampak terharu dan bahagia ada seseorang yang menemaninya menyantap makanan di rumah besar itu.

"Kenapa kau terus menangis sejak tadi? Aku membuatmu kesal?"

Ron kembali memergoki istrinya berlinang air mata.

"Tidak, aku hanya terlalu senang.." ujar Thrisca seraya mengusap air matanya.

"Apa?"

"Aku.. aku benar-benar kesepian berada di rumah ini sendirian. Tidak ada yang menemaniku saat aku makan, dan tidak ada yang memperhatikanku saat aku sakit. Aku benar-benar senang hari ini kau datang berkunjung dan menemaniku," ujar Thrisca dengan tangis sesenggukan.

"Apa yang diucapkan gadis ini? Aku hanya mengajaknya makan, tapi dia sudah sesenang ini hingga menangis sesenggukan," batin Ron.

Pria itu menatap wajah istrinya dengan iba. Tiba-tiba terbersit rasa bersalah yang cukup mengusik hatinya. Ia sedikit menyesal tidak datang lebih awal untuk menemani istrinya itu.

"Seandainya kita mencoba saling mengenal sejak awal, mungkin rumah ini tidak akan sesepi ini.." ujar Ron seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling bangunan besar itu.

"Benar. Rumah ini terlalu besar untuk diriku sendiri. Setelah kau memberikan rumah ini padaku, bolehkah aku menjualnya?" gurau Thrisca.

"Menjual apa? Siapa yang akan memberikan rumah ini padamu?!"

"Kau akan mengusirku tanpa apapun setelah kita bercerai?"

"Siapa yang akan bercerai?!" tanya Ron dengan wajah datar.

"Apa maksudmu?!"

Mata Thrisca membulat seketika.

"Aku tidak akan menceraikanmu! Tidak, dalam waktu dekat.."

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Ufuk Timur

Ufuk Timur

🙄jatuh cinta sma laki modelan Ron

2021-12-29

1

auliasiamatir

auliasiamatir

dasar.. Ron udah ngasih gak boleh minta lagi... rumah nya.

2021-12-17

1

Sanjani

Sanjani

aku baca sampai sini dulu KK, semangat

2021-12-13

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BAB 123
124 BAB 124
125 BAB 125
126 BAB 126
127 BAB 127
128 BAB 128
129 BAB 129
130 BAB 130
131 BAB 131
132 BAB 132
133 BAB 133
134 BAB 134
135 BAB 135
136 BAB 136
137 BAB 137
138 BAB 138
139 BAB 139
140 BAB 140
141 BAB 141
142 BAB 142
143 BAB 143
144 BAB 144
145 BAB 145
146 BAB 146
147 BAB 147
148 BAB 148
149 BAB 149
150 BAB 150
151 BAB 151
152 BAB 152
153 BAB 153
154 BAB 154
155 BAB 155
156 BAB 156
157 BAB 157
158 BAB 158
159 BAB 159
160 BAB 160
161 BAB 161
162 BAB 162
163 BAB 163
164 BAB 164
165 BAB 165
166 BAB 166
167 BAB 167
168 BAB 168
Episodes

Updated 168 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BAB 123
124
BAB 124
125
BAB 125
126
BAB 126
127
BAB 127
128
BAB 128
129
BAB 129
130
BAB 130
131
BAB 131
132
BAB 132
133
BAB 133
134
BAB 134
135
BAB 135
136
BAB 136
137
BAB 137
138
BAB 138
139
BAB 139
140
BAB 140
141
BAB 141
142
BAB 142
143
BAB 143
144
BAB 144
145
BAB 145
146
BAB 146
147
BAB 147
148
BAB 148
149
BAB 149
150
BAB 150
151
BAB 151
152
BAB 152
153
BAB 153
154
BAB 154
155
BAB 155
156
BAB 156
157
BAB 157
158
BAB 158
159
BAB 159
160
BAB 160
161
BAB 161
162
BAB 162
163
BAB 163
164
BAB 164
165
BAB 165
166
BAB 166
167
BAB 167
168
BAB 168

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!