"Kau ingin mencoba cara lain untuk menghangatkan tubuh?" tanya Ron.
Pertanyaan suaminya itu sukses membuat pikiran kotor berlarian dalam benak Thrisca.
"Seperti ini saja sudah cukup,"
Thrisca melepas tangannya yang sibuk memegangi selimut dan ikut memeluk erat tubuh sang suami.
Gadis itu nampak risih memeluk Ron dalam keadaan tubuh tak berbusana. Namun ia perlu menaikkan suhu tubuhnya sejenak sebelum ia benar-benar terserang hipotermia.
"Kau tidak kedinginan? Kita pakai saja selimutnya bersama.."
Thrisca nampak tidak enak membiarkan Ron yang bertelanjang dada sementara dirinya terbalut dalam selimut dan masih mendapat pelukan dari Ron.
"Tutup matamu!" perintah Thrisca sebelum gadis itu membuka balutan selimutnya agar bisa dipakai bersama dengan Ron.
"Aku sudah melihat tubuhmu, untuk apa menutup mata?" ujar Ron tak peduli.
Thrisca menenggelamkan kepalanya pada dada bidang Ron untuk menutupi pandangan sang suami agar pria itu tidak dapat melihat tubuh polos Thrisca saat dirinya membuka selimut.
Gadis itu menempelkan kulit tubuhnya pada kulit tubuh suaminya dan melebarkan selimut agar Ron ikut merasakan hangatnya kain selimut itu.
"Apa yang kulakukan?! Aku terlihat seperti wanita penghibur yang sedang menggoda pria," batin Thrisca.
Gadis itu semakin risih saat menempelkan kulit mulusnya pada dada telanjang sang suami.
"Gendut," panggil Ron tiba-tiba dengan suara lembut.
Thrisca reflek mendongakkan wajahnya begitu mendengar suara panggilan dari Ron.
Melihat gadis cantik tak berpakaian tengah memeluknya, tentu membuat Ron tak bisa menahan diri untuk berdiam diri saja melewatkan kesempatan bagus.
Pria itu langsung menyambar bibir mungil istrinya dengan antusias. Thrisca yang terkejut, tak sempat mengelak untuk menghindari kecupan tiba-tiba dari sang suami.
Pria galak itu berubah semakin liar dan siap memakan gadis cantik yang tengah duduk di pangkuannya.
Tangan nakal suami Thrisca itu mulai merayap ke tubuh sang istri hingga ke tempat-tempat tak terjamah. Jantung Thrisca bergedup semakin kencang saat sang suami mulai melepas celananya dengan bibir yang masih tertempel di tubuh sang istri.
Selimut yang membungkus badan pasangan itu telah lepas entah kemana dan memperlihatkan tubuh mereka yang sudah tak berbusana.
"T-tuan.."
Thrisca memanggil suaminya dengan takut-takut.
Pria itu tak menghiraukan suara istrinya dan masih sibuk meninggalkan bekas di seluruh tubuh istri cantiknya itu. Ron mencium istrinya dengan antusias mulai dari kening, pipi, bibir dan mulai turun ke leher dan dada sang istri.
Thrisca semakin risih dan takut saat Ron akan mulai menancapkan bendera. Keringat dingin mulai bercucuran di dahi Thrisca dan tubuhnya semakin memanas.
"T-tuan.. sudah cukup.. aku sudah merasa hangat," tolak Thrisca halus. Gadis itu mencoba mendorong tubuh lelaki yang sudah menindih badan mungilnya.
Lagi-lagi Ron hanya menganggap suara sang istri sebagai angin lalu. Pria itu mengusap rambut sang istri dengan lembut kemudian kembali memakan bibir istri cantiknya itu.
Thrisca mendorong tubuh suaminya dengan sekuat tenaga tepat sebelum sang suami menancapkan tongkat bendera miliknya ke tubuh sang istri.
"Kenapa? Sudah setengah jalan, jangan menghentikanku!" ujar Ron jengkel.
"Sudah cukup! Tolong menyingkir dari tubuhku," ujar Thrisca pelan.
"Gendut, jangan merusak suasana hatiku atau aku akan bersikap kasar padamu!" omel pria itu dengan garang.
"Bukan itu, hanya saja.. aku merasa sepertinya ini hari merahku. Tolong menyingkir sebentar,"
Thrisca mendorong tubuh telanjang suaminya itu.
Thrisca segera mengambil selimut dan menyelimuti tubuhnya dengan kain. Tak berselang lama, cairan merah mulai keluar dari tubuh sang gadis dan mengotori mobil sang suami.
"Jangan membodohiku! Aku sudah tidak tahan lagi! Kenapa kau merusak kesenanganku di tengah jalan seperti ini!"
Ron memasukkan tangan ke dalam selimut sang istri dan memeriksa tubuh istrinya.
Wajah pria itu mendadak dipenuhi aura menyeramkan dan siap mengamuk siapapun yang membuatnya kesal.
"Tuan, jangan marah padaku. Ini bukan keinginanku," ujar Thrisca dengan takut-takut.
"Kau sudah tidak kedinginan lagi kan? Kita pergi sekarang. Istirahat saja, perjalanannya agak jauh."
Ron memakai celananya lagi dan pindah ke bangku depan. Thrisca mengumpulkan baju basahnya dengan Ron yang berceceran di mobil.
"Untung saja aku selamat.." batin Thrisca lega.
"Gendut, kalau hal tidak terduga ini tidak terjadi.. apa kau akan menolakku?" tanya Ron seraya mengemudikan mobilnya perlahan.
"I-itu.. mungkin. Jujur saja, aku sangat takut tadi," ujar Thrisca lirih.
"Kenapa takut? Memangnya kau belum pernah melakukannya?" tanya Ron dengan senyuman sinis.
"Belum pernah.." ujar Thrisca dengan kepala tertunduk.
Ron mengerem mobilnya tiba-tiba saat mendengar jawaban sang istri. Pria itu menoleh ke arah sang istri yang duduk di bangku belakang.
"Maksudmu.. kau?"
"Aku sudah pernah bilang, pria yang kutunggu selama hidupku hanya kau dan ayahku. Tidak ada pria lain lagi. Entah di masa lalu atau di masa sekarang," jawab Thrisca tegas.
"Maksudmu.. aku pria pertama yang menyentuhmu? Bagaimana dengan mantan pacar? Atau teman pria yang dekat denganmu?" tanya Ron tak percaya.
"Aku saja tidak pernah keluar rumah. Bagaimana aku bisa mengenal pria di luar sana?! Semua yang kulakukan bersamamu adalah pengalaman pertamaku bersama seorang pria." ujar Thrisca seraya menunduk malu.
"Semuanya? Bagaimana dengan ciuman kita? Itu tidak mungkin juga ciuman pertamamu kan?" tanya Ron lagi.
"Kau adalah pria pertamaku, Tuan.." ujar Thrisca seraya mengalihkan pandangannya dari sang suami.
"Tidak mungkin.. baru saja aku.. melepaskan istri yang masih perawan?!" sesal Ron dalam hati.
Pria itu menjambak rambutnya dengan frustasi karena tidak segera menuntaskan hal intimnya bersama sang istri sebelum sang bulan datang menghalangi kemesraan mereka.
"Seharusnya aku bisa menikmati istriku yang masih perawan saat ini!!"
Ron berdecak kesal dengan wajah depresi. Pria itu bergumam sepelan mungkin agar perkataan sesalnya tidak terdengar sang istri.
Pria itu mengendarai mobil sepelan mungkin agar bisa menghabiskan waktu berdua dengan istrinya yang masih polos tak berbusana itu.
"Tuan, bagaimana kita menjelaskannya pada kekasihmu nanti? Wanita itu pasti akan berpikir macam-macam," ujar Thrisca cemas.
"Kita memang sudah melakukan macam-macam hal kan," ujar Ron cuek.
"Bisakah kita berhenti untuk mengeringkan pakaian sebentar? Penampilanku tanpa pakaian seperti ini hanya akan membuat orang-orang berprasangka buruk padaku,"
"Kau berencana keluar dari mobil memamerkan tubuhmu?" tanya Ron jengkel.
"Bukan itu maksudku--"
"Diamlah! Kita sudah hampir sampai,"
Mobil Ron memasuki gerbang tinggi rumah besar yang nampak asing bagi Thrisca.
"Ini dimana? Kita tidak pulang?" tanya Thrisca.
"Kita sudah pulang.. ini juga rumah kita."
Ron membawa istrinya ke rumah tempatnya bersembunyi.
Rumah yang menjadi tempat istirahat Ron selama pria itu tidak menyambangi kediaman sang istri. Rumah yang sebenarnya dari tuan muda kaya yang berpura-pura lumpuh itu.
Ron menggendong istrinya masuk ke dalam bangunan besar nan mewah itu. Seorang pelayan segera membukakan pintu kamar Ron dan mengambil seluruh pakaian basah sang majikan yang masih berada di dalam mobil.
"Bi Inah, tolong urus kebutuhan Nyonya."
Ron menyuruh seorang pelayan melayani istrinya sedangkan dirinya berlenggang ke kamar mandi luar kamar untuk membersihkan diri.
"I-itu, aku hanya butuh pakaian kering dan beberapa perlengkapan untuk datang bulan," ujar Thrisca dengan malu-malu.
"Baik, Nyonya.."
Pelayan itu segera keluar menyiapkan pakaian wanita dan segala kebutuhan Thrisca.
Gadis itu berdiri dari ranjang dengan cepat sebelum ia mengotori ranjang mahal suaminya.
"Nodanya terlanjur menempel di sprei.." gumam Thrisca dengan wajah depresi.
Gadis itu membalutkan kain ke tubuhnya dengan rapat dan mengambil sprei kotor dari ranjang suaminya.
"Nyonya, silahkan pakaiannya."
Pelayan masuk dan memberikan segala kebutuhan Thrisca.
"I-itu.. dimana aku bisa mengambil kasur dan sprei baru?" tanya Thrisca takut-takut.
"Nyonya ingin mengganti sprei dan kasur? Akan segera saya urus,"
"Tidak perlu! Aku sendiri yang akan mengurusnya." tolak Thrisca.
"Jangan, Nyonya. Kasur Tuan sangat berat. Biar saya uruskan,"
"Aku yang mengotori kasur Ron. Biarkan aku sendiri yang membersihkannya," ujar Thrisca.
Gadis itu segera masuk ke kamar mandi Ron dan membasuh tubuhnya sebersih mungkin.
Sementara Ron yang juga tengah membersihkan diri, terus uring-uringan di kamar mandi dan mengamuk sendiri di ruangan kecil itu.
"Sejak kapan aku menjadi begitu bodoh! Gadis itu sudah berada di hadapanku tapi kenapa aku tak kunjung bisa memilikinya!!"
Pria dewasa itu mengamuk seperti anak kecil seraya memukuli dinding kamar mandi dengan kesal.
"Tolong tunjukkan tempat mengambil kasurnya,"
Thrisca yang sudah selesai dengan bersih-bersihnya, bersiap untuk beralih membersihkan kamar sang suami.
"Disini, Nyonya.."
Pelayan mengantar Thrisca ke ruangan kecil tempat meletakkan perabot rumah yang tak jauh dari kamar Ron.
"Apa semua orang disini tahu kalau Ron tidak lumpuh?" tanya Thrisca mencoba berbincang.
"Semua hal yang terjadi di rumah ini tidak akan terdengar keluar pintu gerbang. Dan semua hal yang terjadi tidak boleh dibahas bersama dengan orang lain termasuk keluarga Tuan Muda." jelas pelayan itu.
"Pantas saja Ibu Ron tidak tahu anaknya hanya berpura-pura. Pria itu terlalu pintar menipu," gumam Thrisca.
"Baiklah. Terimakasih sudah mengambilkan pakaian untukku. Selebihnya akan kuurus sendiri. Tolong jangan beritahu Ron kalau aku sudah mengotori kamarnya," pinta Thrisca.
"Silahkan panggil saya jika Nyonya membutuhkan bantuan,"
"Tentu."
Gadis itu masuk ke ruangan perabot dan melihat kasur super besar terpampang di wajahnya.
"Kenapa kasurnya lebar sekali? Kasur di rumah Ron yang lain tidak sebesar ini," gumam Thrisca seraya menarik benda besar itu. Namun benda itu tak hanya besar tapi juga sangat berat.
Meskipun Thrisca sudah mengeluarkan seluruh tenaga, benda lebar nan besar itu tak bergerak sedikitpun.
"Bagaimana aku bisa memindahkan benda ini ke kamar Ron?" keluh Thrisca dengan peluh bercucuran.
Gadis itu masih sibuk menarik-narik benda itu keluar. Saat tengah beristirahat di samping kasur, tiba-tiba kasur yang berdiri tegap itu mulai kehilangan keseimbangan dan jatuh menimpa badan mungil istri Ron itu.
Aww!!
Thrisca tersungkur di lantai dengan kasur besar yang menimpanya.
"Kenapa hari ini buruk sekali.." keluh Thrisca.
***
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
MAY.s
Kasian deh Ron😂😂😂😂
2022-01-06
2
Ririn Riyanti
ckckck mlasineeeee, jan🤭
2021-12-30
1
renjana biru
smngt kakkk
2021-12-29
1