BAB 2

Thrisca membuka pintu kamar mandi dan bersiap mengguyur seluruh tubuhnya dengan air segar. Wanita itu berendam begitu lama sebelum ia keluar rumah untuk bersenang-senang.

Wanita itu juga sibuk bersolek di depan cermin dan membuka lemari pakaian dengan riang. Namun satu hal yang ia lupakan, sebagai anak rumahan tentu saja gadis itu tak memiliki banyak baju dan peralatan rias.

"Dasar bodoh! Kenapa aku bisa melupakan realita mengenaskan ini?!!"

Thrisca menatap lemarinya dengan wajah depresi.

"Baiklah! Kalau begitu misi pertamaku hari ini adalah.. berbelanja!" ujar Thrisca dengan semangat berapi-api.

"Untung saja pria itu sangat murah hati. Uang bulan ini masih banyak. Aku bisa membeli beberapa baju."

Thrisca menatap dompetnya dengan girang.

Tak berselang lama, gadis itu pun siap dengan dandanan sederhana dan pakaian sederhana. Gadis itu hanya perlu memastikan tidak ada lubang tak diundang pada pakaiannya dan meloloskan pakaian kusut itu dengan mudahnya untuk ia kenakan keluar rumah.

Meskipun hanya memakai kaos polos dan jeans, namun Thrisca nampak tetap cantik dan menawan. Pakaian sederhananya tidak bisa menutupi aura mempesona dari gadis bertubuh tinggi semampai itu.

Gadis itu berjalan dengan percaya diri menuju pintu. Namun langkahnya terhenti begitu ia melihat tukang kebun dan penjaga keamanan yang berada di luar rumah.

"Orang-orang itu tidak akan mengira aku penyusup kan? Thrisca yang mereka tahu adalah Thrisca si gendut. Haruskah aku memakai sumpalan kain yang membuat gerah itu lagi?!"

Thrisca kembali mengurungkan niatnya untuk keluar rumah.

"Tidak! Aku hanya perlu berpura-pura di depan tuan muda itu. Aku tidak ada urusan dengan tukang kebun itu!"

Thrisca mengalami konflik batin untuk memutuskan ia harus keluar rumah atau tidak.

"Tapi tukang kebun itu begitu baik. Dia selalu membantuku membeli semua kebutuhanku selama aku disini. Aku jadi merasa bersalah sudah menipunya," gumam Thrisca seraya menatap tukang kebun rumahnya dari dalam jendela.

"Mereka sudah membantuku. Dan aku juga sudah mengajukan perceraian dengan tuan muda itu. Tidak ada lagi yang perlu aku tutupi,"

Thrisca membuka pintu perlahan dan berjalan menghampiri tukang kebun serta petugas keamanan yang tengah mengobrol.

"Pak Iman.."

Thrisca memanggil tukang kebun rumahnya dengan suara lembut.

Pria paruh baya itu menoleh ke arah suara yang memanggil. Tukang kebun itu sudah bersiap melihat badan lebar majikannya, namun yang ia dapati justru wanita cantik nan langsing berjalan ke arahnya.

Tukang kebun serta penjaga keamanan itu menatap Thrisca dengan mata melotot dan wajah terkejut. Mereka benar-benar dibuat takut dengan sosok asing yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah majikan mereka.

"S-siapa gadis itu?! Kenapa keluar dari rumah nyonya?!" tukang kebun itu menatap Thrisca bak melihat hantu di siang bolong.

"Aku tidak ingat pernah membukakan gerbang untuk gadis itu?! Bagaimana gadis itu bisa masuk ke dalam rumah?!" bisik penjaga keamanan pada tukang kebun.

"Pak Iman, Pak Kian, ini Thrisca.."

Thrisca menunjukkan cincin nikah yang masih terlilit di jarinya.

"Nyonya?!"

Hampir saja tukang kebun itu pingsan melihat gadis tak dikenal mengaku sebagai nyonya rumah tempatnya bekerja.

"B-bagaimana bisa.."

Belum sempat Pak Iman melanjutkan kalimatnya, Thrisca sudah memotong.

"Aku akan bercerai dengan tuan muda itu. Tidak perlu memanggilku nyonya lagi. Maaf, aku tidak bermaksud menipu kalian."

Thrisca menundukkan kepala pada dua pegawai yang telah menemaninya itu.

"Nyonya, nyonya tidak perlu meminta maaf pada pegawai seperti kami."

Tukang kebun nampak tidak enak melihat nyonya majikannya meminta maaf dan menundukkan kepala padanya.

"B-benar, Nyonya. Kami tidak berhak menuntut maaf maupun penjelasan dari nyonya.." petugas keamanan itu ikut berbicara.

"Aku bukan lagi nyonya kalian. Maaf aku tidak bermaksud mengusir, tapi setelah bercerai aku mungkin tidak bisa membayar kalian. Jadi lebih baik kalian kembali ke rumah Tuan."

Mendengar perkataan Thrisca, dua pria paruh baya itu nampak bingung dan cemas akan kehilangan pekerjaan.

"Aku tidak bisa menjanjikan banyak hal. Tuan muda akan memberikan rumah ini untukku. Kalian bisa tinggal disini jika kalian belum memiliki tujuan. Namun aku hanya bisa memberi kalian tempat tinggal. Aku juga harus mencari pekerjaan untuk diriku sendiri. Maafkan aku," ujar Thrisca penuh rasa bersalah.

Tukang kebun itu menatap Thrisca dengan iba.

"Kasihan sekali.. gadis ini akan menjadi janda di usia belia. Tapi dia justru masih mengkhawatirkan orang asing sepertiku." batin tukang kebun itu.

"Nyonya, terimakasih atas kebaikan hati nyonya. Kalau nyonya tidak keberatan, tentu kami bersedia menemani nyonya selagi menunggu pekerjaan baru." ujar Pak Iman dengan senyuman tulus.

Mendengar perkataan itu, Thrisca benar-benar terharu. Tidak disangka meski ia jarang berbincang dan jarang bertegur sapa dengan mereka, Thrisca benar-benar merasa tidak rela harus berpisah dengan dua pria paruh baya itu.

Enam bulan mungkin memang waktu yang singkat. Tapi di hari-hari sepi yang ia lalui, tidak ada orang lain yang bisa ia tatap selain kedua pegawainya itu.

"Terimakasih.. terimakasih sudah menemaniku selama ini. Aku akan benar-benar kesepian di rumah besar ini tanpa kalian.." ujar Thrisca dengan air mata berlinang.

Tukang kebun dan penjaga keamanan itu ikut terharu dan mengusap ingus mereka. Mereka bertiga menangis bersama di rumah yang telah menjadi tempat mereka bernaung itu.

"Apa yang harus aku lakukan di usia tua ini?!" Keluh penjaga kebun itu dengan tangis sedih.

"Bagaimana aku bisa memberi uang pada istriku di kampung jika aku kehilangan pekerjaanku sekarang?!" Kali ini petugas keamanan ikut berkeluh kesah.

"Aku akan menjadi janda di usia muda! Bagaimana nasib Kartu Identitasku nanti?!! Aku akan berstatus janda di kartu identitasku!" Thrisca ikut bergabung dengan curhatan pria-pria tua itu.

Tiga orang itu sibuk berkeluh kesah hingga tidak menyadari sebuah mobil berhenti di luar halaman rumah dan berusaha menembus gerbang istana tersebut.

"Siapa itu? Sejak kapan rumah ini menerima tamu?!"

Thrisca menghentikan tangisannya.

Pak Kian segera membuka gerbang untuk tamu tak diundang itu. Ternyata tamu tak terduga itu adalah sang pemilik rumah, yang tidak lain suami dari Thrisca yaitu Ron Diez.

Bagai tersambar petir, Thrisca benar-benar dibuat kalang kabut atas kunjungan dadakan dari mantan suaminya itu.

"Baru saja pria itu pergi dari sini membawa surat cerai, kenapa dia kembali lagi?!!" batin Thrisca panik.

"Pak Iman.. apa itu mobil Tuan? Atau aku hanya berhalusinasi?!" tanya Thrisca dengan tergagap seraya memandangi mobil Ron dengan tubuh diam membeku.

Sama halnya seperti Thrisca, Pak Iman tak kalah terkejut dengan datangnya sang bos disaat Thrisca mulai menunjukkan penampilan aslinya.

Masih bersandiwara lumpuh, Ron muncul dengan kursi roda bersama dengan Han. Pria itu menatap Thrisca dengan wajah heran dan bingung.

"Siapa wanita itu? Ada tamu?!" gumam Ron.

"B-bagaimana ini? Pak Iman, aku tidak akan masuk penjara hanya karena mengubah penampilan kan?!" bisik Thrisca cemas.

"Nyonya, sebaiknya nyonya jujur saja pada Tuan. Nyonya juga akan bercerai dari Tuan. Anggap ini sebagai kado perpisahan juga permintaan maaf." saran Pak Iman.

"Bagaimana kalau aku dituntut?! Apa ini termasuk penipuan?!"

Thrisca masih terus berbisik panik pada Pak Iman.

"Siapa kau?"

Han mendorong kursi roda Ron mendekat ke arah Thrisca.

Gadis itu segera menutupi jarinya yang masih tersemat cincin.

Thrisca mencoba mengalihkan pandangan dan berdiri dengan gugup di samping Pak Iman. Sementara kedua pegawai itu hanya menundukkan kepala tanpa berani bersuara.

"Aku tanya, kau siapa? Kenapa kau ada di rumahku?! Kau teman si gendut itu?" tanya Ron dengan galak.

Thrisca mulai berkeringat dingin. Tenggorokannya tercekat dan peluh deras mulai mengucur di dahinya.

"S-saya.. saya.. saya hanya berkunjung sebentar Tuan. Saya pamit sekarang,"

Thrisca segera melarikan diri dari situasi menegangkan itu.

"Aku tanya kau siapa?!" bentak Ron.

"Bagaimana caramu bekerja?! Kau membiarkan sembarang orang memasuki rumahku?!" Kali ini Ron membentak petugas keamanan.

"Ini bukan salah Pak Kian!"

Thrisca reflek membalas bentakan dari Ron.

"Siapa kau berani menjawabku?!!" Ron semakin geram melihat gadis asing itu ikut campur dalam urusannya.

Merasa kasihan pada Thrisca, Pak Iman mencoba menengahi perdebatan kecil itu.

"Ini.. ini anak saya, Tuan. Anak saya hanya berkunjung. Mohon maklumi sikap anak saya yang kurang dewasa," bela Pak Iman. Melihat Thrisca yang tidak mau jujur pada suaminya, Pak Iman hanya bisa memilih untuk membantunya berbohong.

"Lain kali ajari anakmu sopan santun! Jangan biarkan anjing menggigit majikannya sendiri!" ujar Ron dengan angkuh.

"Bisa-bisanya pria jahat itu merendahkan orang lain!" batin Thrisca seraya mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Si gendut itu ada di dalam kan?" tanya Ron.

Thrisca mulai tersadar ada hal lebih merepotkan yang harus ia kerjakan. Saat ini Thrisca tengah berdiri di halaman bersama Ron, mana mungkin pria itu bisa menemukan Thrisca gendut di dalam rumah?

Ron masuk ke dalam tanpa menghiraukan orang-orang di halaman rumahnya itu.

"Pak Iman, bagaimana ini? Bagaimana aku bisa masuk ke rumah?! Aku juga tidak punya waktu untuk mengubah penampilan, memakai sumpalan kain itu benar-benar memakan waktu lama!"

Thrisca heboh sendiri di luar rumah bersama Pak Iman dan Pak Kian.

"Nyonya, bagaimana kalau bilang saja Nyonya tidak ada di rumah. Saat tidak bisa menemukan nyonya, tuan pasti akan menghubungi nyonya kan?" saran Pak Kian.

"Bagaimana kalau dia menyuruhku pulang sekarang? Bajuku ada di dalam, bagaimana aku bisa mengubah penampilanku?"

Thrisca yang panik benar-benar membuatnya tidak bisa berpikir.

"Bagaimana kalau minta bertemu di tempat lain? Nyonya bisa bersiap begitu Tuan pergi," saran Pak Iman.

"Itu lebih tidak mungkin. Mana mungkin pria itu mau menemuiku di luar rumah," ujar Thrisca dengan wajah depresi.

"Bilang saja aku sudah mati!"

Thrisca berlari meninggalkan rumah dengan tergesa-gesa.

"Nyonya!!"

Pak Iman dan Pak Kian berusaha mengejar, namun langkah mereka terhenti saat Ron ribut memanggil mereka.

"Kemana si gendut itu pergi?!" tanya Ron begitu sampai di halaman.

"Em.. itu.. nyonya.. nyonya mungkin sedang berbelanja. Benar berbelanja." jawab Pak Iman takut-takut.

"Belanja?! Benar juga, si gendut itu pasti butuh banyak makanan. Suruh dia pulang sekarang!" perintah Ron.

"Itu.. kami tidak tahu kemana nyonya pergi." jawab Pak Kian lirih.

"Kau tidak tahu tempat gadis itu biasa berbelanja?! Kalau begitu, jam berapa biasanya dia akan pulang?"

"Itu.. juga tidak bisa dipastikan. Nyonya tentu tidak pernah memberitahu kami rencana maupun janji yang nyonya buat saat keluar rumah."

"Jadi si gendut itu sering keluyuran keluar rumah?!" tanya Ron dengan nada curiga.

"B-bukan begitu Tuan. Nyonya sangat jarang sekali keluar rumah. Ini yang pertama kalinya."

"Pertama kali? Maksudmu dia tidak pernah keluar rumah? Hanya berdiam diri di dalam sana?!" tanya Ron semakin penasaran dengan kegiatan istri yang sebentar lagi akan ia ceraikan.

"Benar, Tuan. Nyonya sangat rajin dan pandai dalam pekerjaan rumah. Jadi nyonya menghabiskan waktu untuk mengurus rumah."

"Dibayar berapa kau untuk memuji si gendut itu?! Aku akan beristirahat di atas. Bangunkan aku saat si gendut pulang!"

Ron kembali ke dalam rumah. Dilihatnya rumah yang bersih tanpa asisten rumah tangga itu.

"Si gendut itu benar-benar menghabiskan waktu hanya untuk membersihkan rumah?!" gumam Ron tak percaya.

Pria itu berjalan kesana-kemari dengan santai tanpa kursi roda. Dilihatnya pigura besar yang terpajang di dinding rumahnya. Pigura itu berisi foto pernikahan dirinya dengan Thrisca.

"Si gendut ini.. rambutnya aneh sekali.." gumam Ron seraya menatap foto itu.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

meli meilia

meli meilia

hahaha.. asli koplak.. keren kak.. salam kenal yaa dr Cinta Sang Maharanii..👍🥰

2022-05-08

0

Ryoka2

Ryoka2

Ahahah😭

2022-03-14

0

Ryoka2

Ryoka2

Hshs, capek sama suaminya 🤧

2022-03-14

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BAB 123
124 BAB 124
125 BAB 125
126 BAB 126
127 BAB 127
128 BAB 128
129 BAB 129
130 BAB 130
131 BAB 131
132 BAB 132
133 BAB 133
134 BAB 134
135 BAB 135
136 BAB 136
137 BAB 137
138 BAB 138
139 BAB 139
140 BAB 140
141 BAB 141
142 BAB 142
143 BAB 143
144 BAB 144
145 BAB 145
146 BAB 146
147 BAB 147
148 BAB 148
149 BAB 149
150 BAB 150
151 BAB 151
152 BAB 152
153 BAB 153
154 BAB 154
155 BAB 155
156 BAB 156
157 BAB 157
158 BAB 158
159 BAB 159
160 BAB 160
161 BAB 161
162 BAB 162
163 BAB 163
164 BAB 164
165 BAB 165
166 BAB 166
167 BAB 167
168 BAB 168
Episodes

Updated 168 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BAB 123
124
BAB 124
125
BAB 125
126
BAB 126
127
BAB 127
128
BAB 128
129
BAB 129
130
BAB 130
131
BAB 131
132
BAB 132
133
BAB 133
134
BAB 134
135
BAB 135
136
BAB 136
137
BAB 137
138
BAB 138
139
BAB 139
140
BAB 140
141
BAB 141
142
BAB 142
143
BAB 143
144
BAB 144
145
BAB 145
146
BAB 146
147
BAB 147
148
BAB 148
149
BAB 149
150
BAB 150
151
BAB 151
152
BAB 152
153
BAB 153
154
BAB 154
155
BAB 155
156
BAB 156
157
BAB 157
158
BAB 158
159
BAB 159
160
BAB 160
161
BAB 161
162
BAB 162
163
BAB 163
164
BAB 164
165
BAB 165
166
BAB 166
167
BAB 167
168
BAB 168

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!