BAB 19

"Kau ingin mencoba cara lain untuk menghangatkan tubuh?" tanya Ron.

Pertanyaan suaminya itu sukses membuat pikiran kotor berlarian dalam benak Thrisca.

"Seperti ini saja sudah cukup,"

Thrisca melepas tangannya yang sibuk memegangi selimut dan ikut memeluk erat tubuh sang suami.

Gadis itu nampak risih memeluk Ron dalam keadaan tubuh tak berbusana. Namun ia perlu menaikkan suhu tubuhnya sejenak sebelum ia benar-benar terserang hipotermia.

"Kau tidak kedinginan? Kita pakai saja selimutnya bersama.."

Thrisca nampak tidak enak membiarkan Ron yang bertelanjang dada sementara dirinya terbalut dalam selimut dan masih mendapat pelukan dari Ron.

"Tutup matamu!" perintah Thrisca sebelum gadis itu membuka balutan selimutnya agar bisa dipakai bersama dengan Ron.

"Aku sudah melihat tubuhmu, untuk apa menutup mata?" ujar Ron tak peduli.

Thrisca menenggelamkan kepalanya pada dada bidang Ron untuk menutupi pandangan sang suami agar pria itu tidak dapat melihat tubuh polos Thrisca saat dirinya membuka selimut.

Gadis itu menempelkan kulit tubuhnya pada kulit tubuh suaminya dan melebarkan selimut agar Ron ikut merasakan hangatnya kain selimut itu.

"Apa yang kulakukan?! Aku terlihat seperti wanita penghibur yang sedang menggoda pria," batin Thrisca.

Gadis itu semakin risih saat menempelkan kulit mulusnya pada dada telanjang sang suami.

"Gendut," panggil Ron tiba-tiba dengan suara lembut.

Thrisca reflek mendongakkan wajahnya begitu mendengar suara panggilan dari Ron.

Melihat gadis cantik tak berpakaian tengah memeluknya, tentu membuat Ron tak bisa menahan diri untuk berdiam diri saja melewatkan kesempatan bagus.

Pria itu langsung menyambar bibir mungil istrinya dengan antusias. Thrisca yang terkejut, tak sempat mengelak untuk menghindari kecupan tiba-tiba dari sang suami.

Pria galak itu berubah semakin liar dan siap memakan gadis cantik yang tengah duduk di pangkuannya.

Tangan nakal suami Thrisca itu mulai merayap ke tubuh sang istri hingga ke tempat-tempat tak terjamah. Jantung Thrisca bergedup semakin kencang saat sang suami mulai melepas celananya dengan bibir yang masih tertempel di tubuh sang istri.

Selimut yang membungkus badan pasangan itu telah lepas entah kemana dan memperlihatkan tubuh mereka yang sudah tak berbusana.

"T-tuan.."

Thrisca memanggil suaminya dengan takut-takut.

Pria itu tak menghiraukan suara istrinya dan masih sibuk meninggalkan bekas di seluruh tubuh istri cantiknya itu. Ron mencium istrinya dengan antusias mulai dari kening, pipi, bibir dan mulai turun ke leher dan dada sang istri.

Thrisca semakin risih dan takut saat Ron akan mulai menancapkan bendera. Keringat dingin mulai bercucuran di dahi Thrisca dan tubuhnya semakin memanas.

"T-tuan.. sudah cukup.. aku sudah merasa hangat," tolak Thrisca halus. Gadis itu mencoba mendorong tubuh lelaki yang sudah menindih badan mungilnya.

Lagi-lagi Ron hanya menganggap suara sang istri sebagai angin lalu. Pria itu mengusap rambut sang istri dengan lembut kemudian kembali memakan bibir istri cantiknya itu.

Thrisca mendorong tubuh suaminya dengan sekuat tenaga tepat sebelum sang suami menancapkan tongkat bendera miliknya ke tubuh sang istri.

"Kenapa? Sudah setengah jalan, jangan menghentikanku!" ujar Ron jengkel.

"Sudah cukup! Tolong menyingkir dari tubuhku," ujar Thrisca pelan.

"Gendut, jangan merusak suasana hatiku atau aku akan bersikap kasar padamu!" omel pria itu dengan garang.

"Bukan itu, hanya saja.. aku merasa sepertinya ini hari merahku. Tolong menyingkir sebentar,"

Thrisca mendorong tubuh telanjang suaminya itu.

Thrisca segera mengambil selimut dan menyelimuti tubuhnya dengan kain. Tak berselang lama, cairan merah mulai keluar dari tubuh sang gadis dan mengotori mobil sang suami.

"Jangan membodohiku! Aku sudah tidak tahan lagi! Kenapa kau merusak kesenanganku di tengah jalan seperti ini!"

Ron memasukkan tangan ke dalam selimut sang istri dan memeriksa tubuh istrinya.

Wajah pria itu mendadak dipenuhi aura menyeramkan dan siap mengamuk siapapun yang membuatnya kesal.

"Tuan, jangan marah padaku. Ini bukan keinginanku," ujar Thrisca dengan takut-takut.

"Kau sudah tidak kedinginan lagi kan? Kita pergi sekarang. Istirahat saja, perjalanannya agak jauh."

Ron memakai celananya lagi dan pindah ke bangku depan. Thrisca mengumpulkan baju basahnya dengan Ron yang berceceran di mobil.

"Untung saja aku selamat.." batin Thrisca lega.

"Gendut, kalau hal tidak terduga ini tidak terjadi.. apa kau akan menolakku?" tanya Ron seraya mengemudikan mobilnya perlahan.

"I-itu.. mungkin. Jujur saja, aku sangat takut tadi," ujar Thrisca lirih.

"Kenapa takut? Memangnya kau belum pernah melakukannya?" tanya Ron dengan senyuman sinis.

"Belum pernah.." ujar Thrisca dengan kepala tertunduk.

Ron mengerem mobilnya tiba-tiba saat mendengar jawaban sang istri. Pria itu menoleh ke arah sang istri yang duduk di bangku belakang.

"Maksudmu.. kau?"

"Aku sudah pernah bilang, pria yang kutunggu selama hidupku hanya kau dan ayahku. Tidak ada pria lain lagi. Entah di masa lalu atau di masa sekarang," jawab Thrisca tegas.

"Maksudmu.. aku pria pertama yang menyentuhmu? Bagaimana dengan mantan pacar? Atau teman pria yang dekat denganmu?" tanya Ron tak percaya.

"Aku saja tidak pernah keluar rumah. Bagaimana aku bisa mengenal pria di luar sana?! Semua yang kulakukan bersamamu adalah pengalaman pertamaku bersama seorang pria." ujar Thrisca seraya menunduk malu.

"Semuanya? Bagaimana dengan ciuman kita? Itu tidak mungkin juga ciuman pertamamu kan?" tanya Ron lagi.

"Kau adalah pria pertamaku, Tuan.." ujar Thrisca seraya mengalihkan pandangannya dari sang suami.

"Tidak mungkin.. baru saja aku.. melepaskan istri yang masih perawan?!" sesal Ron dalam hati.

Pria itu menjambak rambutnya dengan frustasi karena tidak segera menuntaskan hal intimnya bersama sang istri sebelum sang bulan datang menghalangi kemesraan mereka.

"Seharusnya aku bisa menikmati istriku yang masih perawan saat ini!!"

Ron berdecak kesal dengan wajah depresi. Pria itu bergumam sepelan mungkin agar perkataan sesalnya tidak terdengar sang istri.

Pria itu mengendarai mobil sepelan mungkin agar bisa menghabiskan waktu berdua dengan istrinya yang masih polos tak berbusana itu.

"Tuan, bagaimana kita menjelaskannya pada kekasihmu nanti? Wanita itu pasti akan berpikir macam-macam," ujar Thrisca cemas.

"Kita memang sudah melakukan macam-macam hal kan," ujar Ron cuek.

"Bisakah kita berhenti untuk mengeringkan pakaian sebentar? Penampilanku tanpa pakaian seperti ini hanya akan membuat orang-orang berprasangka buruk padaku,"

"Kau berencana keluar dari mobil memamerkan tubuhmu?" tanya Ron jengkel.

"Bukan itu maksudku--"

"Diamlah! Kita sudah hampir sampai,"

Mobil Ron memasuki gerbang tinggi rumah besar yang nampak asing bagi Thrisca.

"Ini dimana? Kita tidak pulang?" tanya Thrisca.

"Kita sudah pulang.. ini juga rumah kita."

Ron membawa istrinya ke rumah tempatnya bersembunyi.

Rumah yang menjadi tempat istirahat Ron selama pria itu tidak menyambangi kediaman sang istri. Rumah yang sebenarnya dari tuan muda kaya yang berpura-pura lumpuh itu.

Ron menggendong istrinya masuk ke dalam bangunan besar nan mewah itu. Seorang pelayan segera membukakan pintu kamar Ron dan mengambil seluruh pakaian basah sang majikan yang masih berada di dalam mobil.

"Bi Inah, tolong urus kebutuhan Nyonya."

Ron menyuruh seorang pelayan melayani istrinya sedangkan dirinya berlenggang ke kamar mandi luar kamar untuk membersihkan diri.

"I-itu, aku hanya butuh pakaian kering dan beberapa perlengkapan untuk datang bulan," ujar Thrisca dengan malu-malu.

"Baik, Nyonya.."

Pelayan itu segera keluar menyiapkan pakaian wanita dan segala kebutuhan Thrisca.

Gadis itu berdiri dari ranjang dengan cepat sebelum ia mengotori ranjang mahal suaminya.

"Nodanya terlanjur menempel di sprei.." gumam Thrisca dengan wajah depresi.

Gadis itu membalutkan kain ke tubuhnya dengan rapat dan mengambil sprei kotor dari ranjang suaminya.

"Nyonya, silahkan pakaiannya."

Pelayan masuk dan memberikan segala kebutuhan Thrisca.

"I-itu.. dimana aku bisa mengambil kasur dan sprei baru?" tanya Thrisca takut-takut.

"Nyonya ingin mengganti sprei dan kasur? Akan segera saya urus,"

"Tidak perlu! Aku sendiri yang akan mengurusnya." tolak Thrisca.

"Jangan, Nyonya. Kasur Tuan sangat berat. Biar saya uruskan,"

"Aku yang mengotori kasur Ron. Biarkan aku sendiri yang membersihkannya," ujar Thrisca.

Gadis itu segera masuk ke kamar mandi Ron dan membasuh tubuhnya sebersih mungkin.

Sementara Ron yang juga tengah membersihkan diri, terus uring-uringan di kamar mandi dan mengamuk sendiri di ruangan kecil itu.

"Sejak kapan aku menjadi begitu bodoh! Gadis itu sudah berada di hadapanku tapi kenapa aku tak kunjung bisa memilikinya!!"

Pria dewasa itu mengamuk seperti anak kecil seraya memukuli dinding kamar mandi dengan kesal.

"Tolong tunjukkan tempat mengambil kasurnya,"

Thrisca yang sudah selesai dengan bersih-bersihnya, bersiap untuk beralih membersihkan kamar sang suami.

"Disini, Nyonya.."

Pelayan mengantar Thrisca ke ruangan kecil tempat meletakkan perabot rumah yang tak jauh dari kamar Ron.

"Apa semua orang disini tahu kalau Ron tidak lumpuh?" tanya Thrisca mencoba berbincang.

"Semua hal yang terjadi di rumah ini tidak akan terdengar keluar pintu gerbang. Dan semua hal yang terjadi tidak boleh dibahas bersama dengan orang lain termasuk keluarga Tuan Muda." jelas pelayan itu.

"Pantas saja Ibu Ron tidak tahu anaknya hanya berpura-pura. Pria itu terlalu pintar menipu," gumam Thrisca.

"Baiklah. Terimakasih sudah mengambilkan pakaian untukku. Selebihnya akan kuurus sendiri. Tolong jangan beritahu Ron kalau aku sudah mengotori kamarnya," pinta Thrisca.

"Silahkan panggil saya jika Nyonya membutuhkan bantuan,"

"Tentu."

Gadis itu masuk ke ruangan perabot dan melihat kasur super besar terpampang di wajahnya.

"Kenapa kasurnya lebar sekali? Kasur di rumah Ron yang lain tidak sebesar ini," gumam Thrisca seraya menarik benda besar itu. Namun benda itu tak hanya besar tapi juga sangat berat.

Meskipun Thrisca sudah mengeluarkan seluruh tenaga, benda lebar nan besar itu tak bergerak sedikitpun.

"Bagaimana aku bisa memindahkan benda ini ke kamar Ron?" keluh Thrisca dengan peluh bercucuran.

Gadis itu masih sibuk menarik-narik benda itu keluar. Saat tengah beristirahat di samping kasur, tiba-tiba kasur yang berdiri tegap itu mulai kehilangan keseimbangan dan jatuh menimpa badan mungil istri Ron itu.

Aww!!

Thrisca tersungkur di lantai dengan kasur besar yang menimpanya.

"Kenapa hari ini buruk sekali.." keluh Thrisca.

***

Bersambung..

Terpopuler

Comments

MAY.s

MAY.s

Kasian deh Ron😂😂😂😂

2022-01-06

2

Ririn Riyanti

Ririn Riyanti

ckckck mlasineeeee, jan🤭

2021-12-30

1

renjana biru

renjana biru

smngt kakkk

2021-12-29

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BAB 123
124 BAB 124
125 BAB 125
126 BAB 126
127 BAB 127
128 BAB 128
129 BAB 129
130 BAB 130
131 BAB 131
132 BAB 132
133 BAB 133
134 BAB 134
135 BAB 135
136 BAB 136
137 BAB 137
138 BAB 138
139 BAB 139
140 BAB 140
141 BAB 141
142 BAB 142
143 BAB 143
144 BAB 144
145 BAB 145
146 BAB 146
147 BAB 147
148 BAB 148
149 BAB 149
150 BAB 150
151 BAB 151
152 BAB 152
153 BAB 153
154 BAB 154
155 BAB 155
156 BAB 156
157 BAB 157
158 BAB 158
159 BAB 159
160 BAB 160
161 BAB 161
162 BAB 162
163 BAB 163
164 BAB 164
165 BAB 165
166 BAB 166
167 BAB 167
168 BAB 168
Episodes

Updated 168 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BAB 123
124
BAB 124
125
BAB 125
126
BAB 126
127
BAB 127
128
BAB 128
129
BAB 129
130
BAB 130
131
BAB 131
132
BAB 132
133
BAB 133
134
BAB 134
135
BAB 135
136
BAB 136
137
BAB 137
138
BAB 138
139
BAB 139
140
BAB 140
141
BAB 141
142
BAB 142
143
BAB 143
144
BAB 144
145
BAB 145
146
BAB 146
147
BAB 147
148
BAB 148
149
BAB 149
150
BAB 150
151
BAB 151
152
BAB 152
153
BAB 153
154
BAB 154
155
BAB 155
156
BAB 156
157
BAB 157
158
BAB 158
159
BAB 159
160
BAB 160
161
BAB 161
162
BAB 162
163
BAB 163
164
BAB 164
165
BAB 165
166
BAB 166
167
BAB 167
168
BAB 168

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!